Share

3. Secercah Asa

Penulis: Solane
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-15 14:23:58

Sepulangnya Audrey dari kantor polisi, dia kembali ke Grand Mercure Hospital menuju bangsal rumah sakit yang dia pesan, sementara Ventria dirawat diruang Neonatal Intensive Care Unit, yang adalah ruang perawatan yang dikhususkan untuk bayi dan anak-anak dengan gangguan kesehatan serius, Audrey tidak boleh berada diruang itu berlama-lama. Kondisi kesehatan Ventria terpantau selalu pada layar monitor yang terletak disitu. Tenaga medis dengan sigap melakukan pekeerjaannya. Audrey mempercayakan anaknya tanpa ragu.

Di bangsal? Iya dia menunggu disana, kondisi keuangannya tidak memungkinkan dia menyewa kamar yang lebih baik. Menatap anaknya yang tertidur lemah tidak berdaya tadi, memikirkan adiknya yang menyatakan penyesalannya dan meminta bantuannya untuk terhindar dari jerat hukum, mengusahakan terlaksananya tindakan operasi ayah tirinya, membuat kepalanya pening.

Ketika pulang sejenak, Audrey merasa kesedihan itu semakin menikam relung hatinya. Kondisi terjepit yang mengharuskannya  mempersiapkan dana tidak sedikit. Suaminya jarang pulang karena sedang berjuang merintis usaha yang belum jua menampakkan titik terang.

Semua perhiasan serta tas berharga mahal miliknya yang dulu ia beli kala usahanya berjaya, sudah ia lelang. Beberapa kawan arisannya mau membeli karena Andrea melepasnya dengan harga murah.

Mobil miliknyapun sudah dia jual kepada Lily, sahabat Audrey yang selalu memberikan dukungan moril dan sesekali menemani menunggui Ventria  di rumah sakit. Cuma mobil Prabu yang belum dijual, kerena mereka masih membutuhkan untuk mempermudah pekerjaan.

Ditengah keputusasannya, saat ini Audrey tiba-tiba ingin mengakhiri saja hidupnya. Rasanya mau gila, Audrey merasa cobaan ini bertubi-tubi. Sudah tidak memiliki harapan untuk bisa terlepas dari derita kesedihan yang menderanya.

“Mas Prabu, kamu dimana?” tangisnya menyayat hati. “Aku butuh dirimu.” Audrey beranjak keluar dari kamarnya, tekadnya sudah tak terbendung lagi. Baginya akan lebih mudah bila semua yang ia hadapi ini sirna, untuk saat ini.

Dia berlari menuruni tangga, dicarinya cairan membasmi serangga yang sama Bibik suka diletakkan dipojok dekat indoor taman belakang.

Audrey berlari kedapur mengambil cawan, lamat-lamat dia mendengar namanya dipanggil. “Bik Andar,” pikirnya.

Tapi panggilan itu tidak dia pedulikan. Cairan itu dituang kedalam cawan kecil. Masih terdapat keraguan menyelinap di hatinya. Beberapa saat terdiam. Dia merasa tak sanggup melihat anaknya tergolek lemah di rumah sakit, tanpa bisa menolong untuk mendapatkan tindakan medis selanjutnya. Hatinya pedih. Ayahnya adalah lelaki yang sangat berjasa, dan dalam keadaan tidak berdaya dia juga belum mendapatkan solusi untuk membebaskannya dari koma yang sekarang Abellard derita.

Jonash, adalah satu-satunya saudara yang ia miliki. Adik yang ia cintai, sedang membutuhkan pertolongan juga.

Ah, sudahlah, dia tidak akan berubah pikiran. Saat cairan beracun itu hampir masuk tenggorokannya, sebuah tangan berkulit keriput menepis kuat dan…

Pranggg…

“Mbak Audreeey, hentikan!” jerit wanita berusia senja itu.

Bik Andar meraih tubuh Audrey dan langsung memeluk erat wanita muda, majikannya yang sangat dia sayangi. Hatinya sangat sedih. Dia bisa mengerti permasalahan yang dihadapi pasti sungguh berat. Tapi bunuh diri adalah cara yang salah. Dengan berurai air mata dipapahnya Audrey masuk ke dalam kamarnya.

“Dek Ventria sangat membutuhkan embak. Bagaimana adek harus menjalani rasa sakitnya  apabila mbak Audrey pergi? Mbak harus semangat ya. Pasti Tuhan akan memberi jalan.”

Kalimat bibik menghunjam sanubarinya begitu dalam.

“Bik Andar tidak mengerti beban yang aku hadapi. Tidak mungkin aku jelaskan semua karena itu hanya akan menambah beban pikirannya. Aku tidak mau, karena dia sudah menjadi pengganti ibuku. Dan nasib anak yang kukandung ini? Dia bukan darah daging  mas Prabu. Bagaimana kalau perutku semakin membesar? Tapi tindakan bunuh diri adalah salah, anak yang kukandung tetaplah suci dia berhak hidup,” ujarnya dalam hati.

Setelah beberapa menit berlalu dan hatinya mulai tenang, Audrey bertanya, “Tadi bibik memanggil-manggil saya. Ada apa?”

“Tadi hape mbak Audrey yang diletakkan diruang tengah berbunyi lama, bibik pikir ada hal penting, barangkali berita tentang adek. Tapi tadi ini terus mati mbak.”

Diperiksanya gawai yang disodorkan bik Andar. Bukan nomor telephon Prabu Wisesa, tapi Benigno tertera mengubunginya.

Ini kali yang keseratus tiga dia menghubungi setelah seratus dua sebelumnya selalu ditolak.

Sejenak akal sehat Audrey memainkan perannya. “Mungkin ini yang dimaksud “pertolongan Tuhan”. Mungkin “setan” itu bisa aku manfaatkan untuk membebaskanku dari permasalahan keuangan yang menghimpit ini, baiklah. Tidak ada cara lain,” lirihnya dalam hati.

“Baik, Bik. Saya mau istirahat ya, saya janji tidak akan menyentuh cairan racun itu.”

Bibik menganguk lembut, wanita itu tahu bahasa isyarat yang nyonya mudanya tunjukkan agar dia pergi. Setelah menghilang dibalik pintu kamarnya, Audrey meraih kembali gawai itu. Berat sebenarnya harus memutuskan ini, tapi mungkin hanya ini satu-satunya cara yang bisa dia lakukan.

Ditekan telefon balik di layar yang tertera.

“Sayang, apa kabarmu?” jawab seseorang dari seberang sana. Suaranya begitu bersemangat seperti tidak percaya, Audrey bersedia menelephon balik.

Audrey bergidik, dia masih kesal. Kejadian malam beberapa waktu lalu melintas dipikirannya, “Dasar lelaki biadab,” pikirnya. Audrey menyadari lelaki seperti itu harus dihadapi dengan kelembutan untuk bisa dia perdaya, demi membalaskan dendamnya.

“Bagaimana, Sayang?” tanya Beni, mengulang pertanyaannya.

...

Kafe Sekopi Hitam

27 Oktober 2020, pukul Delapan Petang.

Pengunjung tidak banyak, karena hanya kalangan elit yang bisa memiliki akses ke kafe mewah itu.

Audrey hanya memoles lipstik tipis ke bibirnya agar wajah putih cantikmya tidak pucat. Mengenakan pakaian longgar untuk menutupi perutnya yang sebenarnya diusia tiga bulan belum terlihat besar. Tapi Audrey dengan gaya apapun terlihat sangat menawan. Siang ini Audrey bersedia menerima ajakan pertemuan Benigno, dia tahu maksud lelaki itu, tapi Audrey berpikir tidak dengan cuma-cuma Benigno mendapatkan dirinya begitu saja.

“Langsung ke maksud keinginanku mengajakmu kemari, Sayang. Aku sangat ingin menikahimu.”

Audrey menatap Beni tajam. Hatinya tidak suka, benci sekali terhadap lelaki yang melakukan cara keji untuk mendapatkan keinginannya. Tapi tidak ada pilihan lain, Audrey harus melanjutkan hidup carut marutnya. Ditata hatinya, kemudian berujar datar, “Aku harus menerimamu karena keadaan yang memaksa.”

Tertunduk dan matanya mulai berkaca-kaca.

Benigno Jacobson tersenyum puas. Hatinya membuncah rasa bahagia. Dia merasa jiwanya terbang kelangit ketujuh. Akhirnya wanita sombong ini bersedia dia nikahi.

“Nah, sekarang ceritakan padaku masalahmu.” Sekali lagi Benigno bersandiwara, karena dialah dalang dibalik hampir semua masalah Audrey.

“Bantu aku untuk membiayai operasi anakku dan ayahku yang tiba-tiba koma. Adikku satu-satunya terlibat perdagangan narkoba. Aku harus berurusan dengan kepolisian. Dan rumahku terancam disita Bank, karena aku sudah tidak mampu membayar. Dan masalah utamanya kamu tahu, aku bukanlah wanita lajang.”

“Kau akan menceraikannya. Itu bukan hal yang sulit. Terlebih dahulu aku akan membantu semua kesulitan keuangan yang kau hadapi. Kau tenang saja.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dikhianati Tukang Selingkuh, Diratukan Tuan CEO   120. Kau...betul suamiku

    Ceritakan tentang anakku.” Audrey bertanya saat mereka duduk di teras kecil itu.Audrey tiba-tiba bertanya kepada Nathan.“Beberapa kali kau mengatakan kata ‘anakku’, itu menyiratkan kalau anakku bukan anak kandungmu karena kau bilang kau suamiku.”Sungguh Nathan merasa ini episode tersulit yang harus ia dan istrinya lalui.Lelaki itu menatap ke arah cangkir kopinya yang telah kosong.Audrey tahu, sesuatu yang ia lupakan dan masih menjadi misteri itu bukan suatu kabar baik.“Kau pernah menikah dengan seseorang sebelum aku nikahi.” Akhirnya kata itu keluar dari bibirnya.“Apakah dia, Benigno yang aku cari?” Audrey menatap Nathan dengan ekspresi dalam, rasa ingin tahunya terlihat jelas.“Bukan.”“Lantas?”“Baiklah, aku akan membuka semua identitasmu.”Audrey memposisikan dirinya pada pose senyaman mungkin. Ia telah siap mendengarkan cerita Nathan.“Aku masih berkabung atas berpulangnya sahabatku, rekan kerjaku pada perusahaan yang kami berdua jalankan, ketika seminggu setelah pemakamanny

  • Dikhianati Tukang Selingkuh, Diratukan Tuan CEO   119. Rumah Kayu

    Sinar matahari menyinari kamar tidur nyaman ini. Kehangatan lembut meresap pada permukaan kulitnya.Pernahkah ia merasa lebih aman dan bahagia? Audrey sulit menjawab karena ingatannya hampir tak ada.Tapi ia tak bisa membayangkan merasa lebih aman daripada yang ia rasa sekarang ini.Kemarin, setelah singgah di sebuah desa terdapat sebuah toko bahan pangan, Ia melihat Nathan mengisi dua troli besar dengan sejumlah bahan makanan. Mereka berkendara selama berkilo-kilometer, jauh memasuki daerah pegunungan. Saat kemudian Nathan memasuki jalan berkerikil di puncak bukit, napas Audrey terasa terhenti, ia mengira dirinya telah melihat surga dalam perjalanan tadi, tapi itu hanya awalnya saja.Rumah kayu dua lantai milik Nathan terletak di puncak bukit menjulang. Terdapat teras kecil, di kedua lantai. Mereka menghadap lembah memikat dipenuhi pepohonan hijau menyejukkan. Tinggi dan masiv, pegunungan menjulang di kejauhan, menambah keindahan yang menakjubkan. Ia keluar dari mobil begitu Nathan be

  • Dikhianati Tukang Selingkuh, Diratukan Tuan CEO   118. Troy Ferguson dan Nania Torres

    "Enak saja. Jangan berani-beraninya kau menyalahkan dirimu. Ini semua salah Benigno. Sejak dulu bahkan sebelum aku mengenalmu, aku tahu siapa dia.”“Ceritakan bagaimana dia versimu.”Angin lembut menggerakkan rambut sebahu Audrey yang berwarna merah berpadu coklat yang keemasan, tampak kontras dengan pipinya yang bersih tanpa cela yang kini tidak pucat lagi, rona kemerahan telah tampak di situ.Begaimanapun saat ini adalah hari dimana ia merasa usahanya perlahan mulai menampakkan berita baik. Nathan akan menunda dulu cerita mengenai saudara tirinya itu agar tidak merusak suasana hati wanita ini.“Suatu saat aku akan menceritakan semua yang ingin kau katahui, ini hanya masalah waktu, SayangPanggilan itu sekali lagi membuat desir di hati Audrey tak tertahankan. Ia bisa menebak, lelaki di sampingnya tidak ingin suasana hatinya berubah karena mendengar sesuatu yang akan membuat ia tidak suka.Mungkin Nathan benar. Tapi ia tidak dapat mengenyahkan kenyataan bahwa jika ia tak pergi sendiri

  • Dikhianati Tukang Selingkuh, Diratukan Tuan CEO   117. Jadi... Ini Salah Audrey?

    Kau telah banyak membantu menguak tabir ini, Audrey,” ujar Patrick. “Berdasarkan informasi yang kau berikan dari sesi hipnotismu dua hari lalu, kami punya gambaran yang lebih jelas tentang keadaan fasilitas itu. Sepertinya dia punya banyak orang yang di rekrut untuk membantunya. Masalahnya, mereka itu siapa dan darimana asalnya?”“Mereka gelandangan.”“Apa?” Lima orang bertanya sekaligus.“Saat aku melatih, aku mendengar salah seorang pemuda menangis, mengatakan kalau dia ingin pulang. Pria yang memimpin latihan menghardiknya dan berkata, “Kau lupa? Kau tak punya rumah, layaknya idiot-idiot lain di sini. Kami memberi kalian para idiot gelandangan kesempatan tapi kalian bahkan tidak merasa beruntung.”“Itu masuk akal. Begitu banyak anak-anak jalanan sehingga tak ada yang kehilangan mereka saat mereka tak nampak.”Patrick berdiri, menandakan pertemuan hari ini akan usai. “Kau telah memberikan pemahaman baru bagi kami yang bahkan belum pernah kami pertimbangkan. Kerja yang bagus, Audrey.

  • Dikhianati Tukang Selingkuh, Diratukan Tuan CEO   116. Audrey Bercerita

    Audrey mengedarkan pandangannya ke orang-orang dalam ruangan.“Suara lembut, jahat, melengking tapi maskulin, mengatakan padaku...” Audrey menelah ludah. “Dia akan menikmati saat menjinakkanku.”Nathan menahan perutnya yang bergolak, giginya gemeretak. Tapi ia berusaha menyembunyikan reaksi itu.Setelah menghembuskan napas panjang, Audrey berkata pelan. “Aku ingat rasa sakit...siksaan. Dia sangat menikmatinya.” Ia memejamkan mata, menahan gejolak di dadanya. “Aku mendengar tawa melengking...nyaris seperti memekik. Dia menertawakanku. Kurasa dia merancang siksaan berdasarkan yang menurutnya paling merendahkan dan sungguh menyakitkan.”Ketika Audrey membuka mata, Nathan yang memandangnya tidak berkedip, ingin melolong, ikut merasakan penderitaan nyata yang dipantulkan mata itu. Penderitaan dan rasa sakit tak terperi yang ia rasakan.“Aku digantung terbalik dalam kondisi telanjang...dan disirami air dingin. Kemudian dia menyuruh mereka meninggalkanku terbaring di satu tangan dan kakiku y

  • Dikhianati Tukang Selingkuh, Diratukan Tuan CEO   115. Mereka Dihukum

    Troy Ferguson melangkahkan kaki ke dalam rumah utama, ia dilanda kebimbangan. Ia bertugas sebagai seorang eksekutor. Kali ini ia harus melakukan tugas itu lagi.Diketuknya pintu lab utama. Pemimpin membentak, “Masuk.”Dua pria berdiri di samping “Pemimpin”, mereka memegangi seorang wanita paruh baya, berambut gelap diantara mereka.Wanita itu telanjang. Tubuhnya lebam-lebam dan berdarah karena telah dipukuli. Penciumannya membawa aroma amis. Anak buah pemimpin sudah memakainya sebagai pelampiasan syahwat... wanita itu telah dihukum. Sungguh suatu pemandangan menyayat hati. Ia tak tahu alasannya, ia pun tak berani bertanya, karena kalau pemimpin sudah berkehendak, tiada yang boleh menghalangi. Jika pemimpin memilih untuk menghukum, itu haknya. Tidak ada yang boleh bertanya apalagi membangkang. Mata wanita itu bengkak dari pukulan bertubi-tubi yang telah ia terima. Dia mendongak, memandangnya dan sesuatu dalam dirinya tersentak, menusuk kebingungan tersebut. Wanita itu tersiksa, terluk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status