Share

 Dinikahi Adik Ipar Mantan Suami
Dinikahi Adik Ipar Mantan Suami
Penulis: Fiska Aimma

Bab 1. Lamaran Gila.

Ijab kabul mantan suamiku selesai sudah. Pria yang dulu sempat menjadikan aku ratu satu-satunya itu sekarang telah berpindah hati.

Dia telah memilih untuk menikahi gadis yang lebih muda dariku satu tahun yang juga teman satu profesinya yang bernama Anita.

Kata Kiki--sahabatku mereka sudah saling mencintai ketika masih sama-sama bekerja di pabrik. Sebagai teman satu lingkungan kerja mantan suamiku, tentu Kiki tahu banyak tentang perselingkuhan mereka.

Sakit? Tentu.

Bohong jika aku bilang ini tidak sakit.

Perempuan mana yang tak hancur menyaksikan suaminya memilih selingkuhannya dibanding istri sah? Perempuan mana coba sebutkan? Aku yakin siapa pun pasti akan begitu terpuruk.

Dan tahu apa yang paling menyakitkan? Kata Hans alasan dia berdua yaitu hanya karena kami belum memiliki keturunan akhirnya dia meninggalkanku, padahal dia yang punya masalah.

Sialnya lagi semua ini didukung penuh oleh keluarga suamiku. Siapa sangka, di saat aku sedang berjuang untuk memberikan buah hati dan bersabar atas penyakit ejakulasi dini Mas Hans mertuaku malah mengojok-ojok Hans agar menceraikanku dan menikahi Anita.

Lalu, setelah semua kekurang ajaran yang mereka lakukan dan perceraian kami, hari ini dengan ketegaran maksimal aku memutuskan datang ke kondangan mantan suamiku.

Tidak seperti perempuan lain yang terpuruk, sebaliknya aku ingin membalas dendam kepada mereka dengan caraku.

Biar apa? Biar mantan tahu kalau aku baik-baik saja dan aku bisa bahagia tanpanya.

"Huft!" Aku menghembuskan napas kasar ketika menapaki tangga menuju pelaminan.

Kuharap sekarang make-up-ku benar-benar waterproof agar dia tak tahu aku habis menangis. Dan memang seharusnya aku tidak menangis, aku janda yang berpendidikan, kaya dan aku mandiri.

Mereka tak pantas ditangisi!

"Kania? Ternyata kamu beneran datang," ujar Hans ketika melihatku yang terdiam sejenak memperhatikan mereka yang sibuk berfose untuk di foto. Lelaki itu lekas memberi kode pada tukang foto untuk berhenti memotret mereka agar aku bisa segera bersalaman.

Tak kupungkiri, di dalam sini aku masih memiliki hati pada Hans.

Masih terbayang diingatanku, dulu akulah yang dipeluk Hans, dulu akulah yang di sampingnya memegang buket mawar merah dan tersenyum pada kamera tapi sekarang semua hancur.

Ya Allah Kania! Tahan! Harga diri!

"Iya Mas, selamat ya Mas, akhirnya setelah tiga bulan perceraian kita Mas nikahin Anita. Semoga samawa ya," kataku seraya mendekati mereka.

Kutatap wajah Hans sekilas dan tak kusangka dia sedang menatapku.

Ada desiran halus yang sangat kubenci hadir kala mata kami bersirobok.

"Iya makasih ya Nia. Makasih kamu udah mau ngalah demi aku dan Anita."

Ngalah? Apa kata dia? Ngalah? Sumpah ya! Jika saja aku tidak sadar kalau ini sedang di hadapan umum ingin kuucapkan saja bahwa sebenarnya aku bukan mengalah tapi aku dibuang.

Aku dikhianati dan dipaksa bercerai. Mantan mertuaku yang mendesak aku mundur dari pernikahan ini karena dia menganggapku tidak bisa memiliki keturunan padahal Hans yang bermasalah.

Aku memaksakan senyum tipis. "Iya sama-sama. Semoga kalian bahagia, setidaknya ibu kamu akan lebih bahagia ketika menantunya seperti Anita," sindirku seraya melirik Anita yang langsung tersenyum sok ramah.

Aku benci dia. Sumpah!

"Makasih ya Kak Nia, sudah datang," ucap Anita seraya menyalamiku.

"Iya sama-sama."

Aku membalas senyuman Anita tipis demi rasa sopan santun. Lalu, tanpa buang waktu aku segera pergi dari hadapan keduanya, terlebih ketika mertuaku yang baru saja kembali entah dari mana kembali ke singgasana.

Sumpah, aku muak.

(***)

"Mbak Nia! Tunggu! Mbak Kania!"

Aku baru saja mau keluar gedung resepsi ketika seorang lelaki yang memakai beskap Sunda mendekat dengan tergesa.

Sontak saja langkahku terhenti dan melihat kepada lelaki tampan yang memanggilku tersebut.

Sedetik, dua detik, tiga detik dan hingga beberapa detik otak dan mataku yang menyipit mencoba memindai wajah yang terasa tak asing itu.

Wait! Sepertinya aku tahu dia itu ....

"Eh, Athar? Kamu di sini?" pekikku kaget tak percaya bertemu adik tingkatku di nikahan mantan suami sendiri.

Cukup mengejutkan. Siapa yang tidak mengenal Athalarik Yusuf yang biasa disebut Athar sang mahasiswa berprestasi pada zamannya? Waktu kami masih kuliah dia sangat terkenal karena ketampanan dan kejeniusannya.

Dia masih muda. Ganteng juga. Aku masih ingat dulu Athar yang lebih muda dariku tiga tahun itu sangat digemari oleh mahasiswi jurusan kami tapi sayangnya selama dia berkuliah pria ini sama sekali tak terlihat memiliki kekasih. Bahkan ada kabar yang menyebutkan kalau dia gay karena gak pernah berpacaran.

Athar tersenyum manis. "Iya Mbak, saya lagi bantu-bantu di sini karena ini nikahan Kakak saya."

"Kakak?" Astaga! Aku spontan menutup mulut terkejut. "Maksud kamu, kamu adiknya Anita?" Tak dapat ku sembunyikan rasa terkejutku atas jawaban Athar.

Dunia ini sangat sempit ternyata. Siapa sangka Athar adalah kakak dari Anita sang Pelakor yang direstui keluarga.

Miris bukan?

Athar tersenyum memamerkan lesung pipinya yang indah.

"Iya Mbak, Kakak saya Anita. Oh ya, Mbak temannya Kak Anita juga ya? Kok saya gak pernah liat ya," tanyanya heran.

Teman? Teman dari alam ghaib? Ora sudi aku berteman dengannya.

Masa sih Athar gak tahu kalau aku mantan Hans? Apa mereka sengaja gak ngasih tahu Athar biar gak malu?

Ah, iya aku lupa! Bisa jadi bagi Hans dan Anita fakta kalau Hans punya mantan kayak aku adalah aib yang teramat buruk untuk diceritakan.

Duh sayang ya, adiknya berprestasi bahkan akselerasi hingga jadi doktor di usia muda eh kakaknya malah perebut suami.

"Mbak! Mbak Kania? Kok bengong?" tegur Athar karena aku hanya diam karena sibuk dengan pikiran diri sendiri.

Aku terperangah. "Oh eh, enggak saya bukan temannya Anita tapi saya teman Mas Hans," jawabku terpaksa.

"Wah jadi Mbak ini temannya Mas Hans? Pantes. Tahu gitu saya dari dulu tanya Mas Hans saya tentang Mbak, andai kita ketemu sebelum ini mungkin saya gak akan ngejomblo kelamaan." Athar cengengesan, khas laki-laki dewasa yang tengil.

Aku mendelik aneh. "Ngejomblo? Emang apa hubungannya kamu jomblo dengan saya?"

"Ya ada dong Mbak. Saya kan dari dulu emang sudah tertarik sama Mbak, masa Mbak gak sadar sih? Mbak tahu gak alasan saya belum nikah?"

"Apa?"

"Saya nunggu ketemu lagi Mbak Kania."

Saya ingin menikahi Mbak sejak lama."

"Heh? Nikah?"

Tanpa sadar aku memekik terkejut. Bisa-bisanya si Athar mengatakan hal seserius ini dengan cara sesimpel itu. Di pertemuan pertama kami juga lagi.

Parah! Wah ini parah sih! Pasti dia sedang bercanda.

Masa iya baru saja ketemu dia udah nyatain lamaran? Namun, jika dia bercanda umur kami bukanlah umur untuk melakukan hal itu.

Tapi bagaimana kalau dia serius? Eh, Kania! Tahan ... tahan ... ini pasti modusnya lagi.

"Kamu jangan menggoda saya Thar, kamu kira saya masih mahasiswa seperti dulu? Enggak-lah! Saya dan kamu sudah sama-sama dewasa jangan aneh," elakku menetralkan debaran yang menerjang kuat di dalam dada.

Athar mengerutkan kening kecewa. "Kok Mbak nyangka saya menggoda sih Mbak? Saya serius Mbak. Saya ingin nikah sama Mbak. Saya mau ngelamar Mbak jadi istri saya sebelum Mbak hilang lagi. Gimana Mbak mau kan? Saya gak mau kalah set Mbak. Saya sudah 29 tahun ini."

"Waduh! Apaan sih Thar? Pake bawa umur segala. Kamu udah gila, ya?" kataku seraya tertawa sumbang. "Dengar ya, saya gak sebodoh itu bisa kamu goda kayak gini. Carilah perempuan lain yang bisa kamu bercandain! Dan jangan lakukan hal gila kayak gini!" desisku mulai risih.

Heran ada ya lelaki macam Athar ini, baru ketemu udah nembak aja. Emang sih, kuakui dulu kami sempat dekat karena sesama anggota HIMA aku dan Athar sering berdiskusi masalah organisasi tapi gak harus 'nyatakan lamaran' juga kali.

Athar sekilas terlihat kecewa mendengarku menolaknya. Namun, sejurus kemudian dia kembali berkata.

"Saya gak gila Mbak Kania Chrisyanta, jadi tolong dengarkan saya! Saya ...." Dia menarik napasnya dalam, "saya mau meminta Mbak jadi istri saya. Jadi maukah Mbak nenikah dengan saya?" ujar Athar lantang dan keras hingga membuat semua orang yang ada di ruangan resepsi pernikahan Hans melihat ke arahku.

Oalah ... mampus! Dia serius?!

Aku harus jawab apa? Gak mungkinkan aku nikah sama adik iparnya mantan suamiku? Apa kata dunia jika aku satu atap sama pelakor?

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
Athar jg lgsung melamar tdk cari tau dlu klo Kania ini Msh lajang apa sdh bersuami...
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
kasi tau dong klo kamu itu mantannya Hans..jgn sampe Athar mengira kamu msh gadis...
goodnovel comment avatar
Lia M Sampurno
semangaattt thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status