Share

Part 7

Ratna masih tetap pada pendiriannya. Ia tetap ingin mengambil Ningroem menjadi adik madu nya.  karena ia yakin dengan hatinya bahwa Ningroem adalah wanita yang baik. Baik secara lahir maupun batin, yang terlihat dari kesehariannya.

Bagaimana sabarnya dia menghidupi dirinya sendiri beserta kedua anaknya. Ningroem berjuang sendiri. Ia sosok wanita hebat belum tentu dirinya bisa sesabar dan sekuat Ningroem, itu yang menjadi tekad Ratna untuk tetap kukuh menunggu sampai Ningroem luluh hatinya. Hari ini Ratna akan mengambil dan menjaga Denis supaya suaminya bisa kencan berdua saja dengan Ningroem.

Dani pasti tidak akan menolak jika Ratna yang meminta karena dia tidak sanggup melihat buliran bening di kedua netranya. Walaupun dengan sedikit terpaksa pasti suaminya akan menuruti keinginan Ratna.

Jika tidak seperti itu keinginan Ratna untuk memiliki anak dari Dani tidak akan pernah terkabulkan.

Bagaimana dengan keluarga Ratna? Mereka sudah tidak bisa mencegah keinginan Ratna. Bukankah sudah ada sunahnya yang tertulis di Al-Qur'an. Ratna percaya Suaminya bisa berlaku seadil-adilnya.

Sore ini langit tampak cerah, Dani kebetulan pulang cepat karena jualan ayam potong di pasar sedang ramai. Dani bekerja di pasar menjajakan ayam potong milik kerabatnya, gajinya lumayan untuk kebutuhan sehari-hari yang lebih dari cukup. Jika habis 

Dani sedang menikmati goreng pisang hasil buatan Ratna sambil menonton televisi, Ratna duduk di sebelahnya. Wanita ayu itu ingin menyampaikan niatnya.

"Mas, setelah ini bersiap yang rapi, ya?" Kemudian wanita ayu itu berlalu dari hadapan Dani. Laki-laki berambut lurus agak panjang itu hanya menatapnya sekilas, kemudian fokus kembali pada layar televisi. Sesaat kemudian Dani berdiri menyusul Ratna yang sudah lebih dulu berjalan menuju kamar.

"Maksudnya, Adek ingin jalan-jalan, ya?" Dani mengiringi langkah Ratna menuju kamar. Ratna membuka lemari baju mengambil beberapa kemeja milik suaminya mengepaskannya ke dada bidangnya Dani. Dani mengernyitkan keningnya melihat perlakuan Istrinya.

"Pokoknya, Mas pakai baju yang paling bagus, ya?" Tangan Ratna tak henti memilih baju yang sekiranya cocok dan pantas untuk Dani.

Ratna mengambil kemeja putih dan celana hitam.

"Tes, deh. Mas," ucap Ratna  meletakkan kemeja ke dada suaminya, memperhatikan wajah Dani dengan baju yang ditaruh di dadanya.

"Tak salah. ini seperti SPG saja!" gurau Dani menahan tawa padahal dari tadi ia tak ingin tertawa. Namun, ketika Dani melihat istrinya mengambilkan kemeja berwarna putih dan celana kerja hitam panjang ia merasa geli. Masa mau pergi dengan pakaian seperti ini.

"Ya, sudah. Ganti deh, biar tidak di sebut SPG," sahut Ratna mengambil lagi kaos biru dongker yang sekiranya cocok dengan celana hitam. Dani terlihat lebih gagah, tampak lebih muda. Ratna menatapnya tak berkedip, ternyata suaminya masih gagah di usianya yang menginjak 40 tahun.

"Ada, apa sih Dek? sampai harus mencoba beberapa baju?" Dani keheranan melihat kelakuan istrinya  yang tidak seperti biasanya.

"Sudah, menurut saja. Kalau tidak Adek pergi nih. nanti malam, Mas tidur sendiri di kamar mau?" ancam Ratna membulatkan netranya.

Dani lemah jika sudah menyangkut tentang Ratna. Itu karena Dani betul-betul mencintai Ratna bahkan sampai hari ini cintanya tidak pernah berkurang sedikitpun.

Ratna mengambil sepiring pisang goreng tepung yang baru selesai  digorengnya membawanya ke ruang keluarga untuk menonton televisi.

Wanita ayu menemani Dani yang sedang menikmati cemilannya di depan layar televisi, menyantapnya beberapa potong. Setelahnya Ratna bangkit berdiri dari kursi, berniat pergi ke rumah Ningroem yang bersebelahan dengan rumahnya.

Ratna keluar dari rumahnya melangkah menuju rumah Ningroem. Terlihat Ningroem sedang mengajak Denis bermain di lapangan yang tidak jauh dari rumahnya kami. Ratna berjalan menghampiri wanita berlesung pipi, setelah ada di hadapannya wanita ayu menepuk pundaknya pelan. Ningroem melonjak kaget, spontan menoleh ke arah Ratna menatapnya sesaat.

"Ada apa Mbak, kaget aku," sahut Ningroem yang sedang mengajak Denis berjalan.

"Pulang, yuk?"

Ningroem tidak paham dengan maksud Ratna. Namun, wanita berlesung Pipi tetap mengambil Denis yang sedang bermain  menggendongnya. Keduanya melangkah beriringan.

Setelah sampai di depan rumah Ratna menarik Ningroem masuk ke dalam rumahnya. Kemudian Ratna berbisik di telinganya,

"Mbak, Denis biar sama aku saja, ya? Sekarang Mbak berdandan secantik mungkin untuk jalan-jalan bersama Mas Dani. Jika Mbak perlu apa-apa beli saja, biar Mas Dani yang bayar."

"Apa, Mbak, a-aku jalan dengan Mas Dani, sekarang tanpa Mbak?" tanya Ningroem tak percaya dengan ucapan yang baru di dengar nya. Sehingga ia membulatkan kedua netranya.

"Iya, biar Mbak bisa mengenal, Mas Dani dulu."

"Tapi Mbak –"

"Maksudmu orang diluaran sana yang akan bergosip?"

"Iya, bagaimana?"

"Biarkan saja mereka bergunjing sesukanya, toh mereka tidak tahu duduk persoalannya."

"Tapi, bagaimana dengan, Mbak?"

"Aku tidak kenapa-kenapa, baik-baik saja. Sudah rapikan dirimu, buat Mas Dani suka kepadamu!"

Ratna mendorong Ningroem masuk ke dalam rumahnya untuk merapikan dirinya. Sementara Ratna mengajak Denis bermain di teras bersamanya.

"Dek, ayo katanya mau pergi, kok belum ngerapih?" tanya Dani heran melihat istrinya masih mengenakan daster dan malah bermain dengan Denis.

"Sini Mas," pinta Ratna menepuk lantai di sebelahnya.

Dani melangkah menghampiri Istrinya. Berjongkok di sisi istrinya yang duduk bersama Denis.

"Ada apa, Dek?"

"Mas pergi bareng Ningroem, ya? anggap saja Mas sedang dalam masa penjajakan, sebelum akhirnya menikah denganku dulu."

"Dek –."

Ratna menempelkan telunjuknya di bibir Dani. Sehingga pria itu diam tak melanjutkan ucapannya.

Dani menghirup udara sebanyak-banyaknya, menghempaskannya kasar. Ratna tahu suaminya gusar dan gugup karena harus pergi dengan wanita lain, bukan istrinya sendiri.

Ratna tahu suaminya tidak suka dengan tindakannya ini, tapi hanya ini satu-satunya jalan supaya Dani memiliki keturunan. Karena keturunan darinya sudah tidak bisa diharapkan lagi.

"Jika Mas, menolak aku akan pergi entah kemana!" ancam Ratna menatap kedua netra Dani lekat.

"Baiklah, ini demi kamu!"

'Maafkan Ratna, Mas atas sikapku ini, ini semua demi kamu demi kita di masa yang akan datang,' ratap Ratna di dalam hatinya 

Dani bangkit meninggalkan Ratna kemudian melangkah duduk di teras rumahnya, menunggu Ningroem yang belum juga keluar dari rumahnya.

Ratna melangkah masuk ke dalam rumah Ningroem karena pintunya tidak di kunci. Wanita ayu meninggalkan Denis yang asyik bermain mobil-mobilan di teras rumah. Ratna masuk ke dalam rumah Ningroem mencari ke arah kanan dan kiri. Menyusuri ruangan demi ruangan yang ada di rumah Ningroem. Namun, tidak di temukan keberadaan Ningroem di manapun. Sehingga Ratna menjadi khawatir. Jangan-jangan Ningroem kabur melalui pintu belakang karena ia memaksanya untuk jalan dengan suaminya. Ratna melangkah menuju dapur namun, di sana juga tidak ditemukan keberadaan Ningroem.

"Mbak, Mbak." 

Ratna memanggil Ningroem beberapa kali, kini wajahnya sudah terlihat pucat karena tidak menemukan wanita berlesung pipi di dalam rumahnya.

  

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status