Share

Tamu Tak Diundang

Penulis: Deshika Widya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-04 06:29:38

"Mau apa kau datang ke sini?" Alaric menatap tajam wanita di depannya yang tak lain adalah Grace—mantan istrinya.

"Apa salahku datang? Aku hanya ingin menghadiri acara pernikahan mantan suamiku. Kau tak perlu khawatir berlebihan, Alaric!"

Jika saja bukan seorang wanita, maka sudah ia pastikan tangannya mendarat di wajah Grace. Pria itu tak suka kesenangannya diganggu, dan dengan kehadiran Grace, bisa saja membuat Isadora salah paham dan menjadikan pesta mereka acak-acakan.

"Terserah! Yang jelas, aku mau sekarang kau pergi dari tempat ini!" usir Alaric tanpa belas kasih.

Tatapan Grace seketika menyala. "Apa begini caramu memperlakukan seorang tamu?"

"Aku tak pernah mengundangmu!" tukas Alaric dengan rahang yang mengeras.

"Tapi aku adalah ibu dari darah dagingmu, Alaric! Kau tak bisa menghapus fakta itu!" 

Tatapan Alaric makin menajam. Ia hendak membalas ucapan Grace, tetapi lidahnya mendadak kelu saat melihat siapa yang ada di belakang wanita itu.

"D-Dora ...," gumamnya sangat pelan.

Sementara itu, Isadora menatap keduanya santai. Memang hatinya sedikit tersentil saat tak sengaja mendengar pengakuan Grace. Ia bahkan tak pernah memikirkan wanita itu akan datang di pesta pernikahannya.

"Honey ...." Alaric segera merangkul pinggang Isadora posesif, kala wanita itu tiba di sampingnya. 

Isadora hanya melirik sang suami sekilas, lalu perhatiannya jatuh pada wanita di depan. "Kau—"

"Mantan istri suamimu," potong wanita itu cepat. Ia mengulurkan tangan sembari tersenyum ramah. "Grace."

"Isadora." Isadora membalas uluran tangan itu sembari tersenyum tak kalah ramah.

"Alaric sering bercerita banyak tentangmu. Selamat, sekarang kalian benar-benar sudah bersatu."

Spontan Isadora melirik pada sang suami. Apa yang pria itu ceritakan pada Grace tentangnya? 

"Ah, iya, maaf jika kedatanganku mengganggu pesta kalian. Aku hanya ingin turut menjadi saksi di hari bahagia ini."

Isadora kembali membawa tatapannya ke depan. Sejenak melupakan tentang apa yang sudah suaminya bocorkan pada Grace. "Oh, tidak. Sama sekali tidak mengganggu," tukasnya. 

"Emh ... apa kau tidak mau membawa Grace ke tempat yang lebih layak, Al? Ini terlalu dekat dengan lorong menuju toilet," kata Isadora yang membuat suaminya tersadar seketika.

Sejenak Alaric mengusap tengkuknya yang tak gatal. Sebenarnya ia memang sengaja menarik Grace ke tempat ini karena cukup sepi. Tetapi, siapa sangka Isadora malah datang ke sini. 

"Oh, dia bilang tidak akan lama-lama berada di sini, Sayang. Kau lihat, kan, Grace hanya sendirian. Dia meninggalkan putraku entah di mana. Pasti dia sedang mencari ibunya sekarang," alibinya.

Mata Grace seketika membola. Satu tangannya terkepal di bawah sana. "Alaric, sialan! Bisa-bisanya kau mengusirku tanpa memberi minum sedikitpun!" geram wanita itu dalam hati.

***

Malam telah larut saat pesta berakhir. Tepat pukul 12 malam, Alaric dan Isadora baru memasuki kamar pengantin. Keduanya gegas membersihkan tubuh secara bergantian, dengan Isadora yang lebih dulu.

Kini wanita dengan rambut panjang yang tergerai setengah basah itu tengah duduk di depan meja rias. Tatapannya lurus pada pantulan wajah di cermin, tetapi pikirannya tengah terbang entah ke mana.

Semua ini masih terasa seperti mimpi bagi Isadora. Menjadi istri seorang Alaric Sebastian memang pernah menjadi impiannya. Tetapi itu dulu, sebelum pria itu berkhianat dan akhirnya menikah dengan Grace. 

Jujur saja, jika mengingat itu, hati Isadora bak disayat sebilah pisau tajam. Tetapi, ia selalu berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang agar tak dianggap lemah. 

Ya, untuk apa ia lemah hanya karena seorang Alaric Sebastian?

Isadora tersadar kala sebuah kecupan lembut mendarat di puncak kepalanya. Tampak Alaric yang tengah tersenyum manis dengan bagian atas tubuh yang polos. Sontak saja hal itu membuat Isadora memalingkan wajahnya ke samping.

"Lekas kenakan pakaianmu, Al!" decaknya kesal.

"Kenapa? Aku lebih suka seperti ini."

"Tapi aku tidak menyukainya!" ketus Isadora. Ia bangkit dari duduknya dan beralih mengambil posisi berbaring di atas ranjang.

Ah, Isadora yang malang. Posisi itu justru akan sangat memudahkan Alaric untuk melancarkan aksi yang ia tunggu sejak tadi. Tanpa berkata, pria itu melempar handuk yang semula menyampir di bahu ke sembarang arah. Setelahnya, melangkah dan membaringkan diri di samping tubuh sang istri.

Isadora yang menyadari kehadiran suaminya pun berusaha menahan diri untuk tidak bergerak. Mata wanita itu tertutup rapat.

"Apakah kau sudah benar-benar tidur, Sayang? Secepat itu?" bisik Alaric yang sialnya mampu membuat tubuh Isadora merinding.

Tak mendapat respon, Alaric melingkarkan sebelah tangannya ke perut Isadora. Ia menggeser tubuh hingga sangat rapat dengan tubuh yang telah lama di rindunya. 

"Aku tahu kau belum tidur, Honey."

Hampir saja Isadora menghela napas lelah mendengar panggilan suaminya yang terus berganti. Benar-benar tak beraturan!

Meski masih tak mendapat respon, Alaric sama sekali tak mau menyerah. Ia mendaratkan banyak kecupan di pipi Isadora. Ia yakin, sang istri tidak akan tahan jika diperlakukan seperti ini.

Benar saja, setelah banyak kecupan menyerang, Isadora langsung beringsut duduk dengan bibir yang mengerucut. "Kau benar-benar seperti anak kecil, Al!" geramnya sembari mengusap kasar bekas kecupan sang suami.

Alaric lebih dulu ikut mengubah posisi duduk di samping sang istri. "Bukannya yang seperti anak kecil itu kau, Sayang? Kau pura-pura tidur agar lepas dariku, bukan?"

"Aarrgh ... sial!" jerit Isadora dalam hati. Ia memalingkan wajahnya ke samping, enggan menatap sang suami.

"Kenapa? Apa ada yang tak kau suka dariku? Dari tubuhku? Katakanlah!" perintah Alaric dengan lembut.

Isadora masih belum mau menoleh. Ia tengah sibuk mengondisikan debaran jantung yang tak karuan. 

"Katakan, Sayang ...." Kali ini Alaric berkata sembari menarik lembut dagu Isadora, hingga wanita itu menatapnya.

Isadora menatap mata hitam di depannya cukup lama. Kemudian, ia berkata, "A-aku tak bisa melakukannya, Al."

"Kenapa?"

"A-aku ... sedang datang bulan."

"Kau tidak sedang berbohong, kan?" serang Alaric dengan tatapan yang menajam.

"Untuk apa aku berbohong?"

Pria itu terdiam sejenak sembari membuang muka demi menghalau rasa kecewa. Setelah itu, ia kembali menatap pada Isadora. "Baiklah. Kalau begitu, mari kita lakukan yang lain."

"Hah? Yang lain apa? Tolong jangan macam-macam, Al. Aku tahu kau tak akan bisa menahan diri setelahnya."

Alaric makin memajukan wajahnya hingga embusan napas pria itu menerpa wajah cantik Isadora. Sejenak ia menikmati ketampanan yang terpampang di depan mata.

Cup!

Kedua mata Isadora terpejam kala Alaric mengecup lembut sudut bibirnya, hanya sebentar.

"Baiklah, aku tidak akan memaksa. Tapi, aku pastikan tak akan bisa menahannya lagi di malam-malam lain. Jadi, kau harus bersiap dengan apa yang akan kulakukan nanti, Honey."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Menyesal

    Hancur sehancur-hancurnya. Itulah yang dirasakan Alaric sekarang. Pria yang tampak kacau itu hanya bisa terduduk lemas di lantai setelah mengetahui sebuah fakta mengejutkan."Kau tahu? Saat kau mengusir putriku, dia sedang mengandung anakmu! Anakmu, Alaric! Dan kau lihat akibatnya? Sekarang putriku sudah kehilangan calon anaknya!"Kalimat yang diucapkan Julian ratusan menit lalu, masih terdengar menggelegar di telinga Alaric. Rentetan kata demi kata yang membuat hatinya hancur berkeping-keping. "Kenapa kau tidak memberitahuku, Dora? Kenapa kau tidak bilang bahwa sedang mengandung calon anak kita?" gumamnya dengan suara lirih.Alaric menyesal. Sangat ... menyesal. Namun, penyesalan itu sungguh tak ada artinya sekarang. Semuanya sudah terlambat."Aku bersumpah, tidak akan pernah membiarkan putriku kembali, bahkan bertemu dengan pria brengsek sepertimu!" Kalimat yang Julian ucapkan dengan penuh amarah tadi, berhasil membuat Alaric menjadi manusia rapuh. Bagaimana tidak? Di tengah kondi

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku    Bukti

    Isadora terdiam cukup lama di dalam mobil yang masih terparkir di seberang kafe tadi. Ia meremas ponsel yang sudah berisi bukti kejahatan Grace. "Aku yakin, setelah melihat bukti ini, kau pasti akan percaya padaku, Al. Aku ... sama sekali tidak pernah menyakiti Rayden," gumam wanita itu.Ia memejamkan mata sejenak sembari menghirup oksigen banyak-banyak. Setelah siap, ia menginjak gas hingga mobilnya melaju di jalanan.Bukan pulang ke rumahnya, melainkan hendak pergi ke rumah Alaric untuk memberikan bukti itu sebelum terlambat. Ya, memang saat Isadora merekam, Grace sepertinya tidak sadar. Tetapi, tidak menutup kemungkinan jika ada gangguan lain yang membuat Isadora kehilangan bukti itu, kan? Maka dari itu, ia harus memberitahu Alaric sekarang.Sembari memutar setir, satu tangannya mengetik pesan dengan cepat untuk Alaric.[Aku memiliki bukti bahwa bukan aku yang bersalah atas insiden Rayden. Aku akan menemuimu sebentar lagi, Al. Tolong kau jangan halangi aku.]Pesan tersebut berhasi

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Jangan Sampai Lengah

    Tanpa tujuan. Ya, begitulah hari-hari Isadora berjalan. Ia berdiam diri di kamar ketika pagi, lalu pergi keluar rumah kala siang hingga malam hari. Tak ada tujuan yang pasti, hanya mengitari kota tempat ia tinggal, berharap menemukan sesuatu yang bisa membebaskannya dari fitnah kejam.Seperti sekarang, Isadora duduk termenung seorang diri di sebuah kafe. Tangannya mengaduk minuman menggunakan sedotan dengan tatapan dan pikiran yang entah ke mana. Hingga seorang wanita datang dan membuat Isadora tersadar."Nyonya Isadora?"Isadora menoleh cepat dan mendapati Jessica tersenyum padanya."Jes ... sedang apa kau di sini?" tanyanya."Apa kau tidak ingin mempersilakanku duduk dulu, Nyonya?" Wanita itu terkekeh pelan, membuat Isadora ikut terkekeh juga. Ia mempersilakan Jessica untuk duduk pada kursi di depannya."Aku baru saja menemani Tuan Frans menemui klien. Di sini. Kami pun sempat melihat kau masuk dan duduk. Tapi, kau sama sekali tak menyadari kehadiran kami, Nyonya."Isadora cukup te

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Tidak Terlibat

    Sunyi, hampa, kecewa, itulah yang Isadora rasakan beberapa hari ini, setelah ia keluar dari rumah Alaric. Sepanjang hari ia hanya akan mengurung diri di dalam kamar. Bahkan sama sekali tak bersedia keluar meski hanya untuk sekadar makan bersama kedua orang tuanya.Isadora masih sangat terpukul dengan apa yang terjadi pada Rayden. Apalagi, ia yang tidak tahu apa-apa malah dijadikan tersangka."Aku tidak terima kau perlakuan seperti ini, Al ...," gumam wanita itu sembari memeluk diri sendiri di balkon kamar. "Jika kau tidak terima atas tuduhan itu, harusnya kau bangkit, Isa!"Suara itu membuat Isadora terhenyak. Ia memutar kepala ke samping dan mendapati sang ayah tengah berdiri di ambang pintu menuju balkon yang terhubung langsung ke kamarnya.Isadora tak menyahut hingga Julian mengambil duduk pada kursi kosong di sampingnya. "Kau adalah putriku yang tangguh, kuat, dan tidak pernah menyerah. Lantas, apa kau akan diam saja ketika difitnah?" Pria itu menatap dalam pada putrinya. "Jika

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Tidak Melakukannya

    "Sungguh aku tidak melakukan apapun, Al ...." Isadora bersimpuh di lantai, tepat di depan Alaric yang tengah berdiri menatap pintu ruang UGD. Ia genggam tangan pria itu erat untuk menjelaskan apa yang terjadi. Tetapi, sama sekali tak dipercaya oleh sang suami."Aku kecewa padamu, Dora," ungkap Alaric. Ada jeda beberapa saat untuk ia melonggarkan sesak di dadanya. "Aku kira ... kau akan berlapang dada saat putraku tengah bersikap dingin padamu. Tapi ternyata ... kau justru dendam pada anak sekecil itu!"Isadora menggeleng cepat sebagai bantahan. "Aku tidak melakukan apapun, Al! Aku tidak dendam pada Rayden! Aku tadi hanya—""Sudah cukup, Isadora!" Suara Alaric terdengar menggelegar hingga membuat Isadora tak melanjutkan ucapan. "Aku sudah tidak percaya lagi padamu! Sekarang lebih baik kau pergi dari sini, dan kemasi barang-barangmu dari rumahku!"Degh!Wajah basah Isadora menatap Alaric tak percaya. Ia menggelengkan kepala cepat sembari mengeratkan genggaman. Tetapi, Alaric malah denga

  • Dinikahi Duda Cinta Pertamaku   Membenci Mommy

    Benar saja. Hari yang Isadora lewati tanpa sang suami benar-benar sepi. Setelah kembali dari lapas, ia hanya mengurung diri di dalam kamar hingga malam tiba. Begitupun dengan hari-hari setelahnya. Tak ada kegiatan berarti yang ia lakukan. Sekadar menyambangi kantor yang tengah ditinggalkan sang suami pun sangat malas rasanya.Huft!"Hidup ini terlalu membosankan," gumam wanita itu sembari menjatuhkan diri ke atas kasur empuknya. Ada sedikit penyelesaian kala ia memilih untuk tidak ikut bersama Alaric. Toh, di sini pun Rayden tetap bersikap dingin tiap kali ia dekati. Entahlah apa yang memengaruhi bocah itu hingga bersikap seperti ini. Rasa-rasanya tidak mungkin Rayden berubah tiba-tiba tanpa alasan.Ah, Isadora jadi kian penasaran."Apa aku coba bicara lagi dengan Rayden, ya?"Sepertinya itu bukan ide yang buruk. Baiklah, Isadora segera bangkit dan meninggalkan kamarnya menuju kamar sang putra yang berada di lantai dasar. Suasana rumah yang biasanya ramai oleh tawa Rayden pun kini s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status