Share

Delapan

Author: Riri Afsana
last update Last Updated: 2022-09-20 12:05:51

“Ini undangan siapa Tis,” Rina melirik undangan yang diletakkan Atisha dengan hati-hati di sampingnya.

“Rin, lo jangan marah ya ...” Bujuk Atisha.

“Ngapain gue mesti marah? Oh iya seragam bridesmide lo ada di mobil gue. Entar lo ambil ya, ingetin gue.” Rina terlihat sangat lahap dengan soto ayamnya. Sementara Atisha, menenggak ludahnya pun terasa berat.

“Kenapa lo? Dari tadi ngeliatin gue mulu, lo bohong ya kalau sudah makan?”

“Eh, enggak kok. Beneran gue sudah makan kok, tadi bareng suster Dewi.” Perempuan itu tersenyum. Berdoa dalam hati, semoga sahabatnya tidak mencekiknya setelah membaca undangan itu.

“Eh, undangan siapa sih nih? Cantik banget.” Setelah menghabiskan sotonya, Rani kembali mengalihkan perhatiannya ke arah undangan gold yang tampak mewah itu. Sementara Atisha semakin menunduk sambil menggigit bibirnya.

“Khuuuk…!!!” Rani tersedak lalu menyemburkan es tehnya kearah Atisha saat membaca nama calon pengantin wanita dalam undangan, dr. Atihsa Namira. Rani membaca nama itu berulang kali sambil menatap kearah sahabatnya.

“Jorok banget si Rin!” Atisha mengelap wajahnya dengan tisu.

"Atisha, kamu!!" Pekik Rani, membuat Atisha mengangkat tangan kanannya dengan jari membentuk huruf V saat menatap mata melotot sahabatnya.

“Ran, aku ke toilet dulu ya. Kebelet ...!” Atisha berdiri, mengambil ancang-ancang bersiap kabur dari amukan sahabatnya.

“Apa-apaan nih, Atisha!!!” Teriak Rina tanpa peduli kepadatan kafetaria. Bisa-bisanya Atisha merencanakan pernikahan tanpa sepengetahuannya dan bisa-bisanya pernikahan itu dua hari lebih dulu dari hari pernikahannya. Rina meraih tasnya lalu mengejar Atisha yang telah terbirit-birit menjauhinya.

"Keterlaluan kamu Atisha." Sahabatnya itu benar-benar cari mati dengannya.

Tepat saat Atisha berada di luar kafetaria rumah sakit, perempuan itu melihat Raffan yang berjalan kerahnya sambil melambaikan tangan.

“Aku dari tadi mencari kamu, kata perawat kamu ada disini. Eh, kenapa?” Raffan menaikkan alis saat melihat tingkah calon istrinya. Perempuan itu justru bersembunyi di belakangnya.

“Kamu harus menolong aku Raff,” Bisik Atisha.

"Atisha!"

“Ada apa ini dokter?” Tanya Raffan pada perempuan yang menenteng jas putihnya, perempuan itu menatap garang kearah Atisha yang berada di balik punggungnya.

“Minggir! Ini bukan urusan and-“ Rina membekap mulutnya saat menyadari siapa pria tampan berkacamata hitam yang berdiri dihadapannya. Tidak mungkin, pewaris Ghifari group berdiri di hadapannya. Tak salah lagi, pemuda itu yang selama ini hanya bisa dilihatnya di tv dan majalah bisnis. Ghifari group, perusahaan raksasa dalam skala internasional yang bergerak di bidang berbagai bidang salah satunya di bidang properti yang meliputi kota satelit, perumahan, kondominium, perkantoran kelas A, pendidikan, pusat industri, pusat belanja, hotel, golf dan rumah sakit. Bahkan rumah sakit tempat mereka bekerja saat ini adalah salah satu unit rumah sakit dari Ghifari Group. Menyadari perempuan dihadapannya menatapnya tanpa berkedip, membuat Raffan jengah dan memilih buang muka, ia tak suka ditatap seperti itu.

“Atisha, ikut aku ya. Mama sudah menunggu kita di butik.” Ucapnya pelan, sambil menoleh kebelakang. Atisha menghela nafas pasrah saat menyadari sahabatnya hanya diam. Perempuan itu lalu menyingkir dari persembunyiannya, menatap Rina dengan sorot permintaan maaf.

“Aku nggak bermaksud Rin, buat merahasiakan rencana pernikahan aku dari kamu, beneran. Maaf ...” Atisha berucap lirih, sementara masih Rina terlihat dalam kebingungannya.

“Salahkan dia saja Rin.” Atisha menunjuk Raffan.

“Dia yang tiba-tiba mengajak menikah.” Sambung Atisha, sementara Rina lagi-lagi tercengang tak percaya pada kenyataan yang dihadapkan padanya. Bagai ada palu godam tak kasat mata yang menimpah kepalanya bertubi-tubi. Atisha ingin menikah itu keajaiban, calon suami sahabatnya adalah putra sulung Ghifari ini mustahil.

Atisha menatap Raffan, mengisyaratkan pria itu untuk menyapa Rina. Mau tak mau pria itu akhirnya menurut.

“Raffan, calon suami Atisha.” Raffan mengulurkan tangannya. Rina masih bengong, namun akhirnya membalas uluran tangan itu, hanya sebentar karena Raffan segera menarik kembali tangannya. Rina mengerjap masih tak percaya ini nyata. Namun hal ini tentu bukan mimpi apalagi dongeng.

Putra sulung Ghifari yang terkenal dingin dan tak tersentuh yang diisukan seorang gay akan menikah dengan sahabatnya. Atisha Namira, sahabatnya yang selama ini juga sangat menutup diri dari laki-laki manapun.

"Rina kamu baik-baik saja kan?" Tanya Atisha saat sahabatnya mundur sambil menyentuh keningnya.

"Impossible!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   extra part 2

    "Sayang, aku nggak bermaksud buat ingkar janji." Rayyan membujuk setengah putus asa, saat istrinya meninggalkan kamar mereka dan memilih berbaring di atas sofa ruang tengah. "Harusnya nggak usah janji sejak awal." Atisha berenggut memunggunginya. "Maaf ya, janji nggak ak—" "Nggak usah janji lagi! Jatuhnya kamu jadi pembohong tau nggak." "Sayang, maafin aku." pria itu mengambil tempat disisi istrinya, membuat Atisha kian kesal. "Lepas nggak!" Perempuan itu berontak dalam belitan tangan suaminya, sofa yang sempit membuat mereka nyaris terjengkang. "Kamu mau buat aku jatuh? Perut aku sakit tau dibelit kayak gitu. Nggak usah dekat-dekat!" Atisha berucap dengan ketus sambil menatap suaminya tajam. " Tadi Macet sayang. Aku telat, juga karena ternyata meeting-nya alot, karena meyakinkan klien tadi ternyata butuh waktu yang nggak sebentar." Rayyan berdiri di sisi sofa, sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Menghadapi Istrinya dalam mede ngambek seperti ini merupakan hal ya

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Ekstra Part

    Pria itu menyeka setetes air mata di pipi yang tak betah di pelupuknya. Genggaman hangatnya ditangan sang istri tak ia lepas sejak satu setengah jam yang lalu. Atisha masih terlelap pulas. Sesekali pria itu mengelus punggung tangan istrinya yang agak bengkak. Flebitis akibat bekas jarum infus, sehingga pemasangan infus di pindahkan di tangan lainnya. Pria itu terpejam, sudah banyak untaian kata maaf ia ucapkan pada sang istri. Ternyata, tak mampu menebus dosa dan mengeringkan penyesalan atas perbuatannya di masa lalu. Ia pernah teramat menyakiti sang istri secara brutal. Sakit istrinya kali ini diluar kuasanya. Ia benar-benar tak berniat menyakiti istrinya lagi. Meski secara tidak langsung ada andilnya pada sakit sang istri. Kehamilan istrinya cukup lemah, perempuannya tak jarang mengalami kram perut hingga bercak darah akhir-akhir ini. Belum lagi morning sicknes yang membuat istrinya kian pucat sejak trimester awal hingga trimester kedua ini. Rayyan mengecup tangan perempuan itu. B

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Delapan

    Saat membuka mata dan mengerjap, Atisha mendapati suaminya tersenyum lembut padanya. Pria itu menyelipkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah istrinya. "Mas." Atisha menatap lekat suaminya, kembali mengingat percakapan mereka sebelum ia jatuh tertidur. Ia Lalu menghembuskan napas dan memeluk sang suami mencari posisi nyaman. "Kok udah bangun sih, padahal tidur baru tiga puluh menit." Rayyan mengangkat tangannya yang bebas dan melirik jam tangannya. "Nggak nyaman yah tidurnya? Pindah di kasur aja yuk." Ajak Rayyan, Atisha hanya menggeleng. "Udah jam berapa?" "Jam lima lewat." Rayyan mendekap hangat istrinya, pipinya menempel di kepala istrinya. Pria itu memejamkan mata sambil tersenyum tak dapat membendung keharuannya dengan kemajuan pesat dalam hubungan mereka setelah sekian lama. Mengungkapkan hal yang selama ini mereka pendam bertahun-tahun memang tidak mudah, bagai mengangkat bongkahan batu yang telah lama tertimbun. Namun sepadan dengan kelegaan yang kini mereka hirup

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Tujuh

    "Kamu nggak ngerti, kamu nggak ingat sama aku yang pernah ngejar-ngejar kamu saat SMA." Atisha menatap suaminya dengan serius, ia sama sekali tak tahu maksud suaminya."Kamu mah, dulu hanya melihat Jerome. Mengabaikan cowok lain yang sedang berusaha dekat sama kamu, padahal aku baru tahu suka dan cinta sama cewek itu apa, kompleks banget karena langsung mengecap sakitnya patah hati..." Rayyan berucap sambil menyentuh pelipisnya, tampak menerawang. Ternyata pengalaman buruk itu masih membuat hatinya meradang kala mengingatnya."Aku cowok yang pernah berkompetisi dengan kamu di salah-satu olimpiade mewakili SMA Gantara. Kamu ingat nggak? Cowok yang selalu berusaha ngedeketin kamu, nungguin kamu setiap pulang sekolah bahkan nekat nerobos masuk di sekolah kamu demi bisa kenal dekat dengan kamu, tapi selalu di cuekin dan kamu anggap nggak kasat mata. Terakhir di taman depan perpustakaan umum, waktu itu aku coba deketin kamu lagi dan jujur tentang perasaan aku, tapi malah nggak digubris pad

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Enam

    "Asha, kok udah bangun jam segini?" Tanya Raisa saat menatap siapa yang berada di depan pintu kamarnya menjelang subuh seperti ini, Asha berdiri di depan pintu kamarnya mendongak menatap wajah sang nenek dengan sorot berkaca-kaca sambil memeluk boneka koala kesayangannya."Cucu Oma kenapa, jam segini kok sudah bangun?" Mendengar pertanyaan keheranan Omanya membuat gadis kecil itu menitihkan air matanya."Mami nggak ada," lirihnya dengan bibir bergetar, Raisa segera menggendong cucunya yang langsung terisak di dekapannya. "Didinya Asha juga belum pulang ya?" Tanya Raisa yang dijawab Asha dengan gelengan kepala, semalam putranya itu belum pulang saat ia masuk kamar dan tertidur. "Asha jangan nangis. Sayang..." Raisa berujar khawatir saat cucunya menangis sesegukan. Selama ini, cucu kesayangannya itu jarang menangis seperti ini, ia lalu menoleh kearah Ghifari yang masih tertidur."Memang maminya kemana?" Tanyanya mengelus lembut punggung cucunya. Ia benar-benar bingung saat tiba-tiba cu

  • Dinikahi Mantan Adik Ipar   Lima Puluh Lima

    Atisha ditemani dua orang koas baru di stase obgyn yang tengah mengobrol dengannya mendiskusikan kondisi pasien kepadanya, teramat serius sampai tidak melihat dokter Kikan yang hendak ke poli, berpapasan dengannya andai perempuan itu tidak menyapanya lebih dulu. "Selamat pagi." "Pagi, dokter Kikan..." jawab Atisha dengan senyum ramah. "Udah lepas jaga kan, papanya Asha di depan nungguin tuh," ujarnya, sambil tersenyum."Oh iya dok, makasih infonya yah. Padahal tadi mau sarapan bareng mereka dulu di kafetaria sebelum balik. Maaf, lain kali ya..." Atisha menoleh pada dua dokter muda di sisinya. "Iyya dok, nggak papa," jawabnya berbarengan. Atisha lalu pamit sebelum meninggalkan mereka. Rayyan menjemputnya adalah suatu hal yang langka sebenarnya, jadi ia tak ingin membuat pria itu menungguinya terlalu lama."Hai," Rayyan tersenyum kearah Atisha yang menghampirinya. Perempuan itu menghela nafas lirih, sebelum balas tersenyum. "Assalamualaikum," ucapannya sebelum meraih punggung tangan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status