Share

4

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2025-09-17 16:19:14

“Sudah cukup, aku tak ingin lagi mendengar sandiwara kalian,” suara Lila bergetar, tapi penuh amarah. “Cepat pergi dari rumahku, sekarang juga!”

Kata-katanya bagai petir di siang bolong. Beberapa ibu-ibu langsung saling pandang. Pak RT, yang berdiri di tengah-tengah, mencoba menengahi.

“Lila… apa kamu serius ingin mengusir mereka?” tanyanya hati-hati.

“Serius, Pak. Sudah tak sudi saya melihat mereka di sini. Bawa mereka pergi atau laporkan ke polisi, saya tak peduli,” jawab Lila mantap.

Imam yang sejak tadi diam, tiba-tiba maju selangkah. “Dek … tolong, aku minta maaf. Jangan usir aku. Aku khilaf … aku tak ingin berpisah darimu.” Suaranya memelas, wajahnya kusut, seperti seseorang yang baru saja kehilangan segalanya.

Namun warga yang sudah muak dengan ulahnya tak memberi kesempatan. Beberapa pria segera mendorong Imam menjauh, sementara Mila hanya bisa menangis di sampingnya. Suara riuh warga makin ramai, apalagi saat Imam tetap berusaha mendekati Lila.

“Sudahlah, Mas! Pergi sana!” seru salah seorang bapak.

Bu RT ikut maju, memegang pundak Lila. “Mbak Lila, sabar ya. Suami dan sepupu seperti mereka memang pantas diusir. Sudah keterlaluan!”

Lila hanya mengangguk pelan. Bibirnya bergetar menahan emosi. “Insyaallah saya sabar, Bu,” ucapnya lirih, meski matanya basah.

Satu per satu warga akhirnya pulang setelah Imam dan Mila benar-benar diusir pergi. Tinggal beberapa bapak yang tetap duduk di depan pagar, berjaga di depan rumah. Lila mengunci pintu, menarik napas panjang, lalu masuk ke dalam rumah yang kini terasa asing.

Lila segera menuju ke kamar anaknya, setelah sebelumnya mengusap air mata yang sempat beranak sungai.  "Kamu sudah tidur, Nak."

Ternyata sang anak ayah tidur sembari memeluk robot mainannya. Lila segera mengecup putranya itu, menutup pintu dan berpindah ke kamar utama, kamar tempat dia dan Imam melepas lelah, dulu.

Begitu masuk kamar, dadanya langsung terasa sesak, pandangannya kabur oleh air mata. Dengan tangan gemetar, ia mencabut sprei dari kasur, menggulungnya, lalu melempar ke tempat sampah.

Air matanya pecah saat ia mengganti sprei baru. Setiap lipatan kain terasa seperti menoreh luka di hatinya. Di pojok kamar, tumpukan baju Imam menunggu. Lila memasukkannya ke dalam tas besar tanpa ampun, lalu melempar tas itu ke luar kamar.

Matanya lalu tertuju pada pigura besar di ruang tamu—foto pernikahannya dengan Imam, dulu begitu indah, kini terasa seperti ejekan. Lila meraihnya, membantingnya ke lantai hingga kaca pecah berderai. Foto di dalamnya diambilnya, lalu disobek-sobek dengan tangan gemetar.

“Kurang ajar, jahat kamu, Mas… aku benci kamu!” suaranya serak, penuh amarah dan luka yang menumpuk.

Hati istri mana yang tak sakit, setelah menemani dari nol, kini dia dikhianati dengan begitu rupa. Saat pertama menikah dengan Imam, pria itu hanya pekerja pabrik biasa. Sedangkan Lila seorang admin di salah satu BPR, dia juga memiliki warisan dari bapaknya berupa beberapa petak sawah.

Demi Imam yang ingin memiliki usaha sendiri, Lila harus menjual semua sawah yang dimiliki demi berangkat ke kota dan menyewa ruko untuk toko elektronik Imam.

Apa pun yang Imam mau dia lakukan, tanpa pernah mengeluh sedikkt pun. “Jahat sekali kamu, Mas!”

Tak berhenti sampai di situ, semua foto Imam di rumah itu ia hancurkan. Koleksi miniatur mobil kesayangan Imam pun ikut jadi sasaran. Bunyi benda pecah bersahutan dengan isak tangisnya yang kian pecah.

Selain itu, Lila juga masih tidak menyangka. Niat baiknya untuk menampung Mila sementara waktu selama anak itu belum mendapat pekerjaan justru dibalas dengan pengkhianatan seperti ini.

Malam itu, Lila menangis sejadi-jadinya. Semua rasa sakit ia tumpahkan, semua harga diri yang diinjak-injak ia ratapi. Hingga akhirnya, kelelahan membuatnya tergeletak di sofa ruang tamu, terisak sampai tertidur.

*

Hari ini, Lila sudah bertekad untuk mengajukan gugatan cerai. Hatinya sudah terlalu hancur untuk memberi kesempatan kedua. Dia juga sudah memberitahu ibunya soal ini semua, dan ibunya sangat mendukung keputusan Lila.

Bukti-bukti sudah ada di tangan. Lila tidak akan membuang waktu lagi untuk seorang suami yang bahkan tidak tahu cara menghargai pernikahan.

Tak lupa dia mengajak serta Raka, dan entah kenapa sampai pagi ini, sang anak tak menanyakan tentang ayahnya sama sekali. Tapi tentu itu adalah hal yang disyukuri oleh Lila.

Meskipun hati nurani Lila sebagai seorang ibu masih mengingat bahwa putranya itu masih sangat butuh sosok seorang ayah. Tetapi, pengkhianatan yang telah dilakukan oleh Imam, benar-benar tak bisa diterimanya. Rumah tangga yang sudah dia pertahankan begitu rupa, hancur berkeping kini.

Sambil menunggu taksi, Lila memeriksa ponselnya. Puluhan pesan W******p masuk, notifikasi panggilan tak terjawab memenuhi layar. Empat puluh enam kali panggilan—semuanya dari Imam.

Lila mendesah panjang. “Dasar laki-laki tak tahu diri,” gumamnya pelan.

Pesan-pesan dari Imam berderet panjang, memohon, membela diri, dan meminta maaf seolah semua kesalahan bisa terhapus begitu saja.

[Dek … maafin kesalahan Mas, ya. Mas khilaf. Semua ini karena gadis murahan itu selalu menggoda.]

[Dek, tolong jangan seperti ini. Kamu menyiksaku. Aku bisa mati kalau berpisah denganmu.]

[Beri aku satu kesempatan lagi. Aku janji akan memperbaiki semua. Hanya kamu satu-satunya di hatiku.]

Lila hanya memandang pesan-pesan itu tanpa emosi. Baginya, permintaan maaf setelah pengkhianatan hanyalah kata-kata kosong. Jika benar mencintainya, Imam tentu tidak akan pernah bermain api dengan sepupunya sendiri. Balasan pertama yang ia kirim sangat singkat.

[Maaf, Mas. Hati ini sudah tertutup untuk seorang penghianat. Mendengar namamu saja aku jijik, apalagi melihat wajahmu. Jangan pernah muncul di hadapanku lagi.]

Pesan itu langsung terbaca. Tak sampai satu menit, titik-titik tanda sedang mengetik muncul di layar. Imam tidak menyerah.

[Tolong, Dek … beri aku kesempatan sekali lagi. Aku janji tak akan mengulanginya. Semua akan baik-baik saja asalkan perempuan ular itu tidak ada di antara kita.]

Kali ini Lila tidak bisa menahan emosi. Jemarinya bergerak cepat di layar ponsel.

[Kalian berdua sama saja! Kalau dia menggoda dan kamu menolak, perselingkuhan itu takkan terjadi. Tapi nyatanya kamu menikmatinya, bukan? Jadi kalian berdua sama kotornya.]

Beberapa detik kemudian, ponselnya kembali bergetar. Imam mengirimkan beberapa tangkapan layar berisi chat dari Mila.

Dalam pesan-pesan itu, Mila memang terlihat agresif—menggoda, merayu, bahkan mengirim foto-foto tak pantas. Ada pula kalimat yang menjelek-jelekkan Lila: wajah jelek, istri bau ikan asin, istri pembangkang. Semua hinaan itu ternyata sudah lama disusun Mila untuk memisahkan rumah tangga mereka.

Namun, bagi Lila, bukti itu tidak mengubah apa pun. Ia membaca semuanya dengan dada bergetar, bukan karena ingin memaafkan, tapi karena semakin jijik.

Imam membela diri lagi.

[Kamu lihat ‘kan, Dek? Aku hanya korban. Dia yang memulai semuanya. Tolong beri aku satu kesempatan terakhir.]

Kesempatan terakhir? Lila tertawa getir membaca pesan itu.

[Korban? Dua bulan kalian berselingkuh di belakangku. Selama itu berapa kali kalian tidur bersama? Jangan bilang itu semua hanya karena “khilaf”. Kalau saja aku tidak memergoki kalian, pasti sampai sekarang hubungan itu masih berlanjut.]

Lila menghela napas panjang sebelum mengetik pesan terakhir.

[Mulai sekarang, jangan pernah berharap cintaku lagi. Namamu sudah mati di hatiku. Lanjutkan saja hubunganmu dengan Mila yang katanya ‘panas’ itu. Oh, terima kasih untuk semua bukti yang akan kupakai di pengadilan nanti.]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 119. Hak Asuh Rafi

    "Lila … kamu siap?" suara Bayu terdengar pelan, hampir tenggelam oleh hiruk-pikuk koridor pengadilan pagi itu.Lila menoleh. Ia mengenakan blouse putih sederhana, wajahnya pucat tapi tegar. "Siap atau nggak, hari ini harus selesai, Mas."Bayu mengangguk pelan, lalu menggenggam tangan istrinya erat. "Kita udah sejauh ini. Apa pun hasilnya, kita jalan bareng."Lila tersenyum tipis. "Aku percaya, Mas. Tuhan nggak bakal kasih luka dua kali di tempat yang sama."Langkah mereka beriringan memasuki ruang sidang. Udara di dalam terasa berat, mencekam. Suara bisik-bisik kecil dari beberapa pengunjung membuat jantung Lila berdegup semakin kencang.Di seberang, Farah sudah duduk. Mata perempuan itu sembab, wajahnya tampak lelah. Gaun formal yang dikenakan tak mampu menutupi getar di ujung jarinya. Ia menunduk dalam, seperti tak sanggup menatap Bayu dan Lila.Ketika hakim memasuki ruangan, semua berdiri. Suasana hening total."Sidang hari ini akan membacakan putusan atas perkara hak asuh anak ata

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 118. Yang Ditunggu

    "Mas… tanganku dingin banget," bisik Lila pelan di dalam mobil yang perlahan berhenti di depan gedung tinggi penuh cahaya. Dari luar, sorak sorai, lampu kamera, dan lantunan musik gala malam terasa begitu megah.Bayu menatapnya lembut. Ia menggenggam tangan istrinya erat. "Kamu nggak perlu takut. Kamu cuma datang untuk mengambil apa yang sudah lama jadi hakmu, pengakuan."Lila tersenyum kaku, matanya menatap pantulan dirinya di kaca jendela. Gaun biru pastel yang ia kenakan tampak sederhana di antara kilauan gaun para tamu lain yang glamor. Tapi di balik kesederhanaan itu, ada keyakinan yang tumbuh pelan-pelan."Aku dulu cuma ibu rumah tangga yang nulis di sela-sela anak tidur, Mas," ucapnya lirih. ,"Aku nggak pernah nyangka harus berdiri di ruangan sebesar ini."Bayu terkekeh pelan. Justru itu yang bikin kamu beda. Mereka menulis karena ingin dikenal, kamu menulis karena ingin sembuh.”Lila menatapnya dalam. “Kamu yakin aku kuat?”“Yakin banget,” jawab Bayu, menatap lurus ke matanya.

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 117. Penghargaan

    "Mas…” Suara Lila parau memecah sunyi pagi.Bayu baru saja menyeruput kopinya, ketika mendengar nada panik di ruang tengah. Ia segera menoleh dan mendapati Lila duduk di lantai, ponselnya bergetar tak berhenti, notifikasi terus berdenting bersahutan."Ada apa, Lil?" tanya Bayu cepat, mendekat.Lila menatap layar ponselnya dengan wajah pucat. "Aku… aku viral, Mas. Semua orang tahu. Lihat ini."Bayu jongkok di sebelahnya, menatap layar yang penuh dengan notifikasi dari media sosial: mention, DM, artikel berita.Judul-judulnya bertebaran di layar:“Aruna M Terungkap! Penulis Terkenal Ternyata Istri Pengusaha Lokal.""Lila Bayu, Perempuan yang Menulis dari Luka.""Kisah Nyata di Balik Novel ‘Kisah yang Bertahan di Antara Luka’."Sejak Dina memviralkan Lila kemarin, sampai pagi ini berita itu seakan terus menyebar. Lila masih begitu shock.Lila menggigit bibir, jemarinya gemetar. "Mas, aku takut … aku nggak siap jadi pusat perhatian begini."Bayu menarik napas panjang, lalu duduk di lanta

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 116. Bangga Sekali

    116"Rafi, jangan asal coret, Nak. Hurufnya harus rapat, biar nggak kebaca kayak ular lagi."Suara lembut Lila terdengar dari ruang tengah sore itu. Raka duduk di sebelah adiknya, membantu mengeja beberapa kata untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Di atas meja, tumpukan kertas, pensil warna, dan satu mug susus hangat menebar aroma melati.Bayu baru pulang dari kantor, menaruh tasnya di sofa, dan tersenyum kecil."Wah, kelihatannya ruang belajar ini berubah jadi kelas mini, ya?"Lila menoleh sambil tersenyum. "Lebih ramai daripada sekolah, Mas. Muridnya dua, tapi cerewetnya kayak sepuluh.""Eh, itu siapa ya datang?" Raka menengok ke arah pintu begitu terdengar suara bel pintu.Lila bangkit, membuka pintu, dan langsung disambut pelukan hangat dari seorang perempuan muda."Mbak Lila! Aku dadakan ke sini, kangen Rafi sama Raka.""Dina!" Lila tertawa kecil. "Masuk, sini. Wah, udah lama banget kamu nggak mampir."Dina, adik Bayu, membawa tas kecil berisi hadiah, dua mobil-mobilan untuk anak-an

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 115. Kamu Jantungku

    Bab 115Layar ponsel Lila masih menyala menampilkan foto Bayu dan Farah di rumah sakit. Ia menatapnya lama, hingga akhirnya pintu rumah terbuka. Bayu berdiri di ambang, wajahnya lelah, mata merah karena kurang tidur."Mas…"suara Lila pelan. "Aku lihat fotonya."Bayu menatap istrinya tanpa berkata apa-apa beberapa detik, lalu mendekat perlahan. "Itu nggak seperti yang kamu pikir," katanya pelan. "Farah beneran sakit, Li. Dokter bilang dia drop karena tekanan batin."Lila menunduk. "Aku nggak marah."Bayu mengerutkan kening. "Nggak marah?"Lila menggeleng. "Cuma sedih. Karena sepertinya kita semua udah terlalu capek saling menyakiti."Bayu memegang tangannya erat. "Aku tahu. Makanya aku mau kamu ikut besok. Kita jenguk dia bareng. Aku nggak mau lagi ada yang salah paham."Lila terdiam beberapa saat, menatap mata suaminya. "Kamu yakin aku boleh datang?""Bukan boleh, Li. Aku mau kamu datang. Supaya semuanya berakhir dengan baik."Lila mengangguk pelan. "Kalau itu memang yang terbaik, aku

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 114. Masih Tetap Farah

    "Mas, kamu baca ini?"Lila menunjukkan layar ponselnya pada Bayu. Di layar, ada unggahan dari akun anonim yang menuliskan:"Istri kedua, numpang kaya, sok alim tapi nggak becus urus anak."Bayu mengerutkan kening. "Aku udah lihat. Nggak usah dipikirin, Li. Mereka cuma cari perhatian."Lila menarik napas dalam. "Tapi orang-orang di komplek udah mulai bisik-bisik. Tadi waktu aku beli sayur aja, Bu Ratmi sempat nyeletuk—‘kalau bukan karena Bayu, Lila mana mungkin bisa tinggal di sini.’""Biarkan aja," ujar Bayu datar, menahan amarahnya. "Aku nggak mau kamu capek mikirin omongan orang. Mereka nggak tahu apa pun."Lila tersenyum tipis. "Aku nggak capek, Mas. Aku cuma… kasihan Rafi."Bayu menoleh cepat. "Rafi kenapa?"Lila menunduk, menatap ujung jarinya yang saling bertaut. "Tadi dia pulang sekolah, wajahnya murung. Aku tanya kenapa, katanya teman-temannya bilang aku ‘bukan ibu kandungnya’. Ada yang bilang aku cuma ikut numpang makan di rumah ayahnya."Bayu mengepalkan tangan di meja. "Kur

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status