"Sayang, apakah kamu baik-baik saja saat aku sakit? Bagaimana anak-anak kita?" "Semua baik-baik saja, Mas. Ibu juga sering mengunjungimu bahkan sering menemaniku dengan menginap di rumah kita." Adrian yang masih terlihat pucat mencoba tersenyum simpul meski badannya masih terasa lemah. Keduanya berjalan perlahan diiringi hembusan angin yang menyejukkan, hati yang awalnya sesak sebab tak bisa bersama perlahan meregang karena jalinan kasih semakin erat. Anna dan Adrian saling pandang seolah ingin segera melepas rindu yang telah lama terpendam. Namun, dari kejauhan, tatapan mata penuh kebencian masih tersorot dalam diri Aneta, kembaran Anna yang akan terus meneror mereka. "Sampai kapanpun aku tidak akan membiarkan kalian bahagia." Aneta berucap dalam kaca mobil yang masih tertutup rapat tapi dapat menembus mereka yang tak pernah menyadarinya. Tatapan kebencian Aneta berbeda dengan tatapan Arka yang penuh dengan rasa penyesalan. Pria malang itu tengah melamun di sebuah terminal bis
Anneth hanya bisa menangis saat teringat Arka yang secara terbuka mengatakan tentang perasaan yang telah berubah. Buliran air mata jatuh seiring dengan mobil yang melaju dengan cepat, diringi dengan gerimis mengundang luka. "Arka, kenapa kau harus terlahir sebagai adikku? Aku bahkan tidak tahu tumbuh kembangmu karena kamu adalah anak selingkuhan ayahku!" Di saat Anneth tengah bersedih dengan cintanya, Anna merasakan hal yang sama saat menatap suaminya yang tak kunjung sadar dari komanya. "Mas, ini aku. Segera sadarlah karena aku sangat merindukannmu begitu juga anak-anak kita." Anna kini menangis bahagia, bisa melihat suami d isisinya, sebab hal itu adalah hal yang di nanti selama ini. Bagaimana tidak, Anneth telah merencanakan semuanya hingga mereka tak bisa bersama. Anna yang kelelahan tertidur di samping ranjang suaminya. Dalam tidur, ia bermimpi masa kecilnya, sebuah boneka barbie di peluknya erat-erat karena itu adalah hadiah dari ayahnya. Tiba-tiba datang seorang ana
"Ma, ini nggak mungkin! Tidak mungkin Arka memiliki hubungan dengan Aneta! Arka masih mencintai Anna, Ma!" sanggah Anneth yang tak percaya dengan bukti-bukti dalam foto itu. Sang Ibu bergegas mengeluarkan amplop keduanya! Terlihat Adrian sedang bercinta dengan Aneta yang membuat Anneth mulai menyadari apa yang sebenarnya terjadi! "Sekarang kau sudah paham mengapa Suster Aneta terus menghasutmu untuk menyingkirkan Anna? Wanita jalang itu ingin adikmu! Dan kau akan memberikan adikmu pada wanita murahan sepertinya?" Jantung Anneth berdegup kencang, pikirannya masih melayang-layang, shock dengan apa yang sebenarnya terjadi! "Aneta menginginkan Adrian hingga dia menyuruhmu menyingkirkan Anna dengan media rasa cintamu pada Arka. Padahal dia sendiri juga menjalin hubungan gelap dengan Arka! Kau dibohongi, Nak!" Sang Ibu mulai menjelaskan duduk perkaranya dengan menggebu-gebu berharap Anneth memahaminya. Namun, wanita muda itu masih keukeh dengan pendiriannya. "Kau seharusnya malu
"Bunda, kita mau ke mana?" tanya si kembar Raka dan Raki yang bingung dengan kondisi yang ada. Mereka takut saat belasan preman mendatangi rumah atas perintah Anneth yang menuduh Anna berselingkuh, tuduhan itu didasarkan pada temuan foto-foto hasil perjumpaanya dengan Arka di restoran kemarin malam. "Kita akan ke rumah nenek," sahut Anna sambil menyeka air matanya. Senja menyapa, cahaya keemasan menyilaukan sejauh mata memandang, begitu indah di pandang mata. Namun, tak mampu menghapus hati yang sakit akibat ketidakberdayaan. Peristiwa pagi tadi membuatnya sadar bahwa tak pernah ada ruang di hati kakak iparnya, kebencian telah membuatnya terusir dari rumahnya sendiri. Tiba-tiba ponselnya berdering, Arini memanggil. "Bunda, kenapa rumah kita dijaga preman-preman?" Anna tersadar jika dirinya telah melupakan anak perempuannya yang baru saja pulang sekolah akibat mengikuti ekskul musik. "Maaf Bunda lupa mengabari, kita menuju rumah Oma, aku tunggu kamu di sana," sahut Anna l
Anneth datang ke rumah Anna membawa sebuah map berisi surat gugatan cerai, hasil dari proses suap yang dilakukannya pada pegawai pengadilan. Ia melangkah dengan tatapan penuh kebencian, rasa iri hati yang tak mampu dibendungnya membuatnya semakin mantap menjauhkan sang adik dari istrinya sendiri. Anneth mengetuk pintu dengan keras hingga membuat seisi rumah heboh mendengarnya. Saat ART membuka pintunya, ia bergegas nyelonong masuk lalu meminta dipanggilkan Anna. "Ada apa Mbak? Tumben ke rumahku pagi-pagi gini?" tanya Anna yang heran dengan kedatangan kakak iparnya yang menatapnya dingin. "Cepat tanda tangani surat ini dan keluar dari rumah ini!" Anna tertegun mendengar permintaan kakak ipar yang tak masuk akal. Matanya membelalak saat melihat amplop berisi gugatan cerai yang telah ditandatangani Adrian melalui kuasa hukumnya. "Mbak, apa salahku sampai harus berpisah dengan suamiku sendiri?" Anneth menghela napas panjang lalu mengeluarkan foto-foto kebersamaan Arka dan Anna di re
Anneth menangis, berteriak! Ia merobek pesan terakhir Arka yang telah mengoyak hatinya. Napasnya naik turun, tangisnya pecah. Kenikmatan duniawi yang baru saja dirasakan telah menjadi duri dalam daging. Rasa sakit dan nikmat yang dirasakan sesaat membuat rasa marahnya memucak. Terdengar dering telepon berbunyi. Anneth yang patah hati mencoba untuk mengangkat panggilan itu. "Halo, ada apa?" "Apakah kau ingin melihat kenapa priamu meninggalkanmu?" Anneth terdiam. Apa maksud wanita keji ini? Setelah memberikan hadiah termanis justru dia juga memberikan pisau yang telah berhasil menikam jantungnya. "Katakan saja! Tidak perlu berbelit-belit!" "Turunlah dari kamar hotel, dan lihatlah kenyataan yang sebenarnya!" **** Di sebuah restoran, Anna, Arka dan Arini sedang makan bersama. Keluarga yang tak lagi bersama itu mulai mencoba memperbaiki keadaan. Atas desakan Arka, Anna bersedia mempertemukannya dengan Arini, anak mereka. "Makanlah Nak, bukankah ini menu kesukaanmu?" Ark
Anneth tertegun mendengar permintaan wanita yang duduk di kursi direktur rumah sakit. Siapakah dia? Mengapa tiba-tiba berbicara tentang Anna? "Maaf, aku tidak paham maksudmu, kenapa aku harus menyiksa Anna? Aku akan melakukannya atas kehendakku, bukan atas perintahmu!" Anneth merasa diintimidasi, mengernyitkan dahinya, meski sebenarnya tak masalah jika iya sepakat begitu saja. Namun, harga dirinya terlalu tinggi untuk tunduk pada wanita asing di depannya. Bukannya menjelaskan, Aneta malah tertawa terbahak-bahak, menyadari bahwa kakak Adrian adalah sosok yang angkuh. "Bukankah kau membencinya karena iri dengan kehidupannya? Bahkan kau baru saja berpacaran dengan mantan suaminya. Bukankah kisahmu yang paling menyedihkan?" Geram, Anneth berdiri dari kursinya, merasa dihina hingga memutuskan untuk pergi. "Maaf aku hanya bercanda! Mungkin kau kaya hingga tak berminat dengan fasilitas gratis yang kuberikan pada adikmu, bagaimana jika aku membuatmu kembali pada Arka tapi kau haru
Anneth yang geram hendak menampar Arini lagi tapi terhalang oleh Anna yang siap-siap pasang badan untuk membela anaknya."Kak, sudahlah! Aku setuju jika ini untuk kebaikan Mas Adrian." Anna tak sanggup lagi jika harus berdebat dengan kakak iparnya.Anna bergegas menarik Arini, menjauhi ipar yang terang-terangan membencinya."Arini, hentikan perdebatanmu dengannya, dia adalah kakak dari Papamu, kita harus hormati dia!""Bunda, aku muak dengan segala kelakuannya, dia benar-benar ingin memisahkan kalian, apakah Bunda nggak tahu?""Arini, bersikaplah seperti gadis pada umumnya! Jangan mencampuri urusan orang dewasa!"Arini kecewa, tak ada gunanya membela sang bunda. Ia masuk kamar, mengunci pintunya.Bunda jahat! Haruskah kukatakan jika Papa selingkuh dengan Suster Aneta?" gumamnya sambil melirik laci tempatnya menyembunyikan foto bukti perselingkuhan Adrian.****Di sebuah rumah sakit terkenal."Sayang, baru saja Anneth, kakak perempuan Adrian menelepon, haruskah kukabulkan keinginannya?
Arka bergegas pergi dari kamarnya, Andrew terdiam pasrah. Tak sengaja ia menampar kerasa anak laki-laki yang baru saja menerima kehadirannya, wajar saja karena sang ibu sengaja menutupi rapat-rapat rahasia itu. "Aruna, maafkan ayah." kalimat pendek yang terlontar dari pria yang memiliki anak kembar, Arka. Mengucapkan kata maaf ribuan kali hingga begitu menyakitkan bagi Aruna, gadis remaja berusia belasan tahun. Lagi-lagi Aruna harus menerima kenyataan pahit! Ayahnya yang bernama Arka tidak pernah berubah! Janji akan setia dan menjaga diri dari jamahan wanita sembarangan kembali diingkarinya! Dia lagi-lagi bercinta dengan perempuan yang bukan istrinya. Aruna tak mampu lagi menjawab kata maaf dari sang ayah meski batinnya kembali terkoyak. Rasa penasaran tak terbendung saat kembali teringat yang baru saja keluar dari kamar ayahnya, mengapa sangat mirip dengan Bundanya, Anna? Tak mungkin itu Bunda Anna karena tatapannya sangat berbeda, tatapan penuh kebencian. Setelah kepergian A