공유

Dinikahi Ayah Tiri
Dinikahi Ayah Tiri
작가: Karl Valerie

Kehilangan

Suasana duka tampak menyelimuti sebuah keluarga yang baru saja kehilangan orang tercinta. Tampak seorang pria yang beberapa kali mengusap wajahnya dengan raut sendu. Guna menghalau air mata yang terus mendesak ingin keluar dari peraduannya.

Basuki Triyono, pria berusia 35 tahun itu baru saja kehilangan istrinya, untuk yang kedua kalinya. Sebelumnya, pria itu telah menyandang status duda selama hampir tiga tahun.

Lalu di tahun ke-empat sepeninggal istri pertamanya, Basuki memutuskan untuk menikah dengan janda anak satu bernama Ranti Yulia. Wanita yang lebih tua lima tahun darinya, yang berhasil memikat hati Basuki ketika sama-sama menjadi buruh pabrik di kota.

Singkat cerita, keduanya akhirnya memutuskan untuk menikah setelah hampir setahun menjalani masa pengenalan. Basuki yang saat itu sudah sering didesak keluarganya, memutuskan segera mempersunting Ranti untuk dijadikan istri keduanya.

Ranti adalah wanita kedua yang hadir di dalam hidup Basuki. Wanita berparas manis dengan lesung pipi yang selalu menghiasi saat tersenyum, membuat dirinya terlihat begitu menarik di mata Basuki.

Selama setahun mengenal Ranti, Basuki menjadi banyak tahu mengenai kehidupan wanita itu. Dimana dia harus banting tulang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya bersama anak gadisnya bernama Asmaranti.

Asmaranti adalah anak perempuan Ranti bersama suami pertamanya, Asman. Nama gadis itu merupakan singkatan dari mereka berdua. Dan orang-orang terdekatnya banyak yang memanggilnya dengan panggilan Asma.

Kembali pada kisah asmara Basuki, pria itu masih tidak menyangka jika kebahagiaannya akan berakhir secepat ini. Baru dua tahun dirinya menikah bersama Ranti. Namun harus kembali menyandang status duda untuk yang kedua kalinya.

Jika di pernikahan pertamanya dia tidak ambil pusing dengan semua itu, lain cerita dengan pernikahannya yang kedua ini. Ranti meninggal tepat setelah melahirkan putra pertama mereka yang diberi nama Dika Prameswara. Membuat perasaan Basuki bercampur aduk.

Di satu sisi dia sangat bahagia karena akhirnya memiliki seorang anak. Namun di sisi lain, dia juga harus kehilangan istri tercinta.

Kini yang membuat Basuki merasa kebingungan adalah bagaimana cara dia merawat Dika ke depannya. Apalagi dengan statusnya yang tidak beristri. Membuat Basuki dilanda kegelisahan dan kesedihan yang mendalam.

Basuki merasa sedih karena putra kecilnya harus mengalami cobaan yang begitu berat sesaat setelah baru lahir ke dunia ini. Dimana dia tidak dapat merasakan kasih sayang dari ibu kandungnya.

"Pak.. " panggil seorang gadis yang kini telah berada di depannya. Duduk bersimpuh dengan mata sembab yang sangat kentara.

Basuki yang sempat melamun seketika tersadar. Netranya menatap anak sambungnya yang juga tengah menatapnya dengan pandangan sedih.

"Sekarang Asma udah nggak punya siapa-siapa lagi, Pak, hiks.. " ujar gadis itu kembali terisak.

Hati Basuki kembali terenyuh melihat wajah rapuh Asma. Pria itu tak kuasa menahan kesedihannya. Lalu merengkuh tubuh mungil Asma ke dalam pelukannya.

"Jangan bicara seperti itu, Ma. Kamu tetap anak Bapak." kata Basuki dengan suara parau.

Asma yang mendengarnya semakin terisak. Merasa bersyukur karena Basuki mengakui jika dirinya adalah bagian dari keluarganya. Betapa senangnya hati Asma mendengar itu.

Setelah dirasa mulai tenang, Basuki akhirnya mengurai pelukannya. Mengusap jejak air mata yang membasahi wajah putih Asma.

"Walaupun Ibukmu sudah tiada. Kamu akan tetap jadi bagian dari keluarga Bapak. Jadi jangan pernah merasa berkecil hati, Nduk." Basuki mengatakan itu semata untuk menenangkan Asma. Rasanya dia tidak tega melihat wajah sedih gadis itu.

Asma menggigit bibirnya untuk menahan tangis. Dia menatap bapak sambungnya dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

"Asma janji, akan bantu Bapak ngerawat Dika. Apapun akan Asma lakuin buat Dika, Pak." kata Asma penuh keyakinan.

|•|

Setelah acara berkabung selesai, Basuki meminta Asma untuk membantunya membersihkan rumah. Kursi-kursi yang sempat berjejer di teras rumahnya, kini telah menumpuk rapi. Begitu juga dengan ruang tamu yang tadinya dipenuhi dengan bunga-bunga, kini tengah dibersihkan oleh Asma.

Di tengah kegiatannya membersihkan rumah, terdengar suara tangis bayi yang berada di salah satu bilik rumah. Asma yang pertama kali mendengarnya, dengan tergesa menghampiri Basuki yang berada agak jauh darinya.

"Pak.. " panggil Asma berjalan mendekati bapak sambungnya.

Basuki yang tadinya tengah memunguti sampah tampak menghentikan kegiatannya. Menoleh ke arah dimana Asma berada.

"Asma dengar suara Dika nangis, Pak. Apa Asma boleh ijin masuk ke kamar Bapak buat gendong Dika?" tanya Asma dengan raut cemas.

Basuki tersenyum tipis menghadapi sikap sopan Asma. Gadis itu tidak hanya cantik. Namun juga memiliki tutur bahasa yang baik dan santun.

"Masuk saja, Ma. Tidak perlu sungkan." jawab Basuki memberi ijin.

Setelah mendapatkan ijin dari bapak sambungnya, Asma bergegas menuju ke kamar pria itu setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih.

Gadis itu dengan tergesa mendekati tempat Dika berada. Berbaring di atas ranjang bapak sambungnya dengan dua guling kecil yang ada di kanan kirinya. Tidak lupa sebuah sapu lidi yang diletakkan di atas kepalanya.

Dengan hati-hati Asma mencoba untuk menggendong adik tirinya. Sebelumnya, dia belum pernah menggendong seorang bayi. Apalagi di usianya yang masih sangat belia.

Dika baru berusia 1 minggu. Usia yang masih sangat kecil untuk menghadapi kepelikan hidup. Apalagi bayi mungil itu masih sangat membutuhkan asupan susu dari seorang ibu.

"Cup cup cup.. tenang ya, Dek. Mbak Asma ada di sini." lirih Asma sembari menimang-nimang adiknya.

Lama Asma mencoba menenangkan Dika, bayi mungil itu tak kunjung berhenti menangis. Membuat Asma dibuat kalang kabut.

Di tengah kekalutan itu, Basuki datang bersama seorang wanita. Yang Asma kenal sebagai tetangganya, Mbak Marni. Wanita muda yang baru beberapa minggu lalu melahirkan seorang bayi perempuan.

"Dika sepertinya haus, Ma." ujar Mbak Marni mengambil alih Dika ke dalam gendongannya.

Asma yang memang belum paham dengan semua itu hanya dapat mengangguk. Dia lalu ikut keluar bersama bapaknya selagi Murni menyusui adik kecilnya.

Kini netra bulatnya bergulir menatap bapak sambungnya yang terlihat gelisah. Membuat dirinya merasa terusik.

"Ada apa, Pak? Kenapa Bapak keliatan gelisah gitu?" tanya Asma yang memang tidak pernah bisa untuk tidak menanyakan sesuatu yang membuatnya penasaran.

"Bapak bingung harus mencari orang yang mau menyusui Dika dimana. Dua hari lagi Marni akan pindah ke kota." jawab Basuki menyuarakan kegelisahannya.

Mendengar hal itu tentu saja membuat Asma ikut merasa gelisah. Adiknya masih sangat membutuhkan ASI. Dan untuk mendapatkan wanita yang mau menyusui tidaklah gampang.

"Apa nggak ada tetangga yang mau bantu, Pak? Dika masih sangat butuh ASI, Pak." ujar Asma dengan raut sedih.

Basuki menghela napas berat sebelum kemudian menggeleng lirih. Membuat Asma mengulum bibirnya dengan wajah kecewa.

Keduanya sempat berada di dalam situasi hening selama beberapa saat. Sampai kemudian Asma mengucapkan sesuatu yang membuat Basuki kehilangan kata-katanya.

"Biar Asma yang gantiin Mbak Marni, Pak." ujar Asma mantap dengan wajah penuh keyakinan.

***

관련 챕터

최신 챕터

DMCA.com Protection Status