Ratna masih tetap pada pendiriannya. Ia tetap ingin mengambil Ningroem menjadi adik madu nya. karena ia yakin dengan hatinya bahwa Ningroem adalah wanita yang baik. Baik secara lahir maupun batin, yang terlihat dari kesehariannya.
Bagaimana sabarnya dia menghidupi dirinya sendiri beserta kedua anaknya. Ningroem berjuang sendiri. Ia sosok wanita hebat belum tentu dirinya bisa sesabar dan sekuat Ningroem, itu yang menjadi tekad Ratna untuk tetap kukuh menunggu sampai Ningroem luluh hatinya. Hari ini Ratna akan mengambil dan menjaga Denis supaya suaminya bisa kencan berdua saja dengan Ningroem.
Dani pasti tidak akan menolak jika Ratna yang meminta karena dia tidak sanggup melihat buliran bening di kedua netranya. Walaupun dengan sedikit terpaksa pasti suaminya akan menuruti keinginan Ratna.
Jika tidak seperti itu keinginan Ratna untuk memiliki anak dari Dani tidak akan pernah terkabulkan.
Bagaimana dengan keluarga Ratna? Mereka sudah tidak bisa mencegah keinginan Ratna. Bukankah sudah ada sunahnya yang tertulis di Al-Qur'an. Ratna percaya Suaminya bisa berlaku seadil-adilnya.
Sore ini langit tampak cerah, Dani kebetulan pulang cepat karena jualan ayam potong di pasar sedang ramai. Dani bekerja di pasar menjajakan ayam potong milik kerabatnya, gajinya lumayan untuk kebutuhan sehari-hari yang lebih dari cukup. Jika habis
Dani sedang menikmati goreng pisang hasil buatan Ratna sambil menonton televisi, Ratna duduk di sebelahnya. Wanita ayu itu ingin menyampaikan niatnya.
"Mas, setelah ini bersiap yang rapi, ya?" Kemudian wanita ayu itu berlalu dari hadapan Dani. Laki-laki berambut lurus agak panjang itu hanya menatapnya sekilas, kemudian fokus kembali pada layar televisi. Sesaat kemudian Dani berdiri menyusul Ratna yang sudah lebih dulu berjalan menuju kamar.
"Maksudnya, Adek ingin jalan-jalan, ya?" Dani mengiringi langkah Ratna menuju kamar. Ratna membuka lemari baju mengambil beberapa kemeja milik suaminya mengepaskannya ke dada bidangnya Dani. Dani mengernyitkan keningnya melihat perlakuan Istrinya.
"Pokoknya, Mas pakai baju yang paling bagus, ya?" Tangan Ratna tak henti memilih baju yang sekiranya cocok dan pantas untuk Dani.
Ratna mengambil kemeja putih dan celana hitam.
"Tes, deh. Mas," ucap Ratna meletakkan kemeja ke dada suaminya, memperhatikan wajah Dani dengan baju yang ditaruh di dadanya.
"Tak salah. ini seperti SPG saja!" gurau Dani menahan tawa padahal dari tadi ia tak ingin tertawa. Namun, ketika Dani melihat istrinya mengambilkan kemeja berwarna putih dan celana kerja hitam panjang ia merasa geli. Masa mau pergi dengan pakaian seperti ini.
"Ya, sudah. Ganti deh, biar tidak di sebut SPG," sahut Ratna mengambil lagi kaos biru dongker yang sekiranya cocok dengan celana hitam. Dani terlihat lebih gagah, tampak lebih muda. Ratna menatapnya tak berkedip, ternyata suaminya masih gagah di usianya yang menginjak 40 tahun.
"Ada, apa sih Dek? sampai harus mencoba beberapa baju?" Dani keheranan melihat kelakuan istrinya yang tidak seperti biasanya.
"Sudah, menurut saja. Kalau tidak Adek pergi nih. nanti malam, Mas tidur sendiri di kamar mau?" ancam Ratna membulatkan netranya.
Dani lemah jika sudah menyangkut tentang Ratna. Itu karena Dani betul-betul mencintai Ratna bahkan sampai hari ini cintanya tidak pernah berkurang sedikitpun.
Ratna mengambil sepiring pisang goreng tepung yang baru selesai digorengnya membawanya ke ruang keluarga untuk menonton televisi.
Wanita ayu menemani Dani yang sedang menikmati cemilannya di depan layar televisi, menyantapnya beberapa potong. Setelahnya Ratna bangkit berdiri dari kursi, berniat pergi ke rumah Ningroem yang bersebelahan dengan rumahnya.
Ratna keluar dari rumahnya melangkah menuju rumah Ningroem. Terlihat Ningroem sedang mengajak Denis bermain di lapangan yang tidak jauh dari rumahnya kami. Ratna berjalan menghampiri wanita berlesung pipi, setelah ada di hadapannya wanita ayu menepuk pundaknya pelan. Ningroem melonjak kaget, spontan menoleh ke arah Ratna menatapnya sesaat.
"Ada apa Mbak, kaget aku," sahut Ningroem yang sedang mengajak Denis berjalan.
"Pulang, yuk?"
Ningroem tidak paham dengan maksud Ratna. Namun, wanita berlesung Pipi tetap mengambil Denis yang sedang bermain menggendongnya. Keduanya melangkah beriringan.
Setelah sampai di depan rumah Ratna menarik Ningroem masuk ke dalam rumahnya. Kemudian Ratna berbisik di telinganya,
"Mbak, Denis biar sama aku saja, ya? Sekarang Mbak berdandan secantik mungkin untuk jalan-jalan bersama Mas Dani. Jika Mbak perlu apa-apa beli saja, biar Mas Dani yang bayar."
"Apa, Mbak, a-aku jalan dengan Mas Dani, sekarang tanpa Mbak?" tanya Ningroem tak percaya dengan ucapan yang baru di dengar nya. Sehingga ia membulatkan kedua netranya.
"Iya, biar Mbak bisa mengenal, Mas Dani dulu."
"Tapi Mbak –"
"Maksudmu orang diluaran sana yang akan bergosip?"
"Iya, bagaimana?"
"Biarkan saja mereka bergunjing sesukanya, toh mereka tidak tahu duduk persoalannya."
"Tapi, bagaimana dengan, Mbak?"
"Aku tidak kenapa-kenapa, baik-baik saja. Sudah rapikan dirimu, buat Mas Dani suka kepadamu!"
Ratna mendorong Ningroem masuk ke dalam rumahnya untuk merapikan dirinya. Sementara Ratna mengajak Denis bermain di teras bersamanya.
"Dek, ayo katanya mau pergi, kok belum ngerapih?" tanya Dani heran melihat istrinya masih mengenakan daster dan malah bermain dengan Denis.
"Sini Mas," pinta Ratna menepuk lantai di sebelahnya.
Dani melangkah menghampiri Istrinya. Berjongkok di sisi istrinya yang duduk bersama Denis.
"Ada apa, Dek?"
"Mas pergi bareng Ningroem, ya? anggap saja Mas sedang dalam masa penjajakan, sebelum akhirnya menikah denganku dulu."
"Dek –."
Ratna menempelkan telunjuknya di bibir Dani. Sehingga pria itu diam tak melanjutkan ucapannya.
Dani menghirup udara sebanyak-banyaknya, menghempaskannya kasar. Ratna tahu suaminya gusar dan gugup karena harus pergi dengan wanita lain, bukan istrinya sendiri.
Ratna tahu suaminya tidak suka dengan tindakannya ini, tapi hanya ini satu-satunya jalan supaya Dani memiliki keturunan. Karena keturunan darinya sudah tidak bisa diharapkan lagi.
"Jika Mas, menolak aku akan pergi entah kemana!" ancam Ratna menatap kedua netra Dani lekat.
"Baiklah, ini demi kamu!"
'Maafkan Ratna, Mas atas sikapku ini, ini semua demi kamu demi kita di masa yang akan datang,' ratap Ratna di dalam hatinya
Dani bangkit meninggalkan Ratna kemudian melangkah duduk di teras rumahnya, menunggu Ningroem yang belum juga keluar dari rumahnya.
Ratna melangkah masuk ke dalam rumah Ningroem karena pintunya tidak di kunci. Wanita ayu meninggalkan Denis yang asyik bermain mobil-mobilan di teras rumah. Ratna masuk ke dalam rumah Ningroem mencari ke arah kanan dan kiri. Menyusuri ruangan demi ruangan yang ada di rumah Ningroem. Namun, tidak di temukan keberadaan Ningroem di manapun. Sehingga Ratna menjadi khawatir. Jangan-jangan Ningroem kabur melalui pintu belakang karena ia memaksanya untuk jalan dengan suaminya. Ratna melangkah menuju dapur namun, di sana juga tidak ditemukan keberadaan Ningroem.
"Mbak, Mbak."
Ratna memanggil Ningroem beberapa kali, kini wajahnya sudah terlihat pucat karena tidak menemukan wanita berlesung pipi di dalam rumahnya.
Ningroem bergegas masuk dari pintu belakang, menghampiri Ratna yang dari tadi memanggil-manggil namanya. Samar Ningroem mendengar panggilan Ratna dari rumahnya. Ningroem keluar melalui pintu belakang untuk membeli diapers karena kehabisan stok di rumah."Ada, apa Mbak?" tanya Ningroem melihat wajah wajah Ratna yang panik dan pucat pasi."Mbak, dari mana saja aku panggil-panggil tidak menjawab?""Maaf Mbak, tadi habis dari warung dulu membeli diapers untuk Denis karena di rumah habis," sahut Ningroem memperlihatkan kantong plastik berwarna putih yang berisi 2 bungkus diapers."Ya, ampun Mbak, Aku kira Mbak marah sama aku? kabur melalui pintu belakang," sahut Ratna merasa lucu sehingga tertawa tertahan menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Wajahnya yang tadi pucat kini dialiri darah kembali."Ya Allah Mbak, aku mau kabur kemana? Mbak tahu sendiri aku hanya mempunyai kontrakan sepetak, ini juga ngontak. Tidak punya saudara, sebatang kara," jelas Ningroem kepada Mbak Ratna.Ya ampun Mb
Pergi berdua saja dengan suami orang atas izin istri pertama, bagi Ningroem ini sungguh aneh. haruskah Ningroem merasa senang? Ningroem menepis sesaat rasa yang hadir dan yang tak seharusnya ada. Dirinya tidak boleh jatuh cinta sekarang, hanya karena diajak jalan-jalan. Mungkin perasaan itu hadir karena sepanjang hidup Ningroem bersama dengan Bram dulu, tidak pernah sekalipun di ajak jalan-jalan. Sepanjang hari Ningroem hanya menghabiskan waktunya di rumah saja. Mengurus urusan sumur, kasur dan dapur. Suami orang yang bersamanya kini bersikap baik padanya. tidak ajang aji mumpung main peluk dan cium sesukanya. Malah terkesan canggung layaknya hanya teman biasa. Bicara juga hanya seperlunya saja. Ningroem sepenuhnya sadar siapa dirinya. Ningroem hanya ingin menjaga hubungan baiknya dengan Ratna tidak ada niat untuk mengambil Dani. Walaupun setelah bersamanya beberapa jam meninggalkan kesan yang aneh di dalam relung hati Ningroem. Rasanya suami orang itu sanggup menutup lubang di
Ningroem menciumi Denis karena kangen, Ratna menatap kami sesaat kemudian beralih menatap suaminya. "Dek, Mas, bawain ini, tadi beli di tempat oleh-oleh, Adek 'kan suka sekali Daster." Mas Dani menyerahkan kantong plastik yang dibawanya, pada Ningroem dan juga istrinya. Wajah Ratna tampak sumringah melengkungkan seulas senyum di bibirnya. Ningroem merasa tidak enak berlama di rumah Ratna, segera ia berpamitan, mengucapkan terimakasih. Menggendong Denis, membawa kantong plastik berisi pakaian yang di belikan Dani. Tiba di rumah Ningroem menurunkan Denis, membiarkannya bebas bergerak semaunya. Ningroem memang tidak membiasakan Denis untuk terus dalam gendongannya. Selain karena tidak kuat terus gendong karena berat badannya yang terus bertambah. Sehingga membuat Ningroem cepat lelah kalau terus-terusan menggendongnya. Ningroem sengaja membiasakan Denis untuk aktif bergerak, supaya otot-otot kakinya cepat berfungsi sehingga cepat bisa berjalan. Ningroem membuka kantong plastik
"Dek tidak apa-apa?" Dani bertanya pada Ningroem di saat motor sedang melaju. Wanita berlesung pipi menatap pria di depannya dengan mata yang sembab, karena menangis sudah dituduh macam-macam oleh Bram –mantan suaminya. "Tidak apa-apa." sahut Ningroem singkat tangannya masih sibuk menghapus sisa air mata yang membasahi pipinya. "Yang sabar, ya? Segala sesuatu pasti ada jalan keluarnya. "Kurang sabar apa, sih Mas diriku ini. Kenapa masalah datang dan pergi silih berganti menghampiri diriku." Tangan Ningroem mengusap sisa air mata yang tergenang di sudut matanya. Dani diam saja tak berkata apapun, hanya menatap wanita berlesung pipi dari kaca spion. Beberapa bulan kemudian. Ratna datang ke rumah Ningroem, Ningroem tidak merasa kaget karena memang keduanya tinggal bersebelahan. "Denis, sudah mandi belum?" tanya Ratna pada anakku yang sedang di pakaikan baju. "Sudah, Nda," sahut Ningroem mewakili Denis, yang memang belum lancar bicara hanya bisa berkata Mah, tuh dan nih. Ratna du
Ratna menuntun Ningroem untuk memasuki sebuah mobil, yang sudah dihias dengan bunga warna-warni. Terlihat indah untuk pasangan pengantin. Netra Ningroem berkeliling menyapu semua orang yang hadir. Namun tak di temukan keberadaan Dani di dana. Ningroem tidak berani bertanya hanya berdoa dalam hati 'semoga aku dijauhkan dari hal yang tidak baik, apapun itu bentuknya'. Amin. Ningroem tidak ingin suudzon pada Ratna. Karena dia orang baik dan Ratna bukanlah orang yang akan ingkar pada janjinya. Mungkin pengantin pria dan wanita tidak boleh satu mobil. Itu menurut orang tua dulu yang dikatakan Bu Mumun —mantan mertuanya. Ketika aku menikah dengan Bram. Pamali katanya. Bisa terjadi hal yang tak diinginkan. Mobil yang Ningroem naiki berisi Bu Mumun dengan kedua anakku, serta beberapa orang tetangga. Sedangkan Ratna dan beberapa orang tetangga sebagai saksi nanti di saat ijab Kabul. Berada di mobil yang satu lagi. Mobil mulai melaju menyusuri jalan raya dengan tujuan ke KUA. Ya rencana
Ikrar ijab kabul telah diucapkan, hari ini Ningroem resmi menjadi istri kedua Dani dengan izin istri pertama tentunya. Bahagia sudah jelas. Namun merasa tak enak hati juga ada. Ningroem harus merelakan Dani untuk berbagi ranjang dengan Ratna yang merupakan istri pertamanya. Namun, Malam ini Ratna tidak di rumah dia meminta ijin pada Ningroem untuk menginap di rumah orang tuanya satu dua hari. Rupanya Ratna memberi Ningroem waktu untuk melewati malam pertama dengan Dani. Ningroem merasa senang karena Dani hanya bisa fokus padanya saja. Pintu diketuk dari luar beberapa kali. Ningroem yang senang memberikan ASI terpaksa melepaskan Denis yang sedang menghisapnya. Untung dia mau lepas dan tetap terlelap. Ningroem beringsut perlahan turun dari tempat tidur, melangkah menuju pintu utama untuk membuka pintu. Pintu diketuk pelan lagi beberapa kali dengan sapaan lembut dari seseorang. "Dek, Dek ...." "Iya, sebentar." Ningroem memutar kunci terdengar bunyi jepret tanda terbuka, menekan gag
Ningroem menatapnya sejenak berhenti mengunyah nasi. Kemudian meneruskan mengunyah. Setelah ku telan baru aku menjawab pertanyaannya."Aku tak mau menjadi bebanmu, apalagi aku punya dua tanggungan." "Mas, paham itu sudah menjadi tanggungan Mas juga bukannya beban tetapi sudah kewajiban."Ningroem menatap kedua manik netra Dani untuk mencari kesungguhan dalam ucapannya. Betulkah pria ini tulus memintaku untuk berhenti kerja? atau hanya mencari simpatik saja? Aku sungguh bingung."Tidak ah, Mas. biarkan Aku tetap bekerja." pinta Ningroem memaksa. Karena dirinya merasa tidak enak jika kedua anaknya menjadi beban Dani juga."Ee ..., Atau begini saja. Adik buka potong ayam saja di depan, nanti Mas ambilkan dari bos. lumayan tuh untungnya bagaimana?" kata Mas Dani memberikan masukan."Bagaimana, ya? beri kesempatan untuk Ningroem berpikir dulu. Ya, Mas?" "Baiklah."Mungkin memang niat Dani baik supaya Ningroem tidak kecapean kerja.Apakah Jika Jualan ayam potong di sini laku, nggak, ya? N
Ikrar ijab kabul telah diucapkan, hari ini Ningroem resmi menjadi istri kedua Dani dengan izin istri pertama tentunya. Bahagia sudah jelas. Namun merasa tak enak hati juga ada. Ningroem harus merelakan Dani untuk berbagi ranjang dengan Ratna yang merupakan istri pertamanya. Namun, Malam ini Ratna tidak di rumah dia meminta ijin pada Ningroem untuk menginap di rumah orang tuanya satu dua hari. Rupanya Ratna memberi Ningroem waktu untuk melewati malam pertama dengan Dani. Ningroem merasa senang karena Dani hanya bisa fokus padanya saja. Pintu diketuk dari luar beberapa kali. Ningroem yang senang memberikan ASI terpaksa melepaskan Denis yang sedang menghisapnya. Untung dia mau lepas dan tetap terlelap. Ningroem beringsut perlahan turun dari tempat tidur, melangkah menuju pintu utama untuk membuka pintu. Pintu diketuk pelan lagi beberapa kali dengan sapaan lembut dari seseorang. "Dek, Dek ...." "Iya, sebentar." Ningroem memutar kunci terdengar bunyi jepret tanda terbuka, menekan gaga