Share

Perhatian #1

"Maaf ya Pak, Asma udah bohong sama Dokter tadi." ujar Asma menggigit bibir bawahnya gugup. Pasalnya sejak mereka keluar dari klinik laktasi, Basuki tak mengeluarkan sepatah kata pun.

Basuki menghela napas berat sebelum mengangguk ringan. Dia tidak ingin memperpanjang masalah itu. Lagipula sudah terlanjur terjadi. Biarkan saja dokter tersebut menganggap mereka sepasang suami istri. Asal orang lain tidak tahu akan hal ini.

"Ndak perlu dianggap serius." balas Basuki acuh dan kembali melanjutkan langkahnya.

Asma menatap punggung lebar Basuki yang kini berjarak cukup jauh darinya. Kedua tangannya tak berhenti memilin dengan raut yang sulit diartikan. Asma sadar jika Basuki pasti tengah memendam rasa kesal pada dirinya. Tapi mau bagaimana lagi? Asma sudah terlanjur mengatakan kebohongan itu pada Dokter Juanda.

Gadis itu akhirnya pergi menyusul bapak sambungnya yang sudah sampai di parkiran. Lalu menerima uluran helm yang pria itu berikan padanya dengan raut canggung.

Asma terus menatap wajah Basuki yang tak menunjukkan raut yang berarti. Hanya wajah datar yang pria itu tampilkan saat ini. Tidak seperti biasanya yang selalu dihiasi senyuman walau hanya segaris.

"Masih ingin di sini?" tanya Basuki yang telah selesai memasang helm-nya. Pria itu sudah menunggangi kuda besinya sembari menatap Asma dengan pandangan bertanya.

Asma tampak mengerjap sebentar sebelum menggeleng. Gadis itu buru-buru memakai helm-nya. Namun yang terjadi justru dia mengalami kesusahan saat memasang gesper helm.

Basuki yang memang menunggu Asma siap, seketika menghela napas berat. Entah mengapa setelah gadis itu mengakui dirinya sebagai istrinya membuat Basuki merasa aneh.

Bukan marah, tapi seperti... ya apakah tidak ada alasan lain? Padahal dirinya sudah mewanti Asma agar berbicara jujur pada dokter wanita itu.

Tak ingin membuang waktunya terlalu lama, Basuki terpaksa turun dari motor dan berdiri tepat di depan Asma. Menatap lurus netra bening gadis itu yang menyorotnya dengan pandangan seperti "Bapak mau ngapain?"

Tanpa suara, Basuki tiba-tiba saja menunduk. Mengulurkan tangannya ke depan dan memasangkan gesper helm untuknya. Membuat Asma tanpa sadar menahan napasnya saat jarak wajah keduanya sangat dekat.

Ini kali pertama mereka berada di dalam jarak yang sangat dekat seperti ini. Wajar jika Asma merasa gugup dan dibuat terkesiap dengan apa yang Basuki lakukan.

"Sudah." ujar Basuki datar, dan kembali menegakkan wajahnya. Wajah datar pria itu masih bertahan sampai detik ini.

Asma berdehem pelan untuk menghilangkan rasa canggung yang menderanya. Dia merasakan pipinya yang memanas karena mendapatkan perlakuan tersebut dari bapak sambungnya.

Mengapa sekarang rasanya berbeda? Bukankah dulu Basuki juga sering memberikannya perhatian semacam ini? Kenapa sekarang Asma justru merasa tersipu?

"Ma-Makasih, Pak." ujar Asma kikuk. Kedua sudut bibirnya tertarik, menciptakan sebuah senyuman yang terlihat canggung.

Basuki hanya berdehem dan kembali menaiki motornya. Asma lalu ikut melakukan hal yang sama. Mendudukkan dirinya di jok belakang motor bapak sambungnya.

Jika biasanya Asma akan langsung berpegangan dengan pinggang Basuki, lain cerita dengan sekarang. Entah mengapa gadis itu merasa canggung untuk melakukannya. Dia lebih memilih berpegangan pada behel motor yang ada di belakang punggungnya.

Di sisi lain, Basuki mulai melajukan motornya meninggalkan pelataran rumah sakit. Selama perjalanan, pria itu merasa ada yang janggal.

Tanpa sadar dirinya menunduk menatap kedua sisi pinggangnya. Yang saat ini terasa kosong. Biasanya dia akan merasakan dua pasang tangan mungil yang berpegangan erat di sana.

Basuki berdecak, merasa terusik dengan hal itu. Dan karena itu juga dia dengan sadar semakin menambah kecepatannya.

Asma menggigit bibir bawahnya resah saat laju motor yang Basuki kendarai semakin cepat. Dirinya yang merasa takut karena berpegangan pada behel motor lantas beralih memegangi pinggang Basuki dengan erat.

Tanpa disadarinya, sudut bibir Basuki terangkat naik menciptakan sebuah senyuman. Pria itu lalu menarik kedua tangan Asma secara bergantian, dan meletakkannya di perutnya.

"Pegangan yang erat. Bapak mau ngebut." kata Basuki ketika merasakan tubuh mungil di balik punggungnya yang tiba-tiba tersentak karena sentuhan itu.

|•|

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status