Kehidupan Audrey Abellard mungkin akan baik-baik saja jika namanya tidak tertulis didalam surat wasiat Sir Jacob sebagai pemilik 90 prosen saham dan 90 prosen asset Gruppo Metro (Metalmeccanica Torinese), sebuah perusahaan besar di Itali, milik Sir Jacob yang bekerjasama dengan rekannya. Masalah dimulai ketika saudara tirinya tidak bisa menerima isi surat wasiat tersebut. Ambisi dan keserakahan menguasai Benigno untuk bisa merebut kepemilikan atas hasil usah ayah tirinya itu. Tidak hanya menghancurkan rumah tangganya, Benigno juga berhasil merenggut kehormatan Audrey. Kemalangan beruntun menimpa wanita itu manakala mendapati anaknya sakit parah, ayah yang membesarkannya juga menderita sakit berbarengan dengan ulah adik tiri Audrey yang berurusan dengan hukum. Audrey terjerat kesulitan keuangan dan terpaksa menyanggupi keinginan Benigno untuk menikahinya. Hal itu juga dilakukannya untuk menjaga nasab seorang anak tidak berdosa yang telah tumbuh dirahim Audrey setelah kehormatannya terenggut. Rekan ayahnya tidak tinggal diam, merasa mendapatkan amanat untuk menjaga Audrey dari kejahatan orang-orang disekitarnya. Bagaimana nasib membawanya? Dan kepada siapa hati Audrey berlabuh, ayok kita simak cerita ini...
Lihat lebih banyakRed Buffalo Grand Hotel, May 2020
"Apa-apaan ini?! Lepaskan tanganmu, dasar kurang ajar!"
Audrey sangat gusar pada temannya, Benigno yang menyelipkan tangan liarnya ke balik baju atasannya.
"Tidak usah pura-pura. Pasti kamu juga menikmati rabaanku. Diam sajalah," tukas laki-laki itu tanpa rasa bersalah, dia melanjutkan aksinya. Harum tubuh wanita ini menyeruak menggelitik aroma penciumannya layaknya feromone.
"Kau bohong padaku! Kau bilang ada hal penting yang hendak kau bicarakan sehubungan dengan proyek konstruksi kita! Tapi kenyataannya kau bermaksud buruk padaku!"
Prabu Wisesa, suami Audrey telah memenangkan tender proyek pembangunan beberapa apartemen. Benigno, yang dahulu adalah teman kuliah Audrey ternyata adalah pihak pemberi tender.
Keduanya bersepakat mengadakan pertemuan di rooftop Red Buffalo Grand Hotel untuk membahas perencanaan konstruksi yang terdapat di Rancangan Anggaran Belanja penawaran yang diajukan oleh perusahaan konstruksi milik Prabu.
Diluar dugaan, Prabu memiliki jadwal lain yang tidak mungkin ditinggalkan sehingga istrinyalah yang menggantikannya untuk menyelesaikan urusan itu. Prabu Plan, nama perusahaan jasa konstruksi itu, sudah sering memenangkan tender baik pemerintah maupun partikelir. Prabu percaya, istri cantiknya itu dapat menyelesaikan tahap kualifikasi karena memang sudah terbiasa menangani hal demikian, terlebih lagi Audrey telah mengenal Benigno walaupun tidak begitu akrab karena mereka kuliah di kampus dan kebetulan di jurusan yang sama yaitu Tehnik Konstruksi Gedung.
“Apa kamu tidak bisa mengerti betapa sejak dulu aku mengagumimu?“ tanya Beni merayunya, ini adalah trik Benigno agar Audrey percaya. Bola mata Benigno menghunjam kearah manik mata Audrey.
“Persetan dengan perasaanmu! Biarkan aku pergi. Lupakan saja proyek kerja sama kita.“
Audrey Abellard, sosok wanita baik yang berpendirian kuat, demikian menjaga martabatnya. Penampilannya yang sederhana tidak dapat menyembunyikan pesonanya. Audrey selalu berbaik sangka, memang begitulah dia. Nilai-nilai agamis yang diajarkan orangtuanya membuat Audrey bersikap tak acuh pada lelaki yang mendekatinya. Hal demikian yang membuat pemilik wajah jelita itu diberikan julukan sebagai kembang kampus oleh teman-temannya. Mungkin kepolosannya itu juga yang membuatnya tidak berpikir panjang menerima begitu saja ajakan Benigno malam itu untuk bersua.
Wajah Benigno menghampiri bibir indah Audrey, dipagut dengan keras. Tentu saja Andrea memalingkan wajahnya dengan cepat.
"Hentikan, Beni! Atau aku akan teriak sekuat tenaga!" ancam Audrey melengking marah. Bola mata wanita dua puluh lima tahun itu melotot hampir keluar.
"Teriaklah sesukamu. Kita hanya berdua, rooftop ini begitu luas, udara malam akan meredam suaramu.” Benigno berkata dengan intonasi rendah, “ Dan tahukah kamu, Audrey. Semakin kamu marah, wajahmu kian cantik saja, hahaha!“ Beni tergelak keras sembari menatap raga indah Audrey bak makanan lezat terhidang begitu menggiurkan.
Tangannya membelai pipi Audrey. Sebelum wanita berambut lurus panjang itu memalingkan wajah dengan masam, Benigno menyeret Audrey dengan paksa kearah sebuah bangunan yang terletak tidak jauh dari mereka berdiri. Bangunan tidak begitu besar itu biasa dipergunakan oleh karyawan kebersihan sebagai gudang bagian paling atas di gedung berlantai tigapuluh tersebut. Tubuh Audrey dihimpit badan kekar Benigno menuju pojok dinding. Audrey meronta tapi dia tidak berdaya.
“Aku temanmu, dulu kau baik padaku! Kenapa kau lakukan ini?! Apa salahku? Aku punya suami dan baru memiliki anak, hentikan. Aku mohon..."
Tentu saja Benigno tidak mengindahkan keinginannya.
“To..!”
Audrey masih berharap seseorang mendengar dan menolongnya. Tapi belum selesai kata tolong yang hendak dia lengkingkan sekuat tenaga, telapak tangan kokoh membungkam kuat mulutnya.
“Kau memang minta dipaksa!” sergah Beni mulai bernada tinggi.
Brettt
Audrey tidak bisa mencegah tangan Benigno yang mulai melucuti pakaian yang dia kenakan. Wajahnya merah padam menahan amarah dan malu. Bibirnya mengeras, matanya melotot, sekuat tenaga berusaha memukul dan menendangkan kakinya. Tentu saja dapat ditangkis Benigno dengan mudah.
Audrey menangis, memohon agar teman yang selama ini ia percayai itu mau mengindahkan keinginannya dan memperbolehkannya pergi dari situasi yang sungguh tidak pernah dia duga sebelumnya.
"Aku tidak akan melaporkanmu ke polisi…atau, ini aku ada beberapa perhiasan, ambillah, tapi jangan renggut kehormatanku..." Audrey menghiba sambil melepaskan gelang dan cincin yang dikenakannya. Dengan airmata bercucuran, Beni sedikit mundur dan…
Plakkk
Satu tamparan keras mendarat, Audrey kaget, dia bisa merasakan asin darah yg merembes dari luka dibibirnya. Rupanya Benigno mundur mengambil ancang-ancang untuk menamparnya. Matanya yang basah menatap nanar ke arah sosok yang begitu tega memperlakukan dirinya kasar. Tidak ada seorangpun yang pernah bertindak begitu padanya.
“Kau pikir aku inginkan perhiasanmu?!” bentak Beni sarkas. Kemarahan Benigno dipicu karena wanita ini tidak bersedia menuruti keinginannya. Tubuh Audrey dihempaskan ke lantai yang dingin.
“Tidak akan kubiarkan kau menyentuhku!” ujar Audrey menantang dengan nada tinggi. Kini dia menyadari, dia sedang berhadapan dengan lelaki yang sudah tidak bisa lagi menguasai diri.
Kaki dan tangan Audrey berontak sebisanya, tapi bagaimanapun perlawanan wanita tanpa ilmu bela diri ini hanyalah sia-sia. Karena postur tegap lelaki pemilik tubuh atletis 185 senti dengan bahu bidang ini tidaklah sebanding dengan tubuh 172 senti milik Audrey.
Dan malam jahanam itu terenggut sudah kehormatan Audrey, istri cantik kesayangan Prabu.
“Kau biadab!“
Teriakan yang memecah kesunyian malam itu teredamkan oleh udara dingin ruangan yang terbuka.
Benigno puas luar biasa, dia berpikir satu fase dari rencana besarnya telah berhasil dia lakukan.
Audrey terduduk diam, kepalanya pusing, kemarahan bergolak dihati yang telah hancur berkeping-keping. Bayangan Prabu, serta si kecil yang masih berusia tujuh bulan, Ventria yang menangis menambah sakit Audrey kian menjadi.
Audrey kecewa karena merasa Benigno telah menjebaknya. Dalih lelaki itu akan membahas tentang pekerjaan ternyata adalah trik liciknya untuk merenggut kehormatannya.. Dengan segala cara, tanpa sepengetahuan Prabu dan sang istri, sebenarnya Benigno memiliki akses luas sehingga bukanlah hal sulit baginya membuat skenario agar Prabu urung hadir, dan dia akan dengan leluasa melampiaskan hasratnya.
“Menikahlah denganku!” Benigno berkata datar, sambil menghembuskan kepulan asap rokoknya. Meskipun terdengar seperti perintah, kalimat itu terdengar lembut, diucapkannya setelah dia telah selesai melampiaskan hasratnya.
Audrey terhenyak, tidak menduga lelaki yang tadi beringas itu tiba-tiba melamarnya, “Omong kosong!”
“Kalau kau tolak lamaranku ini, bersiap saja kau didera kesusahan. Suamimu yang miskin itu tidak akan bisa lagi mendapatkan tender pekerjaan. Rumahmu juga akan disita bank karena kalian tidak bisa mengangsur hutang kalian yang tidak seberapa itu, hahaha!” Benigno tergelak keras dan pergi berlalu. Kata-kata yang begitu kejam, tanpa perasaan.
Tubuh Audrey gemetar karena amarah dan putus asa. Dia telah mengetahui Benigno, adalah seorang trilyuner yang arogan, memiliki kekuasaan, sangat mudah baginya menjatuhkan bisnis usaha tidak seberapa besar yang telah susah payah dia rintis bersama suaminya.
Ceritakan tentang anakku.” Audrey bertanya saat mereka duduk di teras kecil itu.Audrey tiba-tiba bertanya kepada Nathan.“Beberapa kali kau mengatakan kata ‘anakku’, itu menyiratkan kalau anakku bukan anak kandungmu karena kau bilang kau suamiku.”Sungguh Nathan merasa ini episode tersulit yang harus ia dan istrinya lalui.Lelaki itu menatap ke arah cangkir kopinya yang telah kosong.Audrey tahu, sesuatu yang ia lupakan dan masih menjadi misteri itu bukan suatu kabar baik.“Kau pernah menikah dengan seseorang sebelum aku nikahi.” Akhirnya kata itu keluar dari bibirnya.“Apakah dia, Benigno yang aku cari?” Audrey menatap Nathan dengan ekspresi dalam, rasa ingin tahunya terlihat jelas.“Bukan.”“Lantas?”“Baiklah, aku akan membuka semua identitasmu.”Audrey memposisikan dirinya pada pose senyaman mungkin. Ia telah siap mendengarkan cerita Nathan.“Aku masih berkabung atas berpulangnya sahabatku, rekan kerjaku pada perusahaan yang kami berdua jalankan, ketika seminggu setelah pemakamanny
Sinar matahari menyinari kamar tidur nyaman ini. Kehangatan lembut meresap pada permukaan kulitnya.Pernahkah ia merasa lebih aman dan bahagia? Audrey sulit menjawab karena ingatannya hampir tak ada.Tapi ia tak bisa membayangkan merasa lebih aman daripada yang ia rasa sekarang ini.Kemarin, setelah singgah di sebuah desa terdapat sebuah toko bahan pangan, Ia melihat Nathan mengisi dua troli besar dengan sejumlah bahan makanan. Mereka berkendara selama berkilo-kilometer, jauh memasuki daerah pegunungan. Saat kemudian Nathan memasuki jalan berkerikil di puncak bukit, napas Audrey terasa terhenti, ia mengira dirinya telah melihat surga dalam perjalanan tadi, tapi itu hanya awalnya saja.Rumah kayu dua lantai milik Nathan terletak di puncak bukit menjulang. Terdapat teras kecil, di kedua lantai. Mereka menghadap lembah memikat dipenuhi pepohonan hijau menyejukkan. Tinggi dan masiv, pegunungan menjulang di kejauhan, menambah keindahan yang menakjubkan. Ia keluar dari mobil begitu Nathan be
"Enak saja. Jangan berani-beraninya kau menyalahkan dirimu. Ini semua salah Benigno. Sejak dulu bahkan sebelum aku mengenalmu, aku tahu siapa dia.”“Ceritakan bagaimana dia versimu.”Angin lembut menggerakkan rambut sebahu Audrey yang berwarna merah berpadu coklat yang keemasan, tampak kontras dengan pipinya yang bersih tanpa cela yang kini tidak pucat lagi, rona kemerahan telah tampak di situ.Begaimanapun saat ini adalah hari dimana ia merasa usahanya perlahan mulai menampakkan berita baik. Nathan akan menunda dulu cerita mengenai saudara tirinya itu agar tidak merusak suasana hati wanita ini.“Suatu saat aku akan menceritakan semua yang ingin kau katahui, ini hanya masalah waktu, SayangPanggilan itu sekali lagi membuat desir di hati Audrey tak tertahankan. Ia bisa menebak, lelaki di sampingnya tidak ingin suasana hatinya berubah karena mendengar sesuatu yang akan membuat ia tidak suka.Mungkin Nathan benar. Tapi ia tidak dapat mengenyahkan kenyataan bahwa jika ia tak pergi sendiri
Kau telah banyak membantu menguak tabir ini, Audrey,” ujar Patrick. “Berdasarkan informasi yang kau berikan dari sesi hipnotismu dua hari lalu, kami punya gambaran yang lebih jelas tentang keadaan fasilitas itu. Sepertinya dia punya banyak orang yang di rekrut untuk membantunya. Masalahnya, mereka itu siapa dan darimana asalnya?”“Mereka gelandangan.”“Apa?” Lima orang bertanya sekaligus.“Saat aku melatih, aku mendengar salah seorang pemuda menangis, mengatakan kalau dia ingin pulang. Pria yang memimpin latihan menghardiknya dan berkata, “Kau lupa? Kau tak punya rumah, layaknya idiot-idiot lain di sini. Kami memberi kalian para idiot gelandangan kesempatan tapi kalian bahkan tidak merasa beruntung.”“Itu masuk akal. Begitu banyak anak-anak jalanan sehingga tak ada yang kehilangan mereka saat mereka tak nampak.”Patrick berdiri, menandakan pertemuan hari ini akan usai. “Kau telah memberikan pemahaman baru bagi kami yang bahkan belum pernah kami pertimbangkan. Kerja yang bagus, Audrey.
Audrey mengedarkan pandangannya ke orang-orang dalam ruangan.“Suara lembut, jahat, melengking tapi maskulin, mengatakan padaku...” Audrey menelah ludah. “Dia akan menikmati saat menjinakkanku.”Nathan menahan perutnya yang bergolak, giginya gemeretak. Tapi ia berusaha menyembunyikan reaksi itu.Setelah menghembuskan napas panjang, Audrey berkata pelan. “Aku ingat rasa sakit...siksaan. Dia sangat menikmatinya.” Ia memejamkan mata, menahan gejolak di dadanya. “Aku mendengar tawa melengking...nyaris seperti memekik. Dia menertawakanku. Kurasa dia merancang siksaan berdasarkan yang menurutnya paling merendahkan dan sungguh menyakitkan.”Ketika Audrey membuka mata, Nathan yang memandangnya tidak berkedip, ingin melolong, ikut merasakan penderitaan nyata yang dipantulkan mata itu. Penderitaan dan rasa sakit tak terperi yang ia rasakan.“Aku digantung terbalik dalam kondisi telanjang...dan disirami air dingin. Kemudian dia menyuruh mereka meninggalkanku terbaring di satu tangan dan kakiku y
Troy Ferguson melangkahkan kaki ke dalam rumah utama, ia dilanda kebimbangan. Ia bertugas sebagai seorang eksekutor. Kali ini ia harus melakukan tugas itu lagi.Diketuknya pintu lab utama. Pemimpin membentak, “Masuk.”Dua pria berdiri di samping “Pemimpin”, mereka memegangi seorang wanita paruh baya, berambut gelap diantara mereka.Wanita itu telanjang. Tubuhnya lebam-lebam dan berdarah karena telah dipukuli. Penciumannya membawa aroma amis. Anak buah pemimpin sudah memakainya sebagai pelampiasan syahwat... wanita itu telah dihukum. Sungguh suatu pemandangan menyayat hati. Ia tak tahu alasannya, ia pun tak berani bertanya, karena kalau pemimpin sudah berkehendak, tiada yang boleh menghalangi. Jika pemimpin memilih untuk menghukum, itu haknya. Tidak ada yang boleh bertanya apalagi membangkang. Mata wanita itu bengkak dari pukulan bertubi-tubi yang telah ia terima. Dia mendongak, memandangnya dan sesuatu dalam dirinya tersentak, menusuk kebingungan tersebut. Wanita itu tersiksa, terluk
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen