Share

Bab 22 : Kenyataan Pahit

Gus Yusuf masih saja menatap ke arah ku seperti tadi, semula aku pikir dia akan menyerah karena aku selalu menolak secara halus, tetap saja tolakan ku tidak membuatnya berhenti.

Aku tahu, itu memang kewajiban ku yang harus dilakukan dengannya, tetapi untuk saat ini, dalam situasi seperti sekarang benar-benar tak mungkin bisa melakukannya.

Kalaupun aku melakukan, itu tidak akan terjadi dengan lancar ataupun penuh dengan keberkahan, aku tidak rela itulah alasan utamanya.

“Anisa? Kenapa? Kenapa diam, jawab saya siap atau tidak malam ini,” tanya Gus Yusuf lagi.

Kali ini, dia semakin mendekat seperti tak ingin ada jarak lagi diantara kami. Aku juga jadi bisa merasakan bagaimana napasnya memburu didekat ku, sangat terasa.

“Jika kamu terus diam bahkan menolak, bukan saya yang akan tanggung jawab nanti, akan semua dosa itu,” ucapnya pelan.

Coba lihat benar saja dugaan ku, dia selalu mengatasnamakan dosa dan kewajiban, tanpa dia beritahu pun sebenarnya aku juga sudah tahu bahkan paham, hanya s
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status