Share

Empat

“Tangan lo kenapa?” Tanya Rina menyaksikan sahabatnya yang sejak tadi tak henti mengibas-ibas.

“Habis nampar orang gue!” Rina menghentikan suapannya, menatap Atisha penasaran. Ini kali pertama sahabatnya terdengar bar-bar.

“Serius? Siapa?!”

“Ada, cowok kurang ajar yang suka semaunya mentang-mentang punya banyak uang,” ucap Atisha yang sedang berbaring diatas sofa bed, keduanya berada di ruangan istirahat saat tengah malam.

“Hahaha… bar-bar juga Lo.” Rina terkekeh membayangkan kemarahan Atisha saat berhadapan dengan cowok itu.

“Kenapa lo nampar dia? Terus cowok itu gimana setelah lo tampar?”

“Gak gimana-gimana gue pergi setelahnya. Cowok itu yang pernah gue ceritain, yang mobilnya ringsek karena ketabrak mobil gue.”

“Cowok Bugatti?” Atisha hanya mengedikkan bahu.

“Biaya reparasi mobilnya hampir tiga ratus juta dan gue cuma punya dua puluh juta, kebayang gak gimana despatarenya gue. Terus dia malah dengan enteng bilang, gue nggak harus bayar biaya ganti rugi asal gue mau jadi,” Atisha mengangkat tangannya membuat tanda kutip.

“Gila banget tuh cowok! Emang dia pernah lihat muka kamu?” Tanya Rina, pasalnya sahabatnya itu mana pernah membuka maskernya di hadapan pria manapun.

“Ya enggak sih, tapi…”

“Dok, Darurat! Terjadi kecelakaan beruntun di ujung jalan Pulo, delapan korbannya telah dibawa kesini.” Kepala perawat muncul dibalik pintu menyela percakapan mereka, membuat keduanya segera bangkit, bergegas menuju IGD meninggalkan makan malam yang belum sempat mereka habiskan.

~

“Kenapa muka Lo sampai memar gitu?” Tanya Bram.

“Kena gampar, gila … cewek itu tamparannya pakai dendam kesumat kali, keras banget ...” Raffan memegang pipinya sambil meringis.

“Cewek? Beneran lo digampar cewek?” Bram menatap takjub kearah Raffan, seolah yang didengarnya adalah sebuah keajaiban besar.

“Udah jadi cowok brengsek lo sekarang sampai digampar cewek segala? Selamat bro, welcome to the jungle hahaha! Akhirnya ... lo menyadari juga potensi lo untuk berburu.” Bram tertawa takjub lalu meninju pelan pundak sahabatnya.

“Potensi apaan, gue di tampar.”

“Emang lo habis ngapain? Nyosor tanpa izin? Atau ketahuan selingkuh? Ayolah Men, cewek mana sih yang berani menolak pria paling potensial kayak lo!” Perkataan Bram membuat Raffan berdecak.

“Percuma gue bilang, bukannya ngasih solusi malah bikin tambah mumet. Lo mau pergi kan? Udah sana pergi. Gue ngungsi di apartemen lo beberapa waktu, malas gue pulang kerumah.”

“Terserah lo deh, gue mau pergi.“

Raffan memilih berbaring di sofa sambil menyalakan tv, namun fikirannya kembali pada peristiwa sore tadi, entah kenapa ia sampai nekat melamar perempuan itu dengan dalih untuk menganulir tanggung jawab ganti rugi. Namun, seumur-umur hanya bersama Atisha ia tak merasa risih ataupun jijik saat berdekatan dengan perempuan, ia merasa biasa saja dan dari cara perempuan itu menamparnya membuatnya yakin satu hal, bahwa sama halnya dengan dirinya perempuan itu juga tak tertarik padanya, dan itu yang terpenting. Bagaimanapun caranya perempuan itu harus berstatus sebagai istrinya agar hidupnya kembali damai dari paksaan dan tuduhan yang teramat melukai harga dirinya. Raffan memang tidak tertarik pada perempuan manapun, cukup dirinya yang tau. Namun bukan berarti dirinya tertarik pada sesama jenis, naudzubillahi mindzalik. Dirinya hanya korban, terjebak dalam trauma masa lalu yang sulit dilumpuhkan dari ingtannya. Tujuan hidupnya tak muluk, dirinya hanya ingin hidup dengan tenang tanpa desakan dan celaan yang memuakkan.

“Halo Dri, tolong cari tahu identitas perempuan yang menabrak mobil saya, semuanya dan kirim kesaya segera.” Raffan menelpon sang tangan kanannya.

~

“Oma makan lagi ya, ini tinggal sesuap lagi kok.” Bujuk Atisha, namun wanita baya itu menggeleng.

“Ya udah.” Atisha menyingkirkan mangkok bubur itu, menyimpannya diatas nampan. Lalu kembali kesisi sang Oma, sambil terus mengelus punggung tangan keriputnya.

“Sayang, Oma boleh minta sesuatu?” lirihnya, menatap cucunya.

“Boleh dong, Oma mau apa dari Atisha?” Tanyanya sambil tersenyum, mencium tangan renta omanya, lalu menempelkan ke kepipinya.

“Oma mungkin nggak akan lama lagi, tapi Oma nggak bisa ninggalin kamu sendirian, kamu cari pasangan hidup ya, maafin Oma karena terlalu mengekang kamu selama ini.” Suaranya lemah, sarat akan kepedihan. Menatap cucu semata wayangnya yang mulai berkaca-kaca. Entah sudah berapa kali Omanya mengucapkan kalimat yang sama.

“Oma nggak boleh ngomong gitu, Oma pasti sembuh kok.”

“Janji yah, kamu akan menikah dan punya anak, jangan hidup sebatang kara kalau Oma sudah tidak ada.” Tangan renta itu mengelus wajah jelita cucunya, sementara Atisha tak lagi bisa menahan genangan air matanya.

“Oma pasti sembuh,” ucapnya. Menggenggam tangan omanya dan kembali menciumnya.

“Permisi,” ucap Raffan yang sejak tadi mendengar percakapan mereka di ambang pintu, tatapannya masih terpaku pada wajah Atisha. Atisha terbelalak menatapnya, gelagapan mengelap air matanya, menaikkan maskernya yang berada di dagu. Sorot matanya terhunus tajam kearah pria itu. Sementara Raffan justru memamerkan senyumnya.

“Assalamu’alaikum Oma,” ucapnya berdiri disamping Atisha, setelah meletakkan parcel buah diatas nakas lalu menyalimi tangan renta wanita baya itu.

“Gimana keadaan Oma? Ah iya, nama saya Raffan Oma, pacar Atisha,” Ucapnya lembut, namun berhasil membuat Atisha melotot.

“Kamu ngapain disini?” tanya Atisha berupaya untuk tidak teriak di kamar perawatan sang Oma.

“Sayang, kamu kenapa sih marah-marah mulu. Terus kesini nggak ngabarin aku, katanya mau ngenalin aku sama Oma.” Atisha melotot mendengar penuturan pria itu.

“Atisha, kamu pacaran?” tanya Omanya tak kalah heran.

“Nggak gitu Oma, dia…” Atisha mati-matian mengontrol emosi saat melihat pria yang malah tersenyum tanpa dosa kearahnya.

“Iya nih Oma, kami sedang menjalin hubungan.” Pria itu berjongkok di samping tempat tidur menyajarkan kepalanya dengan wanita tua itu sebelum berucap, “Tapi Raffan udah yakin banget sama Atisha. Kalau Oma berkenan, Raffan bermaksud meminta izin sama Oma, untuk serius sama Atisha. Boleh nggak Oma, cucu Oma yang suka ngambek itu jadi istrinya Raffan?” Tanyanya dengan sorot tulus, membuat sang Omanya tersenyum.

“Kamu yakin, mau sama cucu Oma yang suka ngambekan?” tanyanya pelan sambil menepuk pelan punggung tangan pemuda itu.

“Mau bagaimana lagi Oma, hati kan nggak bisa di kontrol untuk dimiliki sama siapa? Izinin Raffan jadi bagian dari hidup Atihsa ya Oma, Raffan nggak bisa menjanjikan bisa bahagiain Tisha selamanya, tapi Raffan tau pasti bahwa bahagia dan sedihnya Atisha adalah bahagia dan sedihnya Raffan.”

Atisha membuang nafas jengah, ingin sekali dia menyeret pemuda itu keluar. Namun apa daya, ekting pria itu berhasil membuat Omanya berkaca-kaca.

“Oma sebentar ya, Atisha pengen ngomong sama Raffan.” Atisha berucap manis dengan penekanan saat menyebut nama pria itu, sambil mencubit lengan pria itu sepenuh hati, membuat Raffan meringis, namun tak urung tersenyum kearah Oma, saat perempuan itu menarik lengannya mengisyaratkan untuk keluar.

“Kamu gila ya! Mau kamu apa?!!!” Bentak Atisha sambil melepas tangan pria itu dengan kasar, berkacak pinggang ketika keduanya berada di selasar belakang.

“Wait, saya bakal jelasin semuanya tapi bukan disini.” Raffan menatap ngeri sorot marah perempuan dihadapannya.

“Sore ini, di Rezz kafe. Saya tunggu kamu di sana.”

“Kamu fikir kamu siapa?! Kita bahkan nggak kenal, urusan kita hanya sebatas ganti rugi mobil, dan saya udah bilang akan bayar dengan menyicil sisanya.”

“Oke, kenalin Gue Raffan Ardian Ghifari dan kamu Atisha Namira. Disini saya nggak mau bahas soal biaya reparasi itu, tapi saya mau minta bantuan kamu. Percaya sama saya, kesepakatan ini akan lebih banyak menguntungkan kamu. Jadi temui saya sore nanti biar saya jelaskan, saya harus pergi sekarang.” Raffan berucap serius, lalu mengangguk sebelum berjalan pergi setelah menatap jam tangannya. Atisha menggeleng bingung, menatap punggung laki-laki itu. Sementara Raffan tersenyum, menyadari bahwa tadi dirinya berada di waktu yang tepat, selangkah lagi, fikirnya. Rencananya akan berjalan dengan baik, semoga saja. Pria itu kembali memasuki ruang perawatan Oma Atisha, pamit sebelum kembali kekantor.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status