Share

Delapan

“Ini undangan siapa Tis,” Rina melirik undangan yang diletakkan Atisha dengan hati-hati di sampingnya.

“Rin, lo jangan marah ya ...” Bujuk Atisha.

“Ngapain gue mesti marah? Oh iya seragam bridesmide lo ada di mobil gue. Entar lo ambil ya, ingetin gue.” Rina terlihat sangat lahap dengan soto ayamnya. Sementara Atisha, menenggak ludahnya pun terasa berat.

“Kenapa lo? Dari tadi ngeliatin gue mulu, lo bohong ya kalau sudah makan?”

“Eh, enggak kok. Beneran gue sudah makan kok, tadi bareng suster Dewi.” Perempuan itu tersenyum. Berdoa dalam hati, semoga sahabatnya tidak mencekiknya setelah membaca undangan itu.

“Eh, undangan siapa sih nih? Cantik banget.” Setelah menghabiskan sotonya, Rani kembali mengalihkan perhatiannya ke arah undangan gold yang tampak mewah itu. Sementara Atisha semakin menunduk sambil menggigit bibirnya.

“Khuuuk…!!!” Rani tersedak lalu menyemburkan es tehnya kearah Atisha saat membaca nama calon pengantin wanita dalam undangan, dr. Atihsa Namira. Rani membaca nama itu berulang kali sambil menatap kearah sahabatnya.

“Jorok banget si Rin!” Atisha mengelap wajahnya dengan tisu.

"Atisha, kamu!!" Pekik Rani, membuat Atisha mengangkat tangan kanannya dengan jari membentuk huruf V saat menatap mata melotot sahabatnya.

“Ran, aku ke toilet dulu ya. Kebelet ...!” Atisha berdiri, mengambil ancang-ancang bersiap kabur dari amukan sahabatnya.

“Apa-apaan nih, Atisha!!!” Teriak Rina tanpa peduli kepadatan kafetaria. Bisa-bisanya Atisha merencanakan pernikahan tanpa sepengetahuannya dan bisa-bisanya pernikahan itu dua hari lebih dulu dari hari pernikahannya. Rina meraih tasnya lalu mengejar Atisha yang telah terbirit-birit menjauhinya.

"Keterlaluan kamu Atisha." Sahabatnya itu benar-benar cari mati dengannya.

Tepat saat Atisha berada di luar kafetaria rumah sakit, perempuan itu melihat Raffan yang berjalan kerahnya sambil melambaikan tangan.

“Aku dari tadi mencari kamu, kata perawat kamu ada disini. Eh, kenapa?” Raffan menaikkan alis saat melihat tingkah calon istrinya. Perempuan itu justru bersembunyi di belakangnya.

“Kamu harus menolong aku Raff,” Bisik Atisha.

"Atisha!"

“Ada apa ini dokter?” Tanya Raffan pada perempuan yang menenteng jas putihnya, perempuan itu menatap garang kearah Atisha yang berada di balik punggungnya.

“Minggir! Ini bukan urusan and-“ Rina membekap mulutnya saat menyadari siapa pria tampan berkacamata hitam yang berdiri dihadapannya. Tidak mungkin, pewaris Ghifari group berdiri di hadapannya. Tak salah lagi, pemuda itu yang selama ini hanya bisa dilihatnya di tv dan majalah bisnis. Ghifari group, perusahaan raksasa dalam skala internasional yang bergerak di bidang berbagai bidang salah satunya di bidang properti yang meliputi kota satelit, perumahan, kondominium, perkantoran kelas A, pendidikan, pusat industri, pusat belanja, hotel, golf dan rumah sakit. Bahkan rumah sakit tempat mereka bekerja saat ini adalah salah satu unit rumah sakit dari Ghifari Group. Menyadari perempuan dihadapannya menatapnya tanpa berkedip, membuat Raffan jengah dan memilih buang muka, ia tak suka ditatap seperti itu.

“Atisha, ikut aku ya. Mama sudah menunggu kita di butik.” Ucapnya pelan, sambil menoleh kebelakang. Atisha menghela nafas pasrah saat menyadari sahabatnya hanya diam. Perempuan itu lalu menyingkir dari persembunyiannya, menatap Rina dengan sorot permintaan maaf.

“Aku nggak bermaksud Rin, buat merahasiakan rencana pernikahan aku dari kamu, beneran. Maaf ...” Atisha berucap lirih, sementara masih Rina terlihat dalam kebingungannya.

“Salahkan dia saja Rin.” Atisha menunjuk Raffan.

“Dia yang tiba-tiba mengajak menikah.” Sambung Atisha, sementara Rina lagi-lagi tercengang tak percaya pada kenyataan yang dihadapkan padanya. Bagai ada palu godam tak kasat mata yang menimpah kepalanya bertubi-tubi. Atisha ingin menikah itu keajaiban, calon suami sahabatnya adalah putra sulung Ghifari ini mustahil.

Atisha menatap Raffan, mengisyaratkan pria itu untuk menyapa Rina. Mau tak mau pria itu akhirnya menurut.

“Raffan, calon suami Atisha.” Raffan mengulurkan tangannya. Rina masih bengong, namun akhirnya membalas uluran tangan itu, hanya sebentar karena Raffan segera menarik kembali tangannya. Rina mengerjap masih tak percaya ini nyata. Namun hal ini tentu bukan mimpi apalagi dongeng.

Putra sulung Ghifari yang terkenal dingin dan tak tersentuh yang diisukan seorang gay akan menikah dengan sahabatnya. Atisha Namira, sahabatnya yang selama ini juga sangat menutup diri dari laki-laki manapun.

"Rina kamu baik-baik saja kan?" Tanya Atisha saat sahabatnya mundur sambil menyentuh keningnya.

"Impossible!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status