"Mobil siapa yang barusan terdengar pergi meninggalkan halaman ini?" mama bertanya saat aku sudah masuk kedalam rumah.
"Mobil mas Arsen mah," aku menjawab singkat.
"Arsen anterin kalian? apa Dewa sudah tahu dia papanya?" mama bertanya lagi.
Aku jawab pertanyaan mama dengan gelengan, "Dewa bahkan memanggilnya dengan sebutan Uncle mah, mereka bertemu secara tidak sengaja dan Dewa bercerita banyak hal padahal hingga mas Arsen tahu kalau Dewa putranya," aku menjelaskan apa yang terjadi pada mama.
"Vira, Dewa pasti akan segera tahu jika Arsen adalah papanya apa lagi sekarang kalian sudah di sini. Sampai kapan kalian akan hidup terpisah?" ucap mama.
"Entahlah mah, Vira masih belum memikirkan itu semua." aku berkata pelan.
"Lebih baik kalian segera menyelesaikan masalah kalian, Arsen itu pria baik walaupun dulu dia arogan dan terlihat kasar. Tapi untuk berkhianat itu bukan sifatn
Aku terbangun saat terdengar azan dari smartphone milikku, segera aku bangun setelah mengurai pelukan mas Arsen. Entah jam berapa aku akhirnya tertidur juga dengan posisi seperti itu.Sebelum ke kamar mandi aku berinisiatif untuk mengecek ke kamar Dewa, dia terlihat masih tidur dengan pulas. Aku segera ke kamar mandi dan membersihkan diri, saat aku keluar kamar mandi terlihat mas Arsen sudah siap untuk salat. Sepertinya dia tidak mandi dulu."Ayo berjamaah," ucapnya pelan.Aku menuruti ucapannya dan segera memakai mukena. Setelah selesai sholat dan berdoa mas Arsen berputar menghadapku, aku mencium tangannya dan dia mengecup keningku."Kamu tinggal disini sampai kapan?" mas Arsen bertanya."Entahlah mas , Dewa menunggu daddynya dia tidak akan mau pulang sebelum bertemu dengannya. Bagaimana kamu akan menjelaskan padanya kalau kamu itu daddy nya mas. Kamu yang memulai sandiwara ini kamu haru
Aku masih terus berusaha menghubungi mama tapi tetap saja tidak tersambung, mungkin ponselnya kehabisan baterai. Belum ada kabar juga dari mas Arsen, aku hanya duduk diam sambil menatap ke arah smartphone milikku yang sedang diisi daya berharap mama segera memberi kabar padaku.Benda pipih itu berdering, ada panggilan masuk dari nomer yang tanpa nama. Bergegas aku meraih benda tersebut dan mengangkat panggilan itu."Halo, Vira?" terdengar suara wanita dari seberang sana."Iya betul, siapa ini?" aku balik bertanya."Ini Alana, apa kamu sudah sampai dirumah mama?""Oh Alana, iya ini Vira sudah di rumah mama. Tapi kok Alana tahu Vira mau kerumah mama?" ucapku."Ini mama dan Dewa ada di rumahku. Tadi mama menelponnya kamu untuk memberitahukan tapi ponsel kamu tidak bisa dihubungi trus sekarang ponsel mama yang mati. Ini mama mau bicara.""Halo Vira, apa mama membuatmu khawatir?" suara yang terdengar di seberang telepon berubah menja
Akhirnya kami bertiga tidur bersama dengan posisi Dewa berada ditengah-tengah kami, entah kenapa tiba-tiba Dewa berjalan dalam keadaan mengantuk dan berpindah ke kamar kami.Mas Arsen tidur dengan memeluk Dewa, dan tangannya yang panjang itu menyebrang hingga ke tubuhku dan mengelus pinggangku. Meskipun aku terus menepisnya tetap saja dia kembali melakukannya."Dewa, kenapa aunty ditinggal sendirian di kamar? kenapa pindah ke kamar mommy, ah Dewa gak sayang sama aunty nih." Alana pura-pura merajuk saat kami sarapan bersama."Dewa kan bilang ingin tidur sama daddy, jadi Dewa pindah aja pas aunty udah bobok." ucapan dewa terdengar lucu. Dia meninggalkan tantenya saat tantenya sudah tertidur."Hari ini daddy tidak boleh kerja, Dewa mau main sepuasnya sama daddy," Dewa berkata pada mas Arsen."Siap boy, daddy akan menemani Dewa sepanjang hari," mas Arsen menjawab dengan antusias.Setelah selesai sarapan mas Arsen dan Dewa pergi entah keman
Setelah membujuk mama, akhirnya kami diperbolehkan juga kembali lagi ke butik. Mas arsen dan Dewa yang paling bersemangat kembali kesana, entah apa yang di rencanakan bapak dan anak itu hingga mereka begitu antusias pergi kesana.Setelah berkemas-kemas akhirnya kami pergi di sore hari, Mas Arsen sengaja tidak ke kantor lagi karena Dewa masih saja melarangnya, jika ada yang harus di tandatangani Tio datang menemui mas Arsen.Tio terlihat sangat bahagia saat melihatku, seolah-olah beban sudah terangkat dari pundaknya. Entah apa yang terjadi pada asisten mas Arsen itu saat aku tidak ada, apa mas Arsen meluapkan emosinya pada laki-laki itu.Mas Arsen mengendari mobil dengan santai menuju butik, tiba-tiba ponselku berdering panggilan dari mamaku. Aku berbicara singkat dengan mama, kemudian mama mematikan sambungan telponnya.“ Mas, kita tidak jadi ke butik. Papa meminta kita menginap disana dulu, mereka bilang kangen sama Dewa.” Aku berkata p
"Mas Arsen harus bertanggung jawab,* ucap Mona lirih.Mendengar kata tanggung jawab aku langsung menarik tanganku dari genggaman mas Arsen, tapi mas Arsen menggenggamnya makin erat dan meremasnya seolah-olah memberi tahu jika samua baik-baik saja. Tiap wanita pasti akan berfikir yang tidak-tidak jika ada wanita lain yang datang ke hadapannya dan meminta pertanggung jawaban dari suaminya. Apa dia hamil, apa dia punya anak itu yang akan ada dalam pikirannya."Tanggung jawab atas apa? berkatalah yang jelas!" mas Arsen berkata dengan nada yang dingin.Sebenarnya apa yang terjadi diantara mereka, kenapa mas Arsen harus bertanggung jawab pada Mona."Mas Arsen mengutukku saat mbak Vira menghilang dari kehidupanmu. Mas bilang jika mas Arsen kehilangan anak dan istrinya maka dia berharap aku akan hidup menderita dan menjalani kesendirian hingga tua. Empat tahun ini Mona selalu berusaha membina hubungan dengan laki-
POV ARSEN_______________"Tio, kamu belum menikah kan? Aku lihat, kamu juga tidak pernah membawa pasangan atau pergi dengan wanita," aku bertanya pada Tio siang itu saat aku mengajak dia makan siang bersama.Sembilan tahun bekerja denganku baru kali ini aku sengaja mengajaknya makan siang bersama dan hanya berdua saja."Bagaimana saya mau punya istri atau pacar pak, waktu saya hampir enam belas jam buat bapak. Saya hanya kebagian waktu delapan jam untuk tidur dan istirahat dirumah," jawab Tio tanpa basa-basi lagi.Sejak Vira pulang dan aku tidak marah-marah lagi padanya, dia makin seenaknya aja bicara denganku. Ditambah lagi aku sengaja mengajaknya makan siang bersama, dulu saat Vira hamil kami bertiga sering makan siang bersama atas permintaan Vira. Sebenarnya aku kesa
"Mona, mas Arsen bilang kamu harus ikut pengajian di masjid samping butik ini tiap hari Sabtu dan itu berlaku mulai hari ini." aku berbicara pada saat dia sudah sampai di butikku.Ini ide mas Arsen, katanya sebelum membuat Tio dan Mona bertemu ada baiknya merubah Mona dulu. Baik akhlaknya maupun isi kepalanya yang sepertinya cuma berisi mas Arsen. Sebenarnya aku sebel banget mas Arsen bilang isi kepala Mona hanya ada dirinya. Tapi mungkin saja benar, dia seperti tidak punya malu saat mengungkapkan isi kepalanya tentang suamiku.Hari Sabtu biasanya tema pengajian disini adalah tentang keluarga sakinah. Aku selalu mendengarkan nya lewat pengeras suara yang memang di pasang juga terhubung ke butikku, aku sengaja memintanya pada DKM masjid."Ngapain mbak, Mona harus ikutan pengajian segala. Ogah!" tolaknya."Kamu mau dibantuin dapat jodoh yang baik gak? kalau mau perbaikilah diri sendiri dulu. Kalau gak mau, sana pergi dari sini jangan gangg
Hari ini Alana mau datang ke butik, beruntung dia datang hari Minggu jadi Dewa main sama mas Arsen. Alana datang karena ingin mengajakku berbelanja baju tidur yang seksi alias lingerie, entahlah gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba saja ngajak jalan.Aku menunggunya sambil bekerja seperti biasanya di balkon, saat aku melihat mobil Alana masuk ke halaman butik aku segera membereskan meja dan merapikan alat-alat yang berserakan di atasnya.Saat hendak keluar tiba-tiba saja dia sudah menerobos masuk menuju balkon, tempat ku berada. Dia segera berlari memelukku dengan erat, Alana sepertinya nampak sangat bahagia.Begini nih punya adik ipar dengan usia lebih tua, tetap saja dia memperlakukanku seperti aku lebih muda darinya. Usia memang tidak bisa di bohongi."Kamu terlihat senang, apa yang terjadi?" ucapku bertanya."Aku dan mas Reyhan sekarang makin mesra karena aku memberikan banyak perhati