Share

Chapter 6

Mendudukkan dirinya di sudut kursi yang berada di club malam, Yasmin menatap beberapa temannya yang terlihat asik menggoyangkan tubuh mereka mengikuti alunan musik yang sedang diputar. Seperti biasa, jika sedang dalam suasana hati yang tidak baik, Yasmin akan pergi ke tempat itu bersama teman-temannya. Gadis itu masih merasa kesal dengan kejadian tadi siang, saat Raga hampir saja membongkar rahasia mereka didepan semua mahasiswa dan dosen.

Saat sedang asik menyendiri, seorang temannya datang menghampirinya dan mengajaknya untuk bergabung namun gadis itu menolak dengan alasan sedang tidak mood. Hingga beberapa saat kemudian ponselnya bergetar, terlihat sebuah panggilan masuk dari Raga terpampang jelas di layar ponselnya. Awalnya mungkin Yasmin enggan mengangkatnya, tapi Raga terus menghubunginya. Karena sudah terlewat kesal, gadis itu akhirnya mengangkatnya.

"Kenapa? Jangan ganggu gue, gue sibuk!" teriak Yasmin dalam sambungan telepon itu.

"Kamu dimana? Kenapa sangat berisik? Kamu sedang di club?"

Mendengar pertanyaan itu keluar dari bibi Raga membuat Yasmin memutar bola matanya malas. Oh ayolah, tanpa harus dijawab pun seharusnya pria itu sudah tahu dimana dia sekarang. Bukankah sudah terdengar suara musik disko yang diputar sangat keras?

Karena tidak kunjung mendapat respon dari Yasmin, Raga pun terdengar kembali mengeluarkan suara teriakannya didalam sambungan telepon. Pria itu kembali melontarkan pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya.

"Dimanapun gue berada itu bukan urusan lo! Udah gue sibuk, jangan ganggu!!" teriak Yasmin sebelum kemudian mematikan sambungan teleponnya sebelum Raga sempat berbicara.

Setelah mendapat telepon dari Raga, seketika mood Yasmin semakin memburuk. Entah kenapa gadis itu sangat kesal dengan apapun yang berhubungan dengan pria itu. Karena tidak ingin terlalu larut dalam kekesalannya, Yasmin memutuskan untuk bergabung dengan teman-temannya. Menggoyangkan tubuhnya mengikuti aluanan musik disko yang sedang diputar.

Berada ditengah-tengah kerumunan orang yang asik menggoyangkan tubuhnya, tidak jarang  tubuh Yasmin bersentuhan dengan pria lainnya yang dengan sengaja menyentuhnya, namun tampaknya gadis itu tidak terlalu peduli dan lebih memilih asik melanjutkan kegiatannya.

"Bukankah itu Yasmin? Wah parah, Raga harus tahu ini sih," gumam seorang pria yang baru saja datang ke tempat itu. Pria yang merupakan sepupu Raga itu langsung merekam video ketika Yasmin asik melenggokkan tubuhnya ditengah kerumunan orang yang asik berjoget, kemudian mengirimnya ke Raga.

Ditempat lain, Raga tampak frustasi karena sejak tadi Yasmin tidak kunjung mengangkat panggilannya. Bahkan beberapa kali pria itu mengumpat. Hingga seperkian detik kemudian ia mendapat pesan video dari sepupunya yang mengirim Video Yasmin serta alamat club malam tempat gadis itu berada.

"Shit! Beraninya gadis itu pergi kesana!"

Saat itu juga Raga langsung begegas menuju club malam tempat Yasmin berada. Pria itu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata membelah jalanan ibu kota yang sudah tampak sepi karena sudah larut malam. Sepanjang perjalanan pria itu tidak berhenti mengumpat dan bersumpah akan memberikan hukuman pada Yasmin karena tidak pernah mendengar larangannya.

Begitu sampai di club, dengan tergesa-gesa Raga turun dari mobil lalu berjalan cepat memasuki club. Begitu masuk, pria itu bertemu dengan sepupunya yang ternyata sudah menunggunya sejak tadi. "Dimana dia?" tanya Raga dengan nada dinginnya.

Tanpa mengeluarkan suaranya, sepupu Raga menunjuk kearah gadis yang asik melenggokkan tubuh indahnya dilantai dansa bersama seorang pria yang entah siapa Raga sama sekali tidak mengenalnya. Dengan langkah besar dan tatapan tajamnya Raga menghampiri gadis itu dan langsung menarik tangannya, membuat Yasmin yang tadinya asik dengan tariannya seketika terkejut.

"Lepas!!" teriak Yasmin sambil menarik paksa tangannya dari genggaman Raga.

"Kamu gila? Ngapain kamu pergi ketempat seperti ini? Dan apa yang kamu lakukan disini? Kamu asik berjoget dengan pria lain disaat suamimu gelisah menunggumu dirumah?"

Mendengar Raga mengucapkan kata 'Suami' membuat Yasmin langsung menutup mulut pria itu dengan tangannya. "Pelankan suara lo, lo mau semua semua orang mendengarnya ha?"

Dengan sekali gerakan Raga berhasil menyingkirkan tangan Yasmin dari bibirnya. Pria itu terlihat melangkahkan kakinya mendekat kearah Yasmin sambil menatap gadis itu tajam "Aku akan memberitahu semuanya jika kita sudah menikah," bisik Raga pelan.

"Kalau lo berani membongkar semuanya, gue tidak akan tinggal diam!"

Alih-alih takut dengan ancaman Yasmin, Raga justru terlihat menyunggingkan senyum sinisnya. Pria itu bahkan terlihat tidak takut sama sekali. "Sayangnya aku tidak takut dengan ancamanmu itu, sayang."

"Sekarang begini saja, pulang denganku sekarang atau aku benar-benar akan memberitahu semua orang kalau kita sudah menikah."

Merasa jika dirinya sedang diancam oleh Raga, Yasmin pun akhirnya mengalah. Dengan kesal gadis itu melangkahkan kakinya keluar dari club malam diikuti Raga di belakangnya.

"Thanks ya bro. Aku pulang dulu," pamit Raga pada sepupunya sebelum menyusul Yasmin.

Begitu sampai di rumah, Raga menarik paksa tangan Yasmin. Membawa gadis itu masuk kedalam rumah lalu mendorongnya ke sofa. Dengan tatapan tajamnya Raga mencondongkan tubuhnya kearah gadis itu. "Bukankah sudah aku peringatkan jangan pernah pergi ketempat itu lagi? Kenapa kamu masih nekat datang kesana?"

"Gue mau pergi kemanapun itu terserah gue, bukan urusan lo!" balas Yasmin dengan tatapan tak kalah tajamnya.

"Tentu saja itu menjadi urusanku. Ingat, aku adalah suamimu. Aku berhak mengatur atau melakukan apapun padamu. Mulai sekarang aku akan membuat aturan. Aku tidak ingin kamu pergi ke tempat itu lagi. Aku juga tidak ingin kamu membantah semua perintahku."

Sebuah senyuman sinis mengembang dibibir Yasmin begitu kalimat itu keluar dari mulut Raga. Gadis itu bahkan tidak bisa menahan tawanya setelahnya. Oh ayolah, pernikahan mereka hanya di dasari sebuah perjodohan. Yasmin sama sekali tidak pernah menginginkan pernikahan itu. "Lo lupa kalau pernikahan kita hanyalah sebuah perjodohan saja? Gue sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini bahkan tidak sudi mengakui lo sebagai suami gue. Jadi jangan harap gue mau bersikap layaknya seorang istri."

"Akh sakit!!" pekik Yasmin tiba-tiba saat Raga mencengkram tangannya erat. 

Dengan sorot mata penuh amarah Raga menatap gadis yang saat ini ada dalam kungkungannya. Perkataan yang baru saja Yasmin katakan benar-benar membuatnya sangat marah. "Aku sudah berusaha bersikap baik padamu, jadi jangan sampai aku bersikap kasar karena sifat keras kepalamu ini."

"Lepas, sakit."

"Sakit? Cihh, ini bahkan belum seberapa. Ingat, jika kamu berani membantah semua perkataanku maka aku akan membuatmu merasakan sakit yang jauh lebih parah dari ini. Bahkan aku akan membuatmu merasakan sesuatu yang tidak pernah kamu rasakan sebelumnya."

Setelah mengatakan hal itu Raga langsung melepas cengkramammya pada tangan Yasmin kemudiaan melangkah pergi ke kamarnya. Meninggalkan Yasmin yang terus berteriak mengumpatinya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
bener Raga perempuan bar2 itu hrs d kerasin kmu jangan lagi sabar menghadapin perempuan yg g ada akhlak nya itu bikin dia sadar dn g berkutik ..hrs menghomati suami nya ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status