Home / Rumah Tangga / Dinikahi Mantan Sepupu / Bab 3. Pilihan yang Sulit

Share

Bab 3. Pilihan yang Sulit

Author: Lilintulip
last update Last Updated: 2023-07-25 01:43:45

Semua yang ada di sana, terutama orang tua Doni pun Doni sendiri terkejut dengan apa yang terjadi pada wanita yang bernama Rani itu.

“Apakah benar, Fania baru bertemu dengan wanita itu, Don?” Wanita paruh baya berbisik.

“Yang Doni tahu, itu memang benar. Karena setiap saat Fania di jaga oleh pengasuhnya dan dia terus mengabari semua yang Fania lakukan.”

“Tapi sepertinya_”

“Mamah ...,” Terdengar Fania siuman.

Rani yang mendengar itu langsung mendekat, menggenggam tangannya.

“Ya Sayang, Mamah di sini. Apa ada yang sakit?”

Fania mengangguk dengan lemas tapi terlihat senang karena Rani ada kembali di sampingnya.

“Kamu harus kuat! Mamah percaya kamu pasti bisa sembuh seperti biasa, dan kita akan pergi ke taman bermain setiap hari.” Rani mengusap kepala Fania yang terbalut perban.

Tidak lama seorang dokter masuk dan melihat keadaan Fania dengan penuh kehati-hatian.

“Kamu memang anak yang kuat! Om bangga, padamu.”

Rani menatap sang dokter, wajahnya tidak jauh berbeda dengan wajah papah Fania.

“Saya Om dan juga dokter pribadinya.” Ucap si dokter ketika melihat tatapan Rani.

Rani mengangguk, ternyata dia masih terpaut keluarga dengan Fania.

“Bagaimana keadaannya?” Doni menatap sang adik.

“Sepertinya tidak apa-apa. Kita hanya harus menunggunya beberapa hari lagi, Jadi,” Dia menatap Rani, “jangan sampai seseorang membawanya pergi.”

Rani mengerutkan kening dan menatap Doni. Dia tidak mengerti kenapa dokter itu berucap demikian.

“Eeeh, Dok. Tidak mungkin_”

“Aku tidak akan membawanya pergi seperti waktu itu!” Doni memotong perkataan Rani.

Dokter hanya menaikkan pundak seperti tidak percaya.

“Dokter tidak usah khawatir, Saya yang akan menjamin Fania tidak akan pergi sebelum dinyatakan sehat.” Rani tersenyum bangga.

“Eeeh, apa hakmu bicara seperti itu! Fania kan_”

“ANAK SAYA!” Rani memotong keras, “Tuan Arogan Yang Terhormat! Asal Anda tahu dan ingat, Saya tidak pernah bilang Fania anak Saya, tapi demi kesembuhan Fania, Saya itu harus melakukannya!” Doni terdiam ketika Rani berucap demikian.

Begitu pun dengan Dokter. Dia terkejut ketika sadar kalau wajah Rani pun cara dia menentang Kakaknya, sama persis seperti Kakak Iparnya dahulu.

“Ini memang duplikat Kak Fani. Pantas saja Fania begitu menempel dengannya.” Gumam Dokter tersenyum.

“Kenapa diam! Dengar, ya, Tuan Arogan Terhormat. Saya tidak mau lagi melihat Fania dalam keadaan yang mengancam hidupnya!”

“Apa hakmu, bicara seperti itu!” Doni menatap Rani, “Dia itu anak_”

“Dari tadi anak, anak terus. Kalau begitu_”

“Kita menikah saat ini juga!” Ucapan Doni membuat semua orang terkejut.

Apalagi Rani, dia sampai menghamburkan air minum yang di sodor kan sopir, karena tahu dia belum mendapat minum dari tadi.

“Apa Anda orang gila! Menganggap hal yang sakral dengan lelucon!” Rani menatap Doni tajam.

“Memangnya kenapa? Toh ini untuk Fania, supaya Saya juga tenang, tidak lagi harus memberikan Fania pada orang asing!”

Rani menyugar Rambut, “ini memang harus di selesaikan!” Gumamnya sembari menatap Doni.

Namun, sebelum pembicaraan mereka semakin jauh, Rani terlebih dahulu harus keluar.

 Dia menatap Fania, “Sayaaang, Mamah pergi dulu, ya. Ada yang harus Mamah bicarakan dengan Papahmu.” Fania tersenyum dan mengangguk.

“Apa panggilan itu sebagai jawaban kamu mau jadi Mamahnya?”

Rani menatap Doni dengan ujung mata, “berisik! Sayang ... Mamah keluar dulu, ya.”

“Maaah, jangan lama-lama, Fania takut.” Fania bicara terbata-bata dengan mata sayunya.

Melihat itu, membuat Rani kembali meneteskan air mata. Dia mendaratkan satu kecupan di kening sebelum pergi.

“Mamah tidak akan lama. Kamu sama Om Dokter dulu, ya.”

Setelah itu, Rani menatap Doni dan mencengkeram tangannya.

“Kita harus bicara di tempat lain!” Dengan seenaknya, Rani menarik Doni yang tidak melawan sedikit pun.

“Sepertinya Fania akan dapat mamah baru, Mih.”

“Sepertinya! Walaupun Mamih baru bertemu, tapi Mamih setuju.”

“Tapi, Mih! Wanita yang lain mau di kemanakan?”

Yang dipanggil Mamih hanya mengangkat bahu.

Sedangkan dua orang yang saat ini tengah jadi sorotan, melenggang pergi dengan terburu-buru.

Setelah menemukan tempat yang cukup baik, Rani melepaskan Doni dan menarik nafas untuk menenangkan hatinya.

Dari mulai keluar ruangan tempat Fania di rawat, jantung Rani berdegup kencang karena takut Doni marah sebab dengan lancangnya, dia berani-beraninya menarik tangan Doni, si Tuan Arogan.

“Kenapa Anda mengajukan pernikahan, bukankah itu hal yang tidak Anda inginkan?” Rani menghadap Doni yang menatapnya takjub.

Doni baru sadar, ternyata Rani wanita cantik. Apa lagi saat ini, di bawah sinar rembulan, dia semakin cantik dengan rambutnya yang terjuntai panjang walaupun sedikit lepek karena mungkin dari tadi dia bolak-balik menghadapi situasi yang menguras emosi dari mulai awal mereka bertemu.

“Apa karena Saya mirip dengan mantan Istri Anda?” Rani menatap Doni yang terkejut.

Doni menghembuskan nafas perlahan, “itu sedikit banyak benar,” Dia berbalik menatap bulan purnama.

“Karena kalian bagaikan pinang dibelah dua. Tapi, walaupun begitu, ada perbedaan yang mencolok.” Doni kembali menatap Rani yang masih menatapnya.

“Dia tidak seberani Anda, dan dia tidak pernah membantah apa yang Saya perintahkan. Memang... dia sering marah, tapi itu hanya pada Saya, suaminya, bukan pada orang lain yang baru ditemui.”

“Oooh,” Rani melipat tangan, “jadi maksud Anda, Saya ini wanita kasar yang tidak punya sopan santun, karena marah pada Anda?”

Doni mengangguk, “kurang lebih seperti itu yang Saya lihat.”

Rani meluruskan tangan dan mengentakkan kaki kesal, “Saya seperti ini karena ulah Anda yang semena-mana!”

Doni terkejut, tapi dia malah tersenyum dan itu membuat Rani semakin jengkel.

“Kalau begitu, kenapa Anda mengajak Saya menikah, bagaimana kalau Saya sampai menyakiti Fania dan bisa saja Saya menghancurkan harkat martabat Anda di depan orang lain? Apa Anda tidak takut!” Rani menatap tajam Doni.

“Apa lagi selama seharian ini, Anda terus mencurigai Saya sebagai pencuri!”

Doni tersenyum dia malah merasa terhibur dengan kemarahan Rani.

Dengan santai, dia memasukkan tangan di saku celana dan mencondongkan kepala, menjadikan Rani mundur.

“Sekarang hukum bisa bicara, malahan bukan hanya Saya yang bisa menghukum Anda, tapi orang lain pun bisa, ketika kekerasan itu terjadi.”

Rani mengerutkan kening, “jadi Anda akan merekam semua yang Saya lakukan?”

“Untuk apa susah-susah, toh sekarang ada CCTV yang lumayan canggih. Jadi Saya tinggal sebarkan saja.”

“Orang kaya mah memang beda!” Rani berpaling dan mencibir. Membuat Doni kembali mengulas senyum untuk sesaat.

“Tapi Saya tidak mau menikah!”

“Kalau begitu, Anda bisa pergi membiarkan Fania dengan keadaan saat ini dan jangan pernah menampakkan diri Anda lagi.”

Rani cemberut dan menggaruk kepala yang mulai gatal karena belum keramas.

Semua kelakuan Rani tidak pernah luput dari perhatian Doni yang terus menatapnya.

“Bagaimana?”

Rani mengusap wajah, ini cukup membuat dia pusing, di satu sisi dia ingin terus berada di samping Fania, karena dia sudah merasa dekat, walaupun baru tadi pagi mereka bertemu, tapi sudah merasa dekat malam ini.

Namun di sisi lain, dia pun tidak mungkin menikah dengan sembarang orang, apa lagi  dengan laki-laki yang baru dia temui tadi pagi.

Apa kata Paman, bila aku membawa laki-laki asing? Dan apa kata Tori bila aku menikah bukan dengannya.

Ucap Rani dalam hati dengan semua kebingungannya.

“Saya tidak punya waktu, dan Saya tidak mau mengulur waktu, karena ini berhubungan dengan Fania. Jadi apa jawaban ada?”

“Saya belum bisa menjawabnya. Tapi,” Rani menggaruk hidung.

“Jika itu terjadi, apa jaminan Anda untuk Saya?”

Doni mengerutkan kening tidak mengerti.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Kesepakatan Fargo dan Doni

    Doni tidak mau mendengar apa pun yang istrinya katakan, dia menutup telepon dengan kasar dan melemparnya ke samping.Sedangkan di tempat lain, Rani tengah mengusap muka sembari menghembuskan nafas kasar. Dia tidak tahu harus berbuat apa, karena saat ini, dia tidak mungkin meminta Pram untuk memutar, dan kembali ke rumah. Sebab, dia sudah janji untuk membawa Fania ke tempat mandi bola, sebagai permohonan maaf.“Kamu kenapa, sepertinya tidak baik-baik saja?” Pram menatap Rani.Dia berpikir inilah waktu yang tepat untuk lebih mendekatkan diri pada istri kakaknya.Pram sudah tidak sabar ingin melihat raut wajah Doni yang marah dan kembali kalah dengan apa yang Pram lakukan.Dia pun akan sedikit demi sedikit mempengaruhi Rani supaya berpaling padanya seperti Fani di waktu dulu sehingga menghasilkan anak yang ada di antara mereka sekarang.“Tidak apa, Bang.” Rani malah menatap Fania yang tengah bermain dengan bonekanya.“Sayan

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Kembali Pram yang menang

    “Sekarang kalian bisa pergi.” Akhirnya semua pergi dan menyisakan satu wanita paruh baya yang membuat kening, Rani mengerut ketika melihatnya masih berdiri di.“Apakah masih ada yang mau Bibi tanyakan?”“Maaf, Nyonya. Masakan tadi ... maksud Saya masakan uang tadi Nyonya buat_”“Oh, iya. Kalian bisa memakannya. Saya sudah tidak berselera, lagian sebentar lagi Saya pergi.”Pekerja itu mengangguk dan pergi. “Kamu mau pergi ke mana? Apa kamu sudah tidak sakit lagi?”“Sakit, aku?” Rani mengerutkan kening, tapi tidak lama menggeleng, “itu sudah tidak apa. Sekarang aku mau bertemu dengan Fania. Aku rindu. Semalam Mas malah langsung membawaku sebelum melihatnya.”Doni tersenyum, mengikuti istrinya pergi. Akan tetapi, sebelum Rani mencapai pintu rumah, dia langsung menarik Rani supaya medekat padanya.“Kamu pergi dengan, Pram?” Doni menatap sang istri yang malah melambaikan tangan. Sehingga dengan cepat Doni meraih tangan itu dan membawanya ke sebalik badan.“Mas tidak akan mengizinkan kam

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Penggoda di rumah

    “Tidak usah, aku masak sendiri saja.” Rani memilih melangkah ke dapur dan menyiapkan semua yang ingin dia makan.“Maaf, Nyonya. Pak Doni itu tidak suka nasi goreng yang di campur telur. Dia lebih suka yang telurnya di simpan di atas nasi dan ditaburi bawang goreng.” Ucap si pembantu dengan bangga karena dia bisa menghafal semua yang disukai sang tuan.Sedangkan Rani langsung berhenti dan mengerutkan kening, “apakah kamu meragukan apa yang akan Saya buatkan untuk, suami Saya?” Rani menekankan kata terakhir sembari melipat tangan.“Yang istrinya itu kamu, apa Saya?” Rani menatap lekat sang pembantu yang sepertinya merasa jadi Nyonya rumah.“Eh, m-maaf, maaf Nyonya. Saya tidak bermaksud demikian. Tapi yang Saya_”“Benarkah begitu! Kalau begitu Saya tidak peduli!” Rani memberikan tatapan tajam.“Kamu bisa pergi dari sini! Jangan ngelunjak!” Rani kembali pada kegiatannya.“Di sini, Saya Nyonya kamu!” Rani benar-benar kesal.

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Datang Pengganggu

    “Maaas!” Dengan cepat Rani mengalungkan tangan di leher sang suami.“Masih sakit, kan.” Ucap Doni tanpa menggubris rengekan sang istri yang ingin turun.Dia membaringkan tubuh Rani dengan hati-hati. “Maaas, aku cape.” Mata Rani terbuka ketika merasakan embusan nafas Doni mendekat.Doni mengulum senyum, “iyaaa, Mas, tahu. Mas hanya ingin_” Doni mendaratkan kecupan di kening.“Selamat malam, Sayang.” Rani tersenyum, dia tidak menyangka kalau Doni bisa semanis itu.“Sekarang, ayo kita tidur.” Doni membawa Rani dalam pelukan setelah menyelimuti tubuh mereka berdua.Rani pun semakin dalam menyembunyikan kepala di pelukan hangat suaminya, dan akhirnya mereka pun tidur dengan saling memeluk membawa hati bahagia ke peraduan yang akan merubah semua kehidupan keduanya.*** Rani terbangun dengan uluman senyum menghiasi wajahnya. Dia tidak menyangka mulai hari ini dia benar-benar sudah menjadi seorang i

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Ban 44. Kuncup bunga didapatkan

    Rani melipat bibir ke dalam dengan tangan saling berpautan dan mata tidak berani menatap.Doni menghembuskan nafas, meraih dagu sang istri, “tatap Mas, Sayaaang. Katakan, sejak kapan kamu sering bertukar kabar dengan Pram.”Rani terdiam dengan otak bekerja mencari alasan yang tepat supaya sang suami tidak marah.“Mas, tidak butuh diammu, Rani. Yang Mas butuh kan kejujuran dari istri Mas.”Doni berucap pelan di depan telinga, membuat Rani berjengket. Andai pinggangnya tidak di pegang, mungkin dia tersungkur.“Hati-hati Sayaaang, Mas hanya minta kejujur.”Rani menghembuskan nafas, dan akhirnya mau tidak mau Rani pun membalas tatapan Doni dengan menelan saliva seret.“Emmm, sebenarnya, sudah lama. Kalau tidak salah ketika di antar pulang waktu dari rumah sakit.”Doni terkejut, tubuhnya menegang menatap sang istri mencari kebohongan, namun dia tidak mendapatkannya. Hati Doni mulai tidak tenang.“Apa kalian sering bertemu di luar atau di rumah tanpa se_”“Tidak dan iyah!”Rani cemberut dan

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Bab 43. Tawar menawar

    Rani di bawa masuk ke kamar dan di jatuhkan sedikit kasar, membuat dia menjerit.“Bisa kan pelan-pelan, sakit tahu!” Rani menggerutu dan duduk di atas kasur.“Itu hukuman kamu karena tidak bisa diam.”“Ya wajarlah aku berontak, Mas bikin aku malu di depan Mamih dan orang rumah.”Doni tidak menggubrisnya, dia malah masuk ke kamar mandi tanpa berucap sedikit pun.“Mas, tenggorokannya sakit, ya? Perasaan dari tadi aku yang jerit-jerit.”Doni mendengus, sembari menatap Rani dengan ujung matanya.Rani yang melihat itu hanya mengedikkan bahu. Dia malah turun menapaki kaki yang sedikit berjinjit.“Jangan coba-coba untuk kabur! Kita selesaikan semua hari ini.”Rani mengangguk sebelum Doni menutup pintu kamar mandi, dan dia pun keluar.Perutnya terasa lapar karena, sejak pulang dari supermarket dia belum makan apa-apa.“Perutku lapar sekali, mudah-mudahan ada yang bisa di makan.” Ucap Rani sembari mengusap perut yang sudah berdemo.Namun, semua dipatahkan dengan cukup keras ketika Rani membuka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status