Beranda / Rumah Tangga / Dinikahi Mantan Sepupu / Bab 5. Dia yang Pertama

Share

Bab 5. Dia yang Pertama

Penulis: Lilintulip
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-25 01:48:06

Doni pulang dengan hati cukup hampa. Ruang hati yang mulai terbuka terasa kosong karena wanita yang dia harapkan malah memilih pergi.

“Bang!” Sang adik menghampiri, “kalau dia buat aku saja bagaimana?”

Doni mengerutkan kening,

“Ya elaaah! Wanita yang tidak jadi menikah dengan Abang!”

“Maksud kamu?”

“Karena dia tidak jadi menikah dengan Abang, bagaimana kalau dia menikah denganku, itu sama saja kan.”

Doni menatap tajam, sedangkan sang adik malah tersenyum.

“Jangan _”

“Selama janur kuning belum melengkung, aku akan pastikan dia menikah denganku.” Dia pergi tanpa menghiraukan ucapan Doni.

Tangan Doni terkepal kuat, “tidak akan aku biarkan kamu kembali mengambil kebahagiaanku!” Kakinya kembali melangkahkan pergi.

Doni pulang dengan hati cukup kacau. Wanita yang bernama Rani itu benar-benar sudah membuat hatinya terasa tidak tenang. Ditambah lagi dengan adiknya yang berucap demikian.

“Apa ini balasan yang kamu berikan untuk aku, Fan? Karena tidak bersamamu, Apa lagi ketika kamu sakit.” Doni kembali teringat ketika Fani tengah terbaring di rumah sakit.

“Don, Fani kecelakaan, saat ini tengah dirawat di rumah sakit.” Mamih menelepon Doni yang tengah di luar kota.

“Apa! Ya ampuuun, kapan itu Mih?”

“Baru saja, Mamih mendapatkan telepon dari polisi, Don. Sekarang Kamu harus_”

“Apa Mamih bisa menanganinya sebentar? Doni harus mengikuti rapat sebentar. Ini untuk perkembangan perusahaan, Mih.”

Sang Mamih terdengar menghela nafas, “baiklah. Tapi kamu harus segera pulang!” Telepon pun tertutup rapat.

 Doni berhenti di lampu merah, dia mengusap wajah teringat kejadian itu.

“Tapi itu terjadi karena_” Mata Doni melotot ketika menoleh ke samping.

Dia terkejut, tangannya terkepal kuat menatap dua orang berlainan jenis tengah berboncengan.

“Ternyata karna ini kamu menolak menikah denganku!” Tangannya semakin mencengkeram kuat melihat wanita yang di bonceng tertawa.

Wanita itu tidak lain dan tidak bukan selain Rani, wanita yang memilih pergi meninggalkan Doni dan Fania.

“Apa hebatnya laki-laki itu, sampai kamu menolak menikah dengan Saya!” Doni semakin mengeratkan pegangannya.

 “Lihat saja nanti, akan aku buat kamu tidak bisa menolak apa yang aku inginkan!” Ucap Doni sembari menginjak gas dan meluncur pergi.

Doni bertekad untuk tidak lagi membiarkan seseorang mengambil kebahagiaannya. Dia akan menggenggam semua dengan kuat supaya tidak akan pernah bisa pergi.

Sedangkan Rani yang tengah di bonceng Tori hanya bisa menatap langit malam.

“Ran, ngoceh lagi dah! Ko sepi.”

“Yeeeh, ngoceh apaan! Emangnya ini acara kawinan, apa.”

“Lah, bukannya ini memang acara kawinan! Kawinan embak Kunti dan genderuwo.”

Rani akhirnya bisa tertawa, inilah yang membuat Rani cukup betah dan nyaman dengan Tori.

Dia tidak pernah bertanya apa ada masalah ataupun apa itu, tapi dia bisa mencairkan suasana hati menjadi lebih ringan.

“Tor, apa kita bisa jangan dulu pulang?” Rani menyenderkan kepalanya dipunggung Tori, “aku tidak mau pulang.”

Tori tersenyum, “baik, Bos! Akan aku bawa kamu ke mana pun yang kamu mau.” Tori akhirnya membelokkan motor ke tempat yang dia pikir Rani akan suka.

Tanpa mereka sadari, Doni yang ada di dalam mobil, tengah membuntuti mereka berdua.

Sepuluh menit yang lalu, Doni yang telah melaju lebih dahulu akhirnya kembali ke tempat Rani tadi.

Namun sayang, dia tidak menemukan Rani yang tengah di bonceng Tori.

“Sial! Kenapa tadi aku harus pergi!” Doni mengumpat sendiri.

Doni menatap sekeliling mencari petunjuk untuk bisa menemukan Rani. Dia tidak berhenti, dia terus menelusuri dan akhirnya menemukannya.

Rani dan Tori turun di jembatan layang, mereka bisa melihat kelap kelip lampu kendaraan dan juga lampu gedung yang begitu indah.

“Kamu suka?” Tori menatap wanita yang sejak dulu tidak pernah dia tinggalkan. Dan dia yakin, kalau wanita di sampingnya ini akan menjadi istrinya suatu hari nanti.

“Aaaaah!” Rani berteriak cukup kencang dan tertawa, namun lama-lama tawa itu menjadi tangisan.

Doni yang melihat itu akhirnya turun, dia melangkah cepat ketika menyadari ada laki-laki lain yang hendak memeluk calon istrinya.

Doni menarik Rani dan memeluknya, “kenapa kamu menangis di sini?”

“Heeey, siapa_”

Doni memperlihatkan jari manisnya, dan itu membuat Tori terdiam. Dia bukan orang bodoh, dia tahu apa artinya itu.

Tapi yang jadi pertanyaan, kapan Rani bersama dengan orang itu, karena yang dia tahu, sampai kemarin Rani masih sendiri.

“Kamu bisa pergi. Biarkan dia bersama Saya.” Doni mengusap kepala Rani yang masih menangis tanpa sadar siapa yang memeluknya.

Tori mengangguk, “aku titipkan dia, jangan sampai dia menangis lagi, kalau itu terjadi, jangan salahkan Saya untuk mengambilnya.” Tori pergi meninggalkan keduanya dengan penuh tanda tanya di otaknya.

Rani yang mendengar suara motor pergi langsung sadar, “Tor, maaf_” Ucapannya terhenti ketika sadar siapa yang memeluknya.

“Anda?”

“Sudah puas menangisnya?” Doni pelepasan pelukan dan menatap ke depan.

“Apa ini kebiasaan Kamu, menangis di depan laki-laki lain?”

Rani mengerutkan kening, “maksud Anda?”

“Kenapa tidak menangis di depan Saya, yang notabene merupakan calon suami Kamu?”

Rani menoleh ke samping, “siapa Anda, kenapa bisa bilang kalau Anda calon suami Saya?”

“Bukankah itu benar?” Doni memperlihatkan jari manisnya yang terpasang cincin.

Rani langsung menatap ke jarinya sendiri dan dia baru sadar kalau di sana sudah melingkar cincin yang sama dengan yang ada di jari manis Doni.

“Apa yang Anda lakukan, dan, dan kapan ini terpasang di jari manis Saya?” Rani memperlihatkan jari manisnya.

Doni tersenyum, tangannya terulur mengusap kepala Rani, “makanya, kalau mau menangis jangan di sembarang tempat.”

Rani cemberut, “memangnya siapa yang membuat Saya jadi seperti ini!”

Doni tersenyum, tangannya menangkap kedua pipi Rani, “memangnya kapan Saya membuat Kamu menangis?”

“Dasar tidak berperasaan! Siapa yang melarang Saya tidak boleh bertemu dengan Fania?”

“Jadi kamu sedih?” Doni tersenyum.

Dia baru sadar, ternyata hati Rani tidak seperti wanita yang biasa mendekatinya yang hanya menginginkan dirinya dan juga hartanya.

“Ya pastilah!” Rani menyolot kesal.

Doni tertawa dan membawa Rani dalam pelukan, “terima kasih. Kamu sudah membuat Saya merasa tenang dan akan terus meminta kamu menjadi istri Saya sampai semua terwujud.”

“Heeey, siapa yang_” Rani berontak, membuat Doni mengeratkan pelukannya.

“Iya-iya. Saya akan secepatnya menyelesaikan semua yang bersangkutan dengan Mawar. Kamu tunggu saja, dan_” Doni menjauhkan Rani dan kembali menangkap kedua pipinya.

“Jangan pernah melirik atau pun menerima orang lain. Jangan biarkan, mereka memeluk kamu, ok!”

“Tergantung! Seberapa bisanya Anda memegang Saya. Kalau sampai itu longgar, mungkin saja_”

Tanpa permisi, Doni langsung melahap bibir Rani, membuat Rani terkejut, karena itu ciuman pertamanya yang selama 20 tahu dia jaga.

Dan sekarang, diambil duda beranak satu. Sungguh, ini bencana untuk seorang Rani.

“Apa ini yang pertama?” Doni yang sudah sadar menatap Rani.

Tanpa mendengar ucapan Rani, Doni tahu, kalau itu memang benar. Dia memeluk Rani semakin erat, dia bahagia dan semakin yakin tidak akan melepaskan Rani untuk orang lain.

“Terima kasih. Menjadikan Saya yang pertama.”

Rani merasa malu dan menyembunyikan wajahnya di pelukan Doni yang tertawa bahagia.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Kesepakatan Fargo dan Doni

    Doni tidak mau mendengar apa pun yang istrinya katakan, dia menutup telepon dengan kasar dan melemparnya ke samping.Sedangkan di tempat lain, Rani tengah mengusap muka sembari menghembuskan nafas kasar. Dia tidak tahu harus berbuat apa, karena saat ini, dia tidak mungkin meminta Pram untuk memutar, dan kembali ke rumah. Sebab, dia sudah janji untuk membawa Fania ke tempat mandi bola, sebagai permohonan maaf.“Kamu kenapa, sepertinya tidak baik-baik saja?” Pram menatap Rani.Dia berpikir inilah waktu yang tepat untuk lebih mendekatkan diri pada istri kakaknya.Pram sudah tidak sabar ingin melihat raut wajah Doni yang marah dan kembali kalah dengan apa yang Pram lakukan.Dia pun akan sedikit demi sedikit mempengaruhi Rani supaya berpaling padanya seperti Fani di waktu dulu sehingga menghasilkan anak yang ada di antara mereka sekarang.“Tidak apa, Bang.” Rani malah menatap Fania yang tengah bermain dengan bonekanya.“Sayan

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Kembali Pram yang menang

    “Sekarang kalian bisa pergi.” Akhirnya semua pergi dan menyisakan satu wanita paruh baya yang membuat kening, Rani mengerut ketika melihatnya masih berdiri di.“Apakah masih ada yang mau Bibi tanyakan?”“Maaf, Nyonya. Masakan tadi ... maksud Saya masakan uang tadi Nyonya buat_”“Oh, iya. Kalian bisa memakannya. Saya sudah tidak berselera, lagian sebentar lagi Saya pergi.”Pekerja itu mengangguk dan pergi. “Kamu mau pergi ke mana? Apa kamu sudah tidak sakit lagi?”“Sakit, aku?” Rani mengerutkan kening, tapi tidak lama menggeleng, “itu sudah tidak apa. Sekarang aku mau bertemu dengan Fania. Aku rindu. Semalam Mas malah langsung membawaku sebelum melihatnya.”Doni tersenyum, mengikuti istrinya pergi. Akan tetapi, sebelum Rani mencapai pintu rumah, dia langsung menarik Rani supaya medekat padanya.“Kamu pergi dengan, Pram?” Doni menatap sang istri yang malah melambaikan tangan. Sehingga dengan cepat Doni meraih tangan itu dan membawanya ke sebalik badan.“Mas tidak akan mengizinkan kam

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Penggoda di rumah

    “Tidak usah, aku masak sendiri saja.” Rani memilih melangkah ke dapur dan menyiapkan semua yang ingin dia makan.“Maaf, Nyonya. Pak Doni itu tidak suka nasi goreng yang di campur telur. Dia lebih suka yang telurnya di simpan di atas nasi dan ditaburi bawang goreng.” Ucap si pembantu dengan bangga karena dia bisa menghafal semua yang disukai sang tuan.Sedangkan Rani langsung berhenti dan mengerutkan kening, “apakah kamu meragukan apa yang akan Saya buatkan untuk, suami Saya?” Rani menekankan kata terakhir sembari melipat tangan.“Yang istrinya itu kamu, apa Saya?” Rani menatap lekat sang pembantu yang sepertinya merasa jadi Nyonya rumah.“Eh, m-maaf, maaf Nyonya. Saya tidak bermaksud demikian. Tapi yang Saya_”“Benarkah begitu! Kalau begitu Saya tidak peduli!” Rani memberikan tatapan tajam.“Kamu bisa pergi dari sini! Jangan ngelunjak!” Rani kembali pada kegiatannya.“Di sini, Saya Nyonya kamu!” Rani benar-benar kesal.

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Datang Pengganggu

    “Maaas!” Dengan cepat Rani mengalungkan tangan di leher sang suami.“Masih sakit, kan.” Ucap Doni tanpa menggubris rengekan sang istri yang ingin turun.Dia membaringkan tubuh Rani dengan hati-hati. “Maaas, aku cape.” Mata Rani terbuka ketika merasakan embusan nafas Doni mendekat.Doni mengulum senyum, “iyaaa, Mas, tahu. Mas hanya ingin_” Doni mendaratkan kecupan di kening.“Selamat malam, Sayang.” Rani tersenyum, dia tidak menyangka kalau Doni bisa semanis itu.“Sekarang, ayo kita tidur.” Doni membawa Rani dalam pelukan setelah menyelimuti tubuh mereka berdua.Rani pun semakin dalam menyembunyikan kepala di pelukan hangat suaminya, dan akhirnya mereka pun tidur dengan saling memeluk membawa hati bahagia ke peraduan yang akan merubah semua kehidupan keduanya.*** Rani terbangun dengan uluman senyum menghiasi wajahnya. Dia tidak menyangka mulai hari ini dia benar-benar sudah menjadi seorang i

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Ban 44. Kuncup bunga didapatkan

    Rani melipat bibir ke dalam dengan tangan saling berpautan dan mata tidak berani menatap.Doni menghembuskan nafas, meraih dagu sang istri, “tatap Mas, Sayaaang. Katakan, sejak kapan kamu sering bertukar kabar dengan Pram.”Rani terdiam dengan otak bekerja mencari alasan yang tepat supaya sang suami tidak marah.“Mas, tidak butuh diammu, Rani. Yang Mas butuh kan kejujuran dari istri Mas.”Doni berucap pelan di depan telinga, membuat Rani berjengket. Andai pinggangnya tidak di pegang, mungkin dia tersungkur.“Hati-hati Sayaaang, Mas hanya minta kejujur.”Rani menghembuskan nafas, dan akhirnya mau tidak mau Rani pun membalas tatapan Doni dengan menelan saliva seret.“Emmm, sebenarnya, sudah lama. Kalau tidak salah ketika di antar pulang waktu dari rumah sakit.”Doni terkejut, tubuhnya menegang menatap sang istri mencari kebohongan, namun dia tidak mendapatkannya. Hati Doni mulai tidak tenang.“Apa kalian sering bertemu di luar atau di rumah tanpa se_”“Tidak dan iyah!”Rani cemberut dan

  • Dinikahi Mantan Sepupu   Bab 43. Tawar menawar

    Rani di bawa masuk ke kamar dan di jatuhkan sedikit kasar, membuat dia menjerit.“Bisa kan pelan-pelan, sakit tahu!” Rani menggerutu dan duduk di atas kasur.“Itu hukuman kamu karena tidak bisa diam.”“Ya wajarlah aku berontak, Mas bikin aku malu di depan Mamih dan orang rumah.”Doni tidak menggubrisnya, dia malah masuk ke kamar mandi tanpa berucap sedikit pun.“Mas, tenggorokannya sakit, ya? Perasaan dari tadi aku yang jerit-jerit.”Doni mendengus, sembari menatap Rani dengan ujung matanya.Rani yang melihat itu hanya mengedikkan bahu. Dia malah turun menapaki kaki yang sedikit berjinjit.“Jangan coba-coba untuk kabur! Kita selesaikan semua hari ini.”Rani mengangguk sebelum Doni menutup pintu kamar mandi, dan dia pun keluar.Perutnya terasa lapar karena, sejak pulang dari supermarket dia belum makan apa-apa.“Perutku lapar sekali, mudah-mudahan ada yang bisa di makan.” Ucap Rani sembari mengusap perut yang sudah berdemo.Namun, semua dipatahkan dengan cukup keras ketika Rani membuka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status