Tepat jam 12 malam, Adrian terusik dari tidurnya karena mendengar suara batuk yang tiada henti ditambah dengan suara rintihan seperti orang yang sedang menahan sakit.Adrian segera membuka mata, diliriknya Anna yang tengah meringkuk dengan suara rintihan yang keluar dari mulutnya membuat Adrian sedikit syok. Adrian pun segera mendekat, meletakan punggung tangannya dikening Anna yang terasa begitu panas."Mas bilang juga apa, sakitkan jadinya" dengus Adrian. Ia segera bangkit dari pembaringan, lalu berjalan cepat menuju dapur.Sementara itu, Anna terus saja merintih menahan sakit yang tak kunjung hilang dikepalanya hingga ia menangis."Minum dulu ya, biar gak dehidrasi" suruh Adrian, ia menepuk pelan pipi Anna untuk bangun dari tidurnya.Anna menolak, ia malah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal."Ayo cepat bangun sayang, minum dulu. Mana yang sakit, biar Mas pijitin"Perhatian Adrian, tak Anna gubris. Anna sudah terlanjur sakit hati dengan perkataan Adrian semalaman, bahkan
Hari masih terbilang muda, saat Adrian kini membuka pintu utama dan menampakan sosok murni yang berdiri dengan membawa berbagai macam makanan."Sejak kapan kamu pulang?"Adrian mengerinyit heran saat murni tetiba masuk kerumahnya lalu bertanya dengan nada ketus."Bunda ngapain sesubuh ini bertamu kerumah Adrian?" tanya Adrian heran.Murni tak menjawab, diletakannya berbagai macam makanan kesukaan sikembar dimeja makan. Lalu ia pergi ke kamar sikembar, menghiraukan pertanyaan Adrian.Adrian yang masih kebingungan hanya mengedikan bahu, lalu mengikuti langkah Murni menuju kamar sikembar."Sudah bangun rupanya," gumam Murni membuka pintu kamar sikembar lebar-lebar."Omaaaa ..." Teriak keduanya menghampiri Murni."Oma, kok baru kesini sih. Kesihan bunda loh, gara-gara kita bunda jadi kecapean. Jadinya sakit deh," celetuk Ratu saat menghampiri Murni.Adrian semakin dibuat bingung, apa yang ia tidak tahu prihal keluarga kecilnya? Mengapa kedua anaknya menyalahkan dirinya sendiri prihal Anna
Meminta maaf itu gampang, yang susah itu berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.***Setelah memastikan murni pergi dengan membawa kedua anaknya, Adrian memutuskan untuk melihat keadaan Anna pagi ini. Ia begitu khawatir saat jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi tapi Anna masih saja berbaring lemah enggan membuka mata, seolah sakit yang Anna rasakan begitu parah.Pelan Adrian berjalan mendekati Anna, ia duduk disamping Anna dengan hati-hati. Ditatapnya wajah sayu itu dengan lekat, bahkan dengan keadaan pucat pun kecantikan istrinya itu masih saja terpancar.Perlahan tapi pasti, tangan Adrian terulur menyelipkan anak rambut yang menghalangi wajah Anna kedaun telinga. Sudut bibir Adrian tiba-tiba saja melengkung, hatinya berbunga saat memperhatikan wajah Anna dengan puas hari ini."Maaf, aku salah. Aku tidak pernah melihat sesuatu dari sisi lain" gumam Adrian dengan penyesalannya.Hembusan napas Anna yang terasa panas membuat Adrian ketar-ketir, demam Anna masih saja belum turun dar
Setelah pertengkaran serta permintaan maaf itu, Adrian selalu memperhatikan Anna. Adrian merasa ada yang berbeda, Istrinya itu sekarang berubah menjadi pendiam dan terkesan cuek padanya. Anna hanya melakukan apa yang menjadi kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu bagi kedua anaknya. Padahal usaha Adrian kali ini tak main-main, ia bahkan rela mengubah jam kantor demi bisa meluangkan waktu bagi keluarganya, ia bahkan mati-matian berpikir keras merubah semua aturan kantor agar semua karyawannya tak sesibuk seperti dirinya, agar semua karyawan bisa meluangkan waktu bersama keluarganya meski keuntungan perusahaan menurun 10 persen. Apa Anna masih tak bisa melihat perjuangannya? Sedalam itukah luka yang Adrian berikan? Ah, Adrian sekarang benar-benar merasa kehilangan sosok istri cerewet dan galaknya itu. Ah, kapan Annanya akan kembali seperti dulu? Padahal rumah tangganya baru seumur jagung, kata orang sedang mengecap manisnya sebuah pernikahan tapi nyatanya ini malah masih perang din
Sepi kembali menyambut malam Adrian, ia berbaring diranjang king size nya seorang diri tanpa ditemani Anna disampingnya. Anna masih saja dengan mode ngambeknya, meski tadi sore Adrian berusaha kembali meminta maaf dan membicarakan masalah mereka namun Anna tetap saja dengan mode cueknya."Ini lama-lama aku jadi stres," gumam Adrian bangkit dari pembaringan, ia menoleh kearah jam ding-ding yang masih menunjukan pukul sepuluh malam namun susana rumah sudah sepi, mungkin sikembar sudah Anna tidurkan dan Anna pun masih setia tidur bersama mereka selama seminggu ini.Dengan tergesa-gesa Adrian berjalan menuruni anak tangga dan pergi kekamar sikembar untuk menemui istrinya.Dibukanya pintu kamar dengan perlahan agar tidur kedua anaknya tidak terganggu, Adrian menghela nafas lega saat sudah memasuki kamar sikembar. Ditatapnya ketiga mahluk berharganya yang kini tengah tertidur pulas, tak jarang suara dengkuran halus dari mulut Anna membuat Adrian menyunggingkan senyum. Ia pun mendekat keatas
Masalah diary sudah berlalu begitu saja setelah keduanya malam itu saling memaafkan dan terbuka satu sama lain. Kini Adrian dengan tekad kuatnya memperbaiki hubungannya dengan Anna, lelaki itu lebih mementingkan keluarganya dibanding pekerjaan yang sudah menemaninya melupakan rasa sakit akan kehilangan selama ia menjadi duda.Raja dan Ratu pun yang merasakan perubahan Adrian begitu bahagia, keduanya kini merasakan memiliki keluarga utuh.Seperti hari ini, deru mobil mewah terdengar memasuki halaman rumah. Adrian dengan gagahnya keluar dari mobil yang sudah terparkir, pria bertubuh kekar itu berjalan menuju pintu rumah utama, tepat saat tangan kanannya memegang handle pintu. Pintu itu terbuka dari dalam."Ayah!" seru kedua anaknya menyambut kedatangan sang ayah sore ini. Tubuh kecil mereka langsung memeluk Adrian, pria itu langsung membawa kedua anaknya kedalam pelukannya."Bunda mana?" tanyanya Adrian menggendong kedua anaknya menuju kedalam rumah."Di dapur," jawab keduanya kompak, k
Kebahagiaan itu terlahir pada setiap manusia, tergantung manusianya itu sendiri yang akan menyikapi rasa bahagia yang telah Allah berikan.Jika manusianya bersyukur, maka ia kan merasakan kebahagian yang telah di beri namun jika tidak kebahagian yang telah diberikan tidak akan pernah ia rasa.Sebab hanya penderitaanlah yang selalu ada dalam pikirannya. 🍃🍃🍃"Mia, laporannya sudah selesaikan? Saya minta segera letakan di meja saya ya, oh iya jika stok obat-obatan datang. Segera laporkan pada saya""Siap bu, katanya nanti sore stok obat-obatan datang dan seseorang juga akan menemui ibu untuk menawarkan produk obat-obatannya" ucap suster Mia."Oke, nanti kabari saya. Saya masih ada urusan di dalam" Mia mengangguk, lalu membiarkan gadis tersebut meninggalkan ruang apoteker dengan santai."Sayang!"Terdengar suara seseorang yang tak asing lagi, memanggil dirinya dengan sebutan sayang. Ia terse
Sarayu temaram berhembus indurasmi langit malam. Memeluk, membelai, dan menemani di teras dinding hening malam.Sepi ...Kini kembali Adrian rasakan setelah ditinggal pergi dengan begitu pilunya oleh mendiang Zahra, sang istri yang sudah tiga tahun ini kembali kepangkuan sang ilahi dengan meninggalkan sepasang anak kembar yang begitu lucu nan menggemaskan.Matanya kembali menatap sendu sepasang anak kembar yang tengah tertidur lelap di sampingnya.Sungguh, kesedihan yang mendalam masih saja ia rasakan meski telah lama Zahra meninggalkannya. Ah, rasanya ia tak akan lagi menemukan wanita secantik dan sesolehah dia dimuka bumi ini."Ri," sebuah panggilan disertai tepukan tangan di pundaknya, membuat Adrian sontak terperanjat kaget seraya mengusap air mata yang jatuh di pipinya."Syut... Jangan berisik mah. Mereka belum lama terlelap"Segera Adrian bangkit, menarik lembut mamahnya untuk keluar dari kamar kedua anaknya."Ada apa