Share

Bujuk Rayu

Author: Chokolate_21
last update Last Updated: 2023-06-14 19:35:50

Sejak kejadian semalam Mila dan Waldi masih saling diam, meskipun ke duanya sudah melewati sarapan bersama, tapi tetap saja masih ada rasa dingin di antara mereka berdua. 

“Aku tau kamu masih marah sama aku,” kata Waldi, mencoba memecah keheningan yang terjadi di antara mereka berdua. Waldi tidak mau terus seperti ini, ia ingin bisa lebih dekat dengan Mila agar bisa menebus kesalahannya karena sudah membawa Mila masuk ke dalam masalahnya. 

“Sampai detik ini aku nggak paham sama cara berpikir kamu,” kata Mila, masih terdengar dingin. Rasa kecewa tentu saja ada di dalam hati Mila, sebab ia harus membuang jauh cita-citanya hanya karena masuk ke dalam masalah orang lain. Sampai detik  ini Mila masih bertanya-tanya, kesalahan apa yang sudah dia perbuat sehingga takdir hidupnya bisa rumit seperti sekarang. 

“Kalau kita tidak mencoba dekat bagaimana bisa memahami pola pikir masing-masing?” Waldi menggeser sedikit posisi duduknya agar lebih dekat dengan Mila. Namun, justru Mila yang menjauh tidak mau didekati. 

Waldi menghela napas kasar, ada rasa kecewa karena Mila menjauhinya.

“Apa kita tidak coba untuk lebih mengenal satu sama lain?” usul Waldi. 

“Aku ke belakang dulu mau cuci piring.” Mila beranjak dari tempat duduknya membawa piring kotor bekas sarapan pagi tadi. 

Lagi-lagi Waldi hanya bisa menghela napasnya kasar. Mila benar-benar belum ingin berdamai. Usaha Waldi tidak sampai disitu saja, lelaki itu menyusul Mila ke dapur berdalih ingin membantu Mila mencuci piring. 

“Biar aku bantu.” Waldi mengambil alih spons cuci piring dari genggaman Mila. Mila memberikan tatapan peringatan, namun Waldi tidak mempedulikan. 

“Sampai kapan kamu membawaku ke dalam masalahmu? Aku juga manusia yang punya batas kesabaran.” Raut wajah Mila tidak teduh seperti biasanya yang ada hanyalah kekecewaan yang begitu mendalam. Mila tidak bisa hidup di dalam lingkungan yang memang tidak bisa menerimanya. 

“Mila, biarkan aku menyelesaikan masalah ini sendirian. Aku juga sedang berusaha agar tidak melibatkan kamu dalam masalah ini.”

Mila menggelengkan kepalanya. “Tidak melibatkan aku dalam masalahmu? Kamu sadar tidak dari awal kamu sudah membawaku ke dalam masalahmu padahal aku tidak tahu apa masalah yang sebenarnya.” 

“Mila, aku mohon tetap lah berada di sisiku. Saat ini aku sedang berusaha untuk keluar dari paksaan Mama.”

“Bagaimana kamu bisa keluar dari paksaan Mama kalau kamu saja tidak bisa mengambil keputusan yang tepat.”

“Keputuan tepat apa yang kamu maksud?”

“Lepaskan aku jika kamu lebih memilih perempuan itu. Hatiku tidak semulia itu mengizinkan kamu menikah lagi.” setiap kata yang terucap dari bibir Mila penuh ketegasan. Mila bukan perempuan bodoh yang bisa dimanfaatkan begitu saja, Mila adalah perempuan berpendidikan yang tahu di mana letak harga dirinya. Mila tidak akan pernah bisa terima jika suaminya mempunyai dua istri, meskipun ia tahu islam memperbolehkan poligami. 

Mendengar perkataan Mila membuat Waldi diam seribu bahasa. Kata-kata itu yang sebenarnya membuat Waldi takut, ia tahu Mila juga punya batas kesabaran dan Waldi sedang berusaha membuktikan bahwa ia bisa mengambil keputusan yang tepat tanpa berpisah dengan Mila. 

“Mila, tolong beri aku kesempatan.” Waldi memohon agar tidak ditinggalkan. 

“Buktikan! Jangan banyak janji apa lagi sumpah.” Kemudian Mila melenggang pergi. Wanita itu memutuskan untuk masuk ke kamar, mengurung diri agar tidak ada satu orang pun yang bisa mengganggunya. 

Sementara Waldi menyelesaikan cuci piringnya dan membereskan dapur serta menyusun kembali bahan makanan yang ada di dalam kulkas sehingga terlihat lebih rapi dari sebelumnya. 

***

Setelah selesai shalat isya Mila tetap duduk sila di atas sajadahnya. Gadis itu menengadahkan tangannya di hadapan Allah dengan air mata yang mengalir di ke dua pipinya sambil memanjatkan doa supaya dirinya diberikan kelapangan hati dan juga kesabaran yang luas. Mila hanya manusia biasa yang sering merasa lelah ketika menghadapi kesulitan duniawi dan sekarang ia merasa lelah. 

“Ya Allah, aku tahu ini semua sudah takdir yang Engkau tuliskan untukku. Engkau memberiku ujian ini karena Engkau tahu aku mampu melewatinya. Ya Allah, berikanlah aku hati yang lapang untuk memaafkan orang-orang yang membenciku. Aku tidak mau ada dendam karena aku tahu Engkau tidak menyukai orang pendendam. Aamiin.”

Setelah selesai berdoa Mila pun melepaskan mukenanya, setelah itu ia berniat untuk langsung istirahat, namun suara ketukan pintu membuat Mila mengurungkan niatnya. 

“Siapa?” Mila bertanya terlebih dahulu untuk memastikan sebelum akhirnya membuka pintu. 

“Ini aku, Waldi.” 

Mila buru-buru memakai kerudungnya sebelum membuka pintu kamar. Ia tahu membuka kerudung di depan Waldi sebenarnya sudah boleh, tapi Mila belum siap. 

“Sebentar.”

Mila pun membuka pintu kamar dengan wajah datar seperti biasa. Mila masih merasa kecewa karena Waldi membawanya ke dalam masalah. Waldi juga sudah menghancurkan mimpinya untuk melanjutkan kuliah S-2. 

“Makan malam sudah siap,” kata Waldi, dengan suara pelan. 

“Aku tidak lapar, kamu saja yang makan.”

“Ada Umi dan Abi di depan.”

Wajah Mila langsung terlihat perubahannya. Bagaimana bisa umi dan abinya datang ke rumah tanpa memberitahu dirinya? Atau jangan-jangan ….

“Tadi aku yang mengundang mereka untuk datang ke sini,” jelas Waldi. 

Dugaan Mila benar, ternyata Waldi yang sudah memberi tahu keberadaan rumah mereka. Yang Mila tidak suka dari Waldi, lelaki itu suka sekali mengambil keputusan tanpa berdiskusi. 

“Kenapa kamu tidak tanyakan dulu kepadaku? bagaimana jika nanti Umi dan Abi tahu masalah kita?”

“Aku laki-laki sejati yang tidak akan pernah kabur dari masalah. Aku akan menjelaskan kepada mereka dan meyakinkan mereka bahwa aku bisa menjaga putrinya.” Dengan mantap dan percaya diri Waldi mengucapkannya. 

“Jangan terlalu percaya diri, Abi tidak semudah itu dibujuk apa lagi kalau sudah menyangkut putrinya yang disakiti oleh lelaki terlebih suaminya sendiri. Jika Abi tahu sudah pasti Abi akan membawaku keluar dari rumah ini.” Mila tahu bagaimana sifat abinya. 

Waldi menggeleng tegas. “Tidak, tidak akan aku biarkan Abi membawamu keluar dari rumah ini, Mila! Aku akan tunjukkan kepada mereka bahwa aku ini bisa menjaga putrinya dengan baik.”

“Buktikan!” kemudian Mila melenggang pergi untuk menemui Umi dan juga Abinya. 

Yalina dan Adra tersenyum ketika melihat putri kesayangannya datang dengan raut wajah bahagia. Yalina langsung memeluk dan mencium putrinya, begitu juga dengan Adra. 

“Umi dan Abi datang tidak bilang sama Mila dulu,” kata Mila, dengan raut wajah merajuk lucu. 

Yalina dan Adra terkekeh pelan melihat wajah imut putrinya yang selama ini mereka rindukan. 

“Sengaja kami hanya memberi tahu Waldi karena kami ingin memberikan kejutan untuk kamu,” jelas Yalina. 

“Syukurlah setelah menikah dengan Waldi kamu dibawa ke rumah yang sangat layak menurut Umi dan Abi. Setelah kamu menikah, jujur saja kami tidak tenang selalu memikirkan bagaimana tempat tinggal kamu dan masih banyak hal lain,” kata Adra. Sudah wajar terjadi orang tua mempunyai rasa khawatir berlebih terhadap putrinya, terlebih lagi menyangkut masalah rumah dan fasilitas. 

“Umi dan Abi tidak perlu khawatir, sebisa mungkin saya akan memberikan kenyamanan untuk Mila.” Waldi menyahut dari belakang. Lelaki itu membawakan beberapa cangkir teh untuk mertuanya, untuk dirinya, dan juga untuk Mila supaya bisa menjadi teman ngobrol yang santai. 

Pertemuan itu berlangsung dengan baik, tidak ada perdebatan atau pembahasan yang membuat Mila tidak nyaman. Setelah Yalina dan Adra pamit pulang, Mila langsung masuk ke kamar untuk istirahat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 85

    “Kevin, lo kebiasaan banget sih taro handuk sembarangan kaya gini.” Pagi-pagi sekali rumah yang biasa sepi sekarang selalu dihiasi oleh teriakan melengking Zoya dengan permasalahan yang sama. setelah mandi Kevin kebiasaan menaruh handuk selalu di atas kasur sehingga membuat kasurnya basah.“Kenapa sih, sayang? Masih pagi ini marah-marah terus,” kata Kevin, berjalan sampai menghampiri Zoya seperti tidak ada dosa lelaki itu.“Udah berkali-kali aku bilang, handuk jangan taruh di kasur, nanti basah jadi jamuran.” Zoya berjalan ke kamar mandi untuk menaruh handuk itu pada tempatnya.“Marah-marah nih, nanti makin cantik gimana? Jangan-jangan kamu udah mau PMS ya, makanya moodnya naik turun gini?” Kevin menarik Zoya untuk duduk di pangkuannya. Masih dengan wajah yang ditekuk Zoya tidak mau menatap lelaki di depannya.“Wajahnya kok masih cemberut gitu sih, sayang?” Kevin mencoba membujuk Zoya supaya mau menatapnya, tapi hasilnya tetap gagal karena Zoya masih marah sama Kevin.“Lagian, harus b

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 84

    Sebeluma akhirnya Mila memutuskan untuk menemui Waldi, ada banyak pertimbanga yang harus ia pikirkan. Setelah shalat dan berdoa meminta petunjuk kepada Allah, entah mengapa pikiran Mila langsung tertuju pada Waldi.“Aku ingin di posisi ini lebih lama sebelum kita ada di sidang perceraian besok,” kata Waldi, saat berada di dalam dekapan Mila yang selama ini ia rindukan. Waldi menangis di sana, ia tidak bisa menahan air matanya mengingat kebodohannya sampai membuat calon anak mereka tiada.Mila hanya diam. Tangan kanannya yang lembut dan mungil it uterus mengusap punggung suaminya yang lebar. Lagi-lagi Mila ingat besok adalah hari perceraian mereka. Keputusan terakhir sebelum berpisah secara agama dan negara.“Maafkan aku,” kata Waldi, lelaki itu tetap terus meminta maaf kepada Mila atas kesalahannya kemarin. Waldi sadar kesalahannya itu tidak bisa dimaafkan, tapi ia masih tetap berharap ada ruang kesempatan untuk dirinya memperbaiki semuanya.Mendengar kata maaf yang keluar dari mulut

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 83

    Satu bulan telah berlalu, kondisi Mila yang semakin membaik setiap harinya membuat Yalina dan Adra senang dengan perkembangan itu. Sejak pulang dari rumah sakit, Mila sudah kembali tinggal bersama orang tuanya, sementara Waldi tinggal di rumah sendiri. Selama satu bulan itu Mila tidak tahu bagaimana kondisi Waldi dan tidak mau tahu juga. Rasa sakitnya masih terasa mendalam sampai saat ini.“Mila, besok adalah putusan sidang perceraian kalian. Apakah kamu yakin dengan keputusan ini?” tanya Adra kepada sang putri untuk mendapatkan jawaban sekali lagi yang lebih meyakinkan. Mila tetap memutuskan untuk berpisah dengan Waldi, karena ia merasa sudah tidak ada yang bisa diperbaiki lagi.“Mila yakin, Abi. Mila tahu, perceraian tidak diajarkan dalam agama kita, tapi jika terus dipaksa bersama maka Mila yang terus mendapatkan dosa,” jelas Mila. Keputusan yang tidak bisa diganggu gugat lagi.“Apakah kamu tahu bagaimana kondisi Waldi selama satu bulan terakhir ini?” tanya Adra lagi.Mila menggele

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 82

    Pagi-pagi sekali ke dua orang tua Kevin berkunjung ke rumah, sebenarnya mereka berdua ingin berangkat ke kantor karena arah yang sama jadi mampir lebih dulu ke rumah anak mereka.“Wah, wah, ada apa gerangan ini kok pagi-pagi udah keramas aja, barengan lagi,” celetuk Heros pada saat melihat Zoya dan Kevin rambutnya sama-sama basah.Mendengar ucapan papa mertuanya membuat ke dua pipi Zoya merah merona karena malu.“Papa ini seperti tidak pernah merasakan jadi pengantin baru saja,” kata Anya, sambil menyenggol pelan siku sang suami.“Sepertinya sebentar lagi kita akan menimang cucu, Mah,” kata Heros, penuh semangat.“Apa sih, Pah,” ujar Kevin, meminta ke dua orang tuanya untuk berhenti menggodanya.Kevin tidak tahan melihat ke dua pipi Zoya yang sudah merah, ingin rasanya Kevin menangkup ke dua pipi itu menggunakan tangan besarnya lalu memberi sedikit cubitan. Namun, sayangnya ke dua orang tua mereka masih ada di sana.“Mama sama Papa tumben main ke sini nggak bilang-bilang dulu?” tanya

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 81

    Malam ini untuk pertama kalinya Zoya dan Kevin menempati kamar utama yang sudah sejak lama Kevin siapkan untuk istrinya nanti. Kamar yang menjadi saksi pergulatan panas mereka tadi siang yang akhirnya membawa ke duanya pada hubungan rumah tangga yang semakin erat.“Vin, lampunya nggak akan lo matiin, ‘kan?” tanya Zoya wajahnya penuh rasa takut terakhir kali lampu kamar dimatikan saat tidur, paginya Zoya demam sampai di bawa ke rumah sakit.“Kalau pakai lampu tidur aja gimana?” tanya Kevin.Zoya nampak berpikir lalu pada akhirnya mengangguk. “Boleh. Tapi lo tidurnya jangan jauh-jauh dari gue ya, gue takut gelap.”Kevin terkekeh pelan. “Dengan senang hati aku akan memberikan pelukan hangat, sayang.”“Ih, aku kamu? Kok gue geli ya dengerinya,” kata Zoya wajahnya terlihat tidak nyaman dengan panggilan baru itu. Wajar saja Zoya belum terbiasa, karena memang keseharian mereka hanya memanggil lo dan gue.“Loh, kenapa harus geli? Kita kan sudah suami istri, emang kamu nggak mau kehidupan rum

  • Dinikahi Lelaki Kaya   Bab 80

    Keluarga Waldi dan Mila sudah sampai di rumah sakit, ketika diberi tahu Mila mengalami kecelakaan tentunya mereka syok berat bahkan Yalina sempat tidak sadarkan diri di rumah. “Kamu keterlaluan, Waldi!” Jeff murka setelah Waldi menjelaskan semuanya. Menurut Jeff, apa yang dilakukan Waldi memang tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia.Jeff memutuskan untuk duduk supaya emosinya reda dari pada ia menjadi pusat perhatian karena membuat keributan di rumah sakit.“Setelah anakku keluar dari rumah sakit, ceraikan dia!” perintah Adra. Lelaki itu juga naik pitam karena cinta putri semata wayangnya dikhianati oleh Waldi. Waldi yang sebelumnya sudah mendapatkan restu dari keluarga, tapi dengan mudahnya mengkhianati begitu saja.“Abi, Waldi mohon beri satu kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya. Semua yang kalian dengar tidak seperti yang kalian kira,” kata Waldi, lelaki itu mencoba untuk meluruskan masalah, tapi semuanya sudah terlanjur berantakan.“Apa lagi yang mau kamu perbaiki, Wa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status