Share

Part 1

Keluarga Chandra Wijaya adalah keluarga yang cukup kaya di kota kami. Papa dan pak Candra Wijaya adalah teman dekat sejak dulu, selain teman mereka juga partner bisnis.

Karena sering bertemu sehingga hubungan papa tidak hanya dekat dengan pak Candra, tapi juga dengan istri dan anak-anaknya. Pak Canda memiliki tiga orang putra dan putri, Arsen Candra Wijaya, Alana Candra Wijaya, dan Riko Candra Wijaya.

Pertemuan kami dengan mereka membuat benih-benih cinta tumbuh aku dan mas Riko anak ketiga mereka. Sebenarnya mereka hendak menjodohkan aku dengan putra pertama mereka tapi aku malah tertarik dengan mas Riko. 

Mas Riko orang yang hangat, ceria, dan romantis, jauh berbeda dengan mas Arsen yang kaku, selalu serius dan dingin. Mungkin karena dia anak pertama yang dari kecil sudah disiapkan untuk menjadi penerus papanya sehingga tidak ada jiwa santai dalam dirinya. Entahlah aku sendiri kurang tahu. 

Saat awal aku dan mas Arsen bertemu dia tidak pernah menunjukkan rasa tertariknya padaku, dia begitu dingin dan irit bicara siapa yang mau menghabiskan hidupnya dengan orang seperti itu. Dia mirip bos-bos galak yang ada dalam novel. 

Bahkan ketika Alana adiknya yang nomer dua menikah dia tetap tidak berniat untuk segera mencari pasangan hidupnya. Beda dengan mas Riko yang hangat, dan sopan, cara bicara lembut dan santun. Dia juga tahu cara mengambil hati wanita. Pokoknya semua yang wanita inginkan ada padanya.

Aku Elvira Askhana anak perempuan satu-satunya papa dan mamaku yang suka dimanja dan disayang tentu lebih tertarik dengan mas Riko yang aku yakin bisa membahagiakan diriku.

****

Aku terbangun dengan kepala pusing, aku menangis semalam hingga akhirnya tertidur. Aku segera kekamar mandi yang terletak didalam kamar, membersihkan diri berganti pakaian dan turun kelantai satu menuju dapur. Kamar mas Arsen dan mas Riko ada di lantai atas, sedangkan mbak Alana sudah pindah ikut dengan suaminya.

Di dapur sudah ada bibi Sumi yang membantu urusan rumah tangga disini. 

"Bibi lagi masak apa? biar aku bantu," aku menawarkan diri. 

"Ngak usah non, non Vira duduk saja di situ gak perlu bantuin bibi," bi Sumi berkata sambil menunjukkan kursi yang ada tidak jauh dari tempat bi Sumi sedang memasak.

" Nggak apa-apa bi, aku gak ada kerjaan bingung mau ngapain,"

"Non Vira bikin jus buah aja buat mas Arsen, dia suka meminum jus di pagi hari," bi Sumi mengatakan hal itu sambil menunjuk letak alat pembuat jus dan buah-buahan yang ada di kulkas. 

"Jadi mas Arsen suka sarapan dengan jus di pagi hari. Ah... bahkan aku tidak tahu apa makanan kesukaan laki-laki itu, bagaimana aku akan melewati hidup bersamanya," aku berkata dalam hati. Ada rasa sesak di dalam dada, aku teringat pada mas Riko. 

Aku belum melihat peristirahatan terakhirnya, bolehkah aku pergi kesana?

Setelah semua masakan selesai, bi Sumi menatanya di meja makan, sedangkan aku berinisiatif pergi untuk memanggil mas Arsen. Ku ketuk pintu kamar yang ada disebelah kamar yang semalam aku tiduri.

Tidak lama keluar mas Arsen dengan memakai celana panjang dan kaos berkerah lengan pendek. Sepertinya dia sudah mandi juga, jika dia murah senyum aja pasti ketampanannya akan tampak sempurna.

"Mas, sarapan sudah siap ayo makan," Aku berkata untuk menghilangkan rasa canggung.

Tanpa berkata laki-laki itu berjalan duluan mendahului ku menuju ke ruang makan. Bukankan setidaknya dia bisa berkata iya.

Di ruang makan sudah ada papa dan mama mertua sudah duduk disana. Melihatku datang bersama mas Arsen tiba-tiba mama berdiri.

"Mau kemana mah?" papa bertanya.

"Mama tidak mau makan satu meja dengan wanita itu," mama berkata sambil menunjuk ke arahku. 

"Gara-gara dia putra kesayangannya mama meninggal, gara-gara dia Riko pergi dari dunia ini. Mama sudah bilang pada kalian kalau anak pertama tidak boleh menikah dengan anak ke tiga, tapi kalian tetap memaksa dan semua akan baik-baik saja. Tapi lihatlah sekarang, Riko yang menerima nasib buruk itu." Mama berkata sambil menangis dan memukul-mukul dadanya.

Melihat hal itu aku sangat sedih, ada rasa sakit yang tidak bisa di gambarkan. Aku juga sedih kehilangan mas Riko dan aku disalahkan atas hal ini. Aku hanya menunduk dan menetaskan air mata tanpa kata. 

"Kalian makanlah duluan, papa akan mengantar mama ke kamar dulu, biar mama sarapan dikamar." papa berkata sambil memapah mama menuju kamar. 

Mas Arsen terlihat sudah duduk di kursi seperti tidak terjadi apa-apa, sedangkan aku masih berdiri diam di tempat tidak jauh dari meja makan. 

"Duduklah dan makanlah," mas Arsen berkata dingin kepadaku. 

Mau tidak mau akhirnya aku duduk di sebelahnya dan mencoba makan dengan menahan air mata. Bagaimana kehidupan rumah tanggaku setelah ini, bahkan ibu mertuaku sekarang membenciku dan suamiku dia tidak mencintaiku akankah dia peduli padaku?

****

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Isna Arini
koinnya dari aplikasi kak, mereka yang menentukan ...️
goodnovel comment avatar
Fitriyani Puji
halo thor aku mampir di sini cerita memarik tapi koin jngn mhl mhl ya kalo perlu grtis he he
goodnovel comment avatar
Sapar Khan
menarikk thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status