Share

Bab 5. Pertemuan

Author: Astika Buana
last update Last Updated: 2025-11-29 19:36:02

“Loh, kok sudah di rumah?” tanya Bu Hanum, menanggapi kehadiran pria itu. “Non Keira mana?”

“Di depan, Bu,” jawab pria asing–yang kemudian Cahya kenali sebagai sopir keluarga itu. “Sedang murung. Tadi bertengkar sama temannya.”

“Aduh.” Bu Hanum menghela napas. Beliau bergegas melangkah menuju ke ruang depan, setelah melambaikan tangan pada Cahya. Menyuruhnya ikut serta.

Di ruangan depan, Cahya melihat seorang gadis cantik berambut cokelat sebahu sedang duduk bersandar di sofa. Tangannya menyilang di depan dada, sementara wajahnya kusut, cemberut menatap taman di depan.

“Non Keira, kenapa cemberut?” Bu Hanum bertanya halus. “Bertengkar dengan teman lagi ya?”

“Mereka bilang aku selalu mau menang sendiri, Bude. Pas sih, soalnya nggak ada Ibu yang ngajarin. Nggak harus ngalah sama adik juga,” adu gadis cilik itu. “Terus pada nggak mau temenan sama aku.”

Keira, gadis cilik itu, kemudian menatap ke arah Bu Hanum. Namun, perhatiannya langsung tertuju pada orang asing yang berdiri di belakang Bu Hanum.

“Itu siapa, Bude?”

Bu Hanum tampak lega dengan pertanyaan Keira, menandakan perhatiannya yang teralihkan.

“Oh, ini, Non. Namanya Mbak Cahya, yang kemarin saya ceritakan.” 

Sepasang mata Keira melebar. “Ini mbak baru yang punya adik, Bude?” seru gadis kecil bermata coklat ini. Senyumnya mengembang menunjukkan lesung pipit pada wajah putih kemerahan.

Gadis itu langsung bangkit berdiri dan menyodorkan tangannya ke Cahya. Sambil tersenyum. 

Melihatnya, Cahya turut tersenyum. “Saya Cahya, Non.”

Tanpa melepas genggaman, dia melongok dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tatapannya yang berbinar sesaat meredup.

“Adik mana?”

Cahya terhenyak ketika siku Bu Hanum menyenggol lengannya. “Sakti,” bisik wanita tua itu.

“Oh, Adik Sakti? E … adik sedang tidur, Non.”

“Aku mau lihat!” Tanpa menunggu jawaban, Keira melangkah cepat.

Rambutnya yang coklat melebihi bahu bergerak-gerak. Dia menuju kamar di mana Sakti sedang tidur. 

Bu Hanum memberi tanpa kepada Cahya supaya mengikuti majikan kecil itu. Sedangkan dia menuju kamar Keira untuk meletakkan peralatan sekolahnya.

Sementara itu, Keira sudah di kamar Cahya. Duduk di sebelah Sakti yang masih tertidur pulas. 

Tatapan gadis cilik tak lepas dari bayi itu. Dengan suara berbisik dia bertanya, “Adik Sakti bangun jam berapa?”

Cahya ikut duduk di tepi ranjang. Sambil mengembangkan senyuman dia mengusap dahi bayi berpipi gembul itu. 

“Adik masih nyenyak tidurnya. Setelah Non Keira ganti baju dan makan, adik pasti sudah bangun.”

“Iya?! Kalau begitu Keira makan dulu! Trus main sama adik Sakti!” serunya kemudian dia menutup mulut setelah menyadari suaranya bisa mengagetkan bayi kecil itu.

Gadis kecil itu beringsut, menerima uluran Cahya untuk menuruni ranjang. 

Bu Hanum bersama pengasuh menyambut gadis itu di meja makan.

“Aku harus makan banyak!”

“Non Keira senang?”

“Senang. Sangat senang. Akhirnya aku punya adik lucu,” ucapnya sebelum menggigit paha ayam goreng. 

Satu piring besar tanpa sisa. Gadis kecil itu buru-buru meneguk air minum. Seakan tidak sabar untuk segera bermain dengan adik barunya. 

Namun, niatnya urung ketika menyadari siapa yang datang.

“Papi!” Keira loncat kegirangan. Dia berlari menyambut kehadiran laki-laki yang baru datang itu.

“Sayang, Papi baru datang. Nanti setelah Papi bersih-bersih, ya.”

Gadis itu merengut ketika uluran tangannya diabaikan. Namun, dia tidak menyerah. Tetap mengekori sambil bercerita tentang kegiatan sekolahnya.

“Papi mau di kamar dulu. Jangan diganggu.”

“Yah, Papi. Ayo aku kenalkan dulu ke Mbak yang baru dan Adik.”

Pria itu, Ethan, mengernyit dalam. “Siapa yang kamu maksud?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dimanjakan sang Majikan Tampan   Bab 29. Tanda Kepemilikan

    Ruang indah itu tercipta kembali. Cahya luruh di dalam pelukan sang majikan yang tidak mampu dia abaikan.Bertolak dari tempat makan malam, mobil mereka berhenti di tepi pantai. Seakan kurang puas menikmati malam, kebersamaan pun berlanjut.Tangan Ethan merengkuh kepala wanita itu untuk barsandar di bahunya. Mengaitkan jemari untuk tetap tinggal di pangkuan. “Tanganmu begitu kuat, Aya. Aku suka.”Ibu jari Ethan mengusap-usap telapak tangan Cahya. Lalu dia mengamati garis tangan, kemudian membandingkan dengan miliknya.“Begitulah tangan pekerja. Kasar,” jawab Cahya tanpa berniat menarik tangan.“Bukan kasar, tetapi terlihat kalau kamu cekatan dalam segala hal.”Kali ini, usapan merambah pada punggung tangan. Kemudian menyusuri bulu-bulu halus yang menghiasai kulit putih kekuningan. Membandingkan miliknya yang putih kemerahan.“Kamu tidak memakai perhiasan? Bukankah wanita menyukai itu?”Cahya tersenyum. “Meskipun suka, tetapi saya tidak pernah memikirkan itu.”“Sayang sekali. Tangan k

  • Dimanjakan sang Majikan Tampan   Bab 28. Makan Malam Orang Dewasa

    Biasanya jadi waitress melayani, sekarang justru dilayani.Seumur-umur Cahya tidak pernah membayangkan akan dilayani seperti ini. Ingin pun tidak, karena lebih memilih tidak membuang uang sekadar untuk mengisi perut. Untuk apa mengeluarkan uang yang cukup untuk makan dua bulan?“Makan itu tidak hanya mengisi makanan ke dalam perut. Ini yang harus kamu pelajari dari sudut pandang pembeli,” ucap Ethan setelah makanan mulai disajikan.Pertama appetizer. Cahya menatap hidangan di depannya yang begitu indah. Potongan tipis yang melingkar berbentuk bunga. Cantik, kecil, dan terlihat mahal.“Makan.”“Baik, Tuan.”Cahya mencari rasa yang dia kenal. Seperti mentimun, lobak, dan saus sedikit asam begitu unik. Rasa segar pecah saat mengunyah makanan ini.“Menurut kamu bagaimana?”“Cantik di mata, dan di mulut terasa segar,” jawab Cahya. Kemudian menambahkan tetapi dalam hati. ‘Plus kering di kantong.’“Good. Konsep makanan tetap sama. Pertama sasarannya mata, baru setelahnya indra perasa.” Sang m

  • Dimanjakan sang Majikan Tampan   Bab 27. Tidak Sekedar Dekat

    “Segala sesuatu itu lebih baik ditanyakan daripada dipikir sendiri, tetapi itu salah.” Ethan memalingkan wajah ke Cahya.Lampu merah meleluasakan dia untuk mengamati tingkah wanita di sampingnya. Meskipun tetap diam, tetapi gerakan jari-jarinya menandakan ada bergolakan. Seperti maling yang ketahuan, jantung Cahya pun berdegup kencang.Sampai lampu menyala hijau, wanita ayu itu tetap diam. Dia mungkin masih membutuhkan ruang dan waktu untuk melepaskan diri dari emosi, pikir Ethan. Pandangan mata Cahya bergerak ke belakang. Mobil yang dia tumpangi melewati jalan menuju ke rumah."Tuan, kita akan kemana?" "Ternyata kamu masih bisa bersuara." Ethan tersenyum kecil tanpa menjawab pertanyaan. Mobil mewah berwarna hitam itu meluncur, sementara isi kepala Cahya mulai mencerna penjelasan Ethan tentang kejadian tadi. Memang terlihat mereka seperti bermesraan. Akan tetapi melihat posisinya, bukankah itu justru menandakan penyerangan?Pikirannya menyelidik dalam. Lelaki di sampingnya ini pun

  • Dimanjakan sang Majikan Tampan   Bab 26. Lengket

    Setelah waktu pulang tiba, mereka berkemas.“Mbak Cahya aku antar, ya? Aku bawa motor sendiri.” Komang menunjuk sepeda motor merah.“Tumben.”“Suami ngantar tamu ke Jawa.”Dia memang diantar jemput suaminya yang kesehariannya sopir ojek mobil online. Padahal dia bisa naik motor sendiri. Namun, tidak diperbolehkan keluar rumah tanpa suami.“Yuk! Sekalian kita jalan-jalan ke Kuta. Aku lama tidak kelayapan sendiri. Lumayan menikmati jadi nak bujang ketika suami pergi,” ucap Komang sambil tertawa.“Jangan gitu, nak e. Suami cari duit malah jalan-jalan.”“Ya kan memang yang tugasnya buang duit itu istri. Ayok!”“Hmm… tidak deh, Mbok. Aku ingin cepat pulang saja. Istirahat.”“Yah….” Akhirnya Komang menyerah. Dia memakai helm dan bersiap untuk berangkat. Saat mesin motor menyala…“Aku ikut, dah,” seru Cahya tiba-tiba. Tanpa menunggu jawaban dia langsung duduk di belakang. “Berangkat sekarang aja. Yuk!”Komang merasa heran, tetapi dia tetap tanjap gas. Sedangkan Cahya menunduk, menyembunyika

  • Dimanjakan sang Majikan Tampan   Bab 25. Terikat

    “Cukup, Erika! Jangan bikin ribut!”Teriakan Ethan tidak menyurutkan, justru memantik kemarahan Erika. Wanita itu mendengkus sambil menatap Cahya penuh kebencian.“Tidak! Orang seperti dia kalau dibiarkan akan semakin belagu! Dia salah!” Sekarang Erika justru menatap Ethan. Ada rasa tidak terima di sana.Ethan menghela napas panjang. Sorot matanya melunak. “Mengerti. Tetapi tidak harus dengan kekerasan, kan? Dia pun tidak salah seratus persen karena dia melaksanakan tu__”“Kamu membela dia, Kak? Perempuan ini salah! Lepaskan!” Wanita itu mendesis. Perlahan tangannya terbebas dari genggaman Ethan.Erika menyeringai.PLAK!Tangan kanan terayun.Sedangkan tangan satunya meraih gelas berisi jus alpukat, dan ….BYUR….Seketika, dari ujung kepala Cahya basah. Wanita malang itu hanya bisa menahan napas ketika aliran melewati wajahnya. Tubuhnya gemetar dengan posisi sama. Kedua tangan membawa nampan yang penuh dengan makanan pesanan Erika.“Gila kamu, Erika!”Ethan mengambil alih nampan dan me

  • Dimanjakan sang Majikan Tampan   Bab 24. Menyerang Kembali

    “Hei! Melamun, ya!”“Eh, Mbok Komang. Kaget aku.”Komang mensejajari Cahya dan menyenggolkan lengannya. “Mikiran apa, sih. Sampai tidak dengar aku panggil-panggil.”Cahya menoleh. “Iya?”“Lagi tremor karena diomelin Bos, ya?”“Mbok Komang lihat?”“Iya. Kamu mengangguk-angguk sedangkan Bos Ethan gini-gini,” celetuk Komang sambil memperagakan gerakan Ethan yang menunjuk-nunjuk. “Apes kamu. Baru sampai sudah ketangkap.”Dahi Cahya mengernyit. Dalam hati dia berkesimpulan kalau teman kerjanya ini tidak melihatnya keluar dari mobil Ethan.Sampai detik ini, yang teman-temannya tahu sebatas dia adalah karyawan yang diseleksi langsung oleh Bu Hanum. Tidak lebih. Termasuk dimana Cahya tinggal dan apa tugasnya.“Nasib buruk, ya, Mbok,” sahut Cahya sambil tersenyum lega.“Memang iya. Kok, Mbak tahu?”“Heh?!”Langkah Cahya semakin berat mendengar penjelasan Komang berikutnya. Teman kerjanya itu menceritakan kalau dulu ada temannya yang mendapat celaka gara-gara berbicara lama dengan Ethan.“Apala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status