Share

064.

last update Last Updated: 2025-04-10 11:40:31

“Ayo Pak Arman, kenapa diam saja?” Desak Tuan Bagas, tak suka jika waktu terbuang percuma seperti ini.

Arman menelan ludah. Wajahnya seketika pucat pasi.

‘Ke mana berkas yang udah aku siapkan semalam’ Lirihnya dengan nada panik, seraya mengeluarkan semua barang-barang dari dalam tas. ‘Astaga... Kenapa berkasnya bisa gak ada?’ Lanjutnya lagi.

“Ada masalah, Pak?” tanya sekretaris Tuan Bagas.

Arman menoleh dan segera menggeleng. la berusaha untuk tetap terlihat tenang, seraya terus membuka semua bagian tasnya.

Tapi nihil. Berkas yang ia cari tak ada di sana.

Arman berdecak pelan dan berkata, “Apa aku salah simpan berkas itu?”

“Pak Arman??” tegur Tuan Bagas untuk yang kedua kalinya. Bingung melihat gerak gerik Arman. Apa sebenarnya yang lelaki itu cari?

Tuan Bagas mengirim kode pada sekretarisnya untuk mendekati Arman, barangkali ada hal yang harus di bantu.

“Saya mencari berkas perencanaan perusahaan kita,” jawab Arman ketika sekretaris Tuan Bagas menghampirinya.

Melihat Arman
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    173.

    “Lihatlah Dio, kalau gak ada wanita yang mengurus tuh jadinya begini!! Baru satu bulan lho Papa di tinggalkan sama Mama, tapi Papa udah terlihat menyedihkan seperti ini.” Ungkap Galih, prihatin melihat penampilan Ayahnya yang tak terurus.Dio mengangguk,“Iya, Bang. Makanya sebagai anak kita harus bikin mereka bersatu lagi, Bang!!” Ucapnya penuh harap.Galih tersenyum kecut. “Gak gitu juga, Dio. Ini sebagai pelajaran kamu. Mumpung kamu belum menikah, jadilah lelaki yang bisa menghargai dan menjaga perasaan wanita!! Wanita kalau udah terlanjur sakit hati, dia gak akan mau lagi kembali!!” Jelasnya, memberi nasihat agar Dio sadar.Dio menghela napas panjang. Ucapan Galih sama halnya dengan ucapan yang di sampaikan temannya kemarin.“Iya, Bang,” Jawab Dio singkat.“Kita juga gak bisa maksa Mama buat nerima Papa lagi, Mama juga punya hak atas dirinya sendiri, Dio. Ini sudah jadi resikonya, makanya jangan main hati kalau tidak mau tersakiti!!” Ucap Galih lagi, membuat Dio kembali mengangguk

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    172.

    Pagi hari, pukul 06.30 wib,Galih mengecek ponsel. Matanya menyipit saat melihat banyak panggilan dari Dio sejak semalam.“Tumben tengah malam telepon, mau apa itu anak?” Gumam Galih mengernyit heran.Aisyah yang tengah mengambilkan nasi untuk suaminya itu pun seketika menoleh, karena penasaran.“Siapa, Mas?” Tanya Aisyah penasaran.“Ini sayang, Dio sejak semalam nelepon terus,” Jelas Galih sambil mengotak-atik ponselnya.“Coba Mas chat aja deh atau telepon balik, siapa tau aja ada yang penting, makanya Dio nelepon beberapa kali,” Ujar Aisyah.“Nggak usah, Galih!! Palingan si Dio itu mau minta bantuan kamu aja,” Renita yang baru saja datang menimpali. la kemudian ikut duduk di meja makan dan mengambil piring.Galih mengerutkan kening, “Bantuan apa, Ma?” Tanyanya penasaran.“Papa kamu katanya sakit, mungkin Dio kewalahan ngurusin Papa kamu,” Jawab Renita dengan santai.“Papa sakit apa, Ma?” Tanya Aisyah juga penasaran.“Mama juga kurang tau, Syah. Mama gak nanya soalnya, dan gak mau pe

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    171.

    Drrt... Drrt...Dering ponsel berbunyi saat mata Renita sudah hampir terpejam. Malas sekali rasanya untuk membuka mata Iagi. Namun, suara getaran yang terus menerus membuat Renita akhirnya terpaksa bangun dari tidurnya.“Halo...” Ucap Reni dengan suara serak saat panggilan terhubung.[Halo, Ma. Tolong Dio, Ma! Tolongg!!]Di seberang telepon, terdengar suara panik dari Dio, membuat Renita seketika membuka matanya dengan lebar.“Halo Dio. Kamu kenapa, Nak?” Tanya Renita panik.Renita langsung duduk di tepi ranjang, ia menajamkan telinga untuk mendengarkan cerita putranya.“Halo, ada apa Dio? Kamu kalau cerita yang jelas!” Tanya Renita lagi, mendesak.[Ma, Papa sakit, Ma. Bantuin Dio urus untuk Papa dong, Ma. Dio gak bisa nih ngurusin Papa dua puluh empat jam, Dio kan harus kuliah, Ma]“A-Apa?! Jadi Papa kamu selama ini tinggal sama kamu?” Tanya Renita terkejut.[Iya, Ma. Udah tiga hari Papa sakit, Ma]“Ya udah tinggal bawa berobat aja di klinik, Dio. Kamu bikin Mama panik aja, kirain ad

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    170.

    “Diam kamu, Aisyah! Kamu gak usah ikut capur!! Di mana Renita sekarang, hah? Suruh dia keluar sekarang juga!!” Sentak Indri teriak-teriak.Sedang Aisyah tetap santai menghadapi pelakor di hubungan mertuanya.“Mama Renita gak ada waktu untuk nemuin Tante!! Lebih baik Tante pergi aja sana! Tante gak pantes menginjakkan kaki di rumahku ini!!” Jawab Aisyah masih dengan tenang.Dada Indri jadi naik turun penuh emosi, bisa-bisanya wanita itu malah mengusirnya.“Heh, Aisyah!! Jangan kurang ajar kamu ya sama orang tua! Kamu itu lagi hamil, mau aku sumpahin keguguran sama kamu?!” ucap Indri dengan suara yang melengking.Dada Aisyah memburu mendengar Indri menyumpahinya yang tidak-tidak. Namun, ia tetap berusaha untuk tenang.“Sumpah dari seorang pelakor itu gak akan mempan! Hati-hati lho, doa buruk itu akan kembali buruk pada orang yang mendoakan!” Balas Aisyah kemudian segera berbalik badan dan meninggalkan Indri begitu saja.“Aisyah tungguu! Suruh Renita keluar sekarang jugaa! Jangan sembun

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    169.

    Waktu terasa begitu cepat berlalu... Sudah satu bulan Wijaya pisah rumah dengan Renita. Selama itu juga, Wijaya juga tak bersama Indri. Nomor ponsel Wijaya tiba-tiba tidak bisa di hubungi oleh Indri sejak kepergiannya izin ke kantor sebulan yang lalu. Indri jadi kalang kabut mencari kabar Wijaya yang tiba-tiba menghilang bak di telan bumi. Padahal, Wijaya sudah janji akan tinggal bersama Indri, tetapi sampai sekarang Wijaya tak juga menghubunginya. “Kemana sebenarnya kamu, Mas Wijaya? Di rumah lama kamu, kamu gak ada, di kantor juga kata karyawan kamu gak ada,” Gumam Indri, merasa khawatir. la sudah mencari Wijaya ke rumah pria itu, bahkan sampai ke kantor. Namun, karyawan di kantor itu bilang bahwa Wijaya tidak pernah lagi datang ke kantor. “Atau jangan-jangan Renita sengaja menyembunyikan Mas Wijaya? Atau diam-diam mereka kembali tapi sengaja menyembunyikan semuanya dari aku?” Gumam Indri lagi, tiba-tiba memiliki prasangka seperti itu. Menurut Indri, tak mungkin Wijaya mengh

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    168.

    Renita tiba di rumah Galih dengan selamat. Ia segera turun dan masuk ke dalam rumah. Di dalam, Aisyah yang tengah bersantai di delan tv langsung menyambut Ibu mertuanya dengan wajah sendu. ‘Kasian Mama, wajahnya sembab setiap hari,’ Batin Aisyah saat melihat Renita berjalan masuk. “Mama...” Panggil Aisyah lembut. Renita langsung berjalan menghampiri Aisyah dan memeluk begitu saja. “Maafin Mama ya, Syah. Maaf karena Mama membuat kamu cemas. Mama akan akhiri semuanya biar kita semua kembali tenang,” Ungkap Renita, walaupun rasanya berat, tapi memang inilah jalan yang terbaik menurutnya. Aisyah terkejut, “Maksud Mama?” Tanyanya bingung. “Mama sudah memutuskan akan pisah dari Papa, Syah. Mama bener-bener gak bisa maafin Papa gitu aja, hati Mama terlalu sakit, Mama trauma kalau nanti malah kembali di khianati lagi,” Ungkap Renita lagi sembari melepas pelukannya pada Aisyah. Renita kemudian duduk dan menyandarkan tubuhnya di sofa dengan wajah yang kusut. “Bi Ani, tolong biki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status