Share

Antara Hati Nurani dan Orang Tua

"Sudah dipastikan jika aku yang akan memenangkan sidang nanti!"

Semua mata tertuju pada sosok wanita yang baru saja masuk. Siapa lagi kalau bukan Casandra --mantan istri Raffael. 

Raffael beranjak dari duduknya dan menghampiri Aldevaro seraya berkata, "Apa kau tidak kasihan melihatnya? Dia membutuhkan ASI. Aku mohon berilah walau sekali dalam sehari."

Casandra tertawa lepas. "Hey! Sudah aku bilang dari sebelum kita menikah. Jika memiliki anak, tidak akan aku susui," jawab Casandra. "Apalagi aku sudah terkenal sekarang. Lalu bagaimana jika pay*daraku kendur nanti?"

"Kau egois. Kau hanya mementingkan dirimu sendiri. Mana Casandra yang dulu aku kenal. Mana?!" bentak Raffael. 

"Setelah kau mengenal uang kenapa dirimu berubah? Apa tidak cukup uang bulanan yang selalu putraku beri? Sampai-sampai kau lebih memilih pria lain yang bahkan tidak jelas asal-usulnya!" timpal Hanna dengan

emosi.

Ferdy hanya menyimak obrolan mereka sambil memainkan ponselnya, sedangkan Revalina mencoba meninabobokan Aldevaro. 

Casandra mendelik. "Wah ... wah ... ibu dan anak rupanya kompak menghakimiku."

"Cih! Lalu untuk apa kau mengambil Al dariku? Kalau hanya sekadar memberinya susu formula saja aku pun bisa. Bahkan aku bisa menjaganya setiap waktu," kata Raffael. 

Casandra menghampiri bayinya. "Jelas anak ini harta buatku. Bagaimana tidak, papaku akan memberi hartanya jika aku memiliki keturunan laki-laki dan tentunya harus aku urus sendiri. Ups! Bukan aku yang urus, tentunya pembantu nanti, hahaha ...."

Raffael menepis tangan Casandra saat jemari lentiknya mengelus pipi gembul Aldevaro.

"Jangan bermimpi kau akan mendapatkan anakku!" tegas Raffael.

"Dia pun anakku! Aku yang mengandungnya!"

"Kau memang mengandungnya, aku tak menampik. Tapi kelakuanmu sangat tidak pantas disebut ibu kandungnya!"

"Kau!" pekik Casandra kesal. 

Keduanya terus saja beradu mulut hingga akhirnya Aldevaro yang semula tenang, kini menangis. 

Revalina merasa geram dengan sikap Raffael dan terlebih kepada Casandra. "Astaga! Apa kalian tidak bisa diam? Kenapa kalian berdua sangat egois? Ini anak kalian dan seharusnya kalian rawat berdua!"

"Hei ... siapa kau?" tanya Casandra sambil mendorong pundak Revalina. 

"Jaga sikapmu! Dia calon istriku," tutur Raffael. 

Mata Revalina membulat sempurna saat mendengar penuturan Raffael. 

Melihat sikap Revalina demikian, Raffael merangkul Revalina seraya berbisik, "Jawab saja iya, aku mohon. Kalau tidak, aku akan melaporkanmu kepada pihak berwajib atas pencemaran nama baik!"

Revalina bergeming. Otaknya berpikir keras. Ia disudutkan dengan dua pilihan. Jika tidak menuruti Raffael, maka ia akan masuk penjara, walau sang ayah bisa mengeluarkan, tetapi nama baiknya tercoreng. Namun, tidak mungkin juga untuknya menikah dengan pria yang baru saja ia kenal. Wanita itu menatap Aldevaro, dalam hatinya merasa kasihan, hati nuraninya merasa terpanggil untuk melindungi. 

"Tidak mungkin!" sanggah Casandra. 

Revalina menarik napasnya dalam-dalam dan berkata, "Tapi sayangnya itu benar, Nona." 

"Perkenalkan, namaku Revalina Anastasya, putri dari Tuan Carlos Diego," sambung Revalina sambil mengulurkan tangan. 

"Apa?!" Casandra tercengang mendengar pengakuan Revalina. 

Lagi, Revalina berbicara, "Anda tahu, kan, siapa Tuan Carlos itu?"

"Hahaha ... tapi sayangnya aku tidak percaya dengan ocehanmu, gadis muda. Siapa saja bisa mengaku jika dia putri Tuan Carlos, termasuk kau! Atau bahkan bisa saja aku mengakui jika Casandra, seorang model terkenal ini adalah putri dari Tuan Carlos," tutur Casandra.

"Terserah! Yang jelas, akan aku pastikan jika di persidangan nanti calon suamiku yang akan menang. 

Mendengar pernyataan Revalina yang sangat meyakinkan, Hanna membuka situs website. Di sana ia menemukan salah satu foto seorang gadis memakai seragam sekolah yang memang mirip dengan gadis di hadapannya sekarang. Setelah ditelusuri lebih lanjut, benar saja, Revalina yang ada di hadapannya adalah putri dari seorang pengusaha kaya raya nomor satu seantero negeri. Melihat penampilannya yang biasa-biasa saja, memang siapa saja tidak akan menyangka jika ia anak dari seorang konglomerat. 

Wanita paruh baya itu tersenyum dengan apa yang ia lihat. Ia memiliki keyakinan jika gadis itulah jodoh untuk putranya. 

"Aku yakin kau hanya gadis panggilan yang disewa Raffael untuk berpura-pura menjadi istrinya nanti. Untuk apa? Untuk memenangkan kasus hak asuh anak? Kau bodoh, Nona! Atau jangan-jangan ... kau ini hanya mengambil hati mantan suamiku yang kaya raya ini untuk mendapatkan hartanya? Cih! Mur*han sekali!" ejek Casandra. 

Revalina mengalihkan Aldevaro kepada Hanna lalu menghampiri Casandra. 

"Kau sudah menghinaku, Nona. Akan aku pastikan kau tidak akan lolos dariku," ancam Revalina dengan sorot mata tajam. 

"Hahh! Sudahlah, aku tidak mau berurusan dengan orang asing," ucap Casandra. 

"Aku pulang, Sayang. Kita tunggu minggu depan siapa yang akan memenangkan hak asuh anak nanti," tuturnya kepada Raffael kemudian ia pergi. 

Sepeninggal Casandra, ponsel Revalina berdering. Rupanya sang sopir memberitahu bahwa ia sudah ada di basement. 

"Maaf, aku pamit pulang, Tante," ucap Revalina. 

"Iya, hati-hati, Nak."

"Om," sapa Revalina kepada Ferdy. "Sudah tahu apa yang harus Om lakukan, kan?"

"Siap! Tahu, Nona Muda."

Revalina berlalu meninggalkan kantor, menorehkan tanya pada diri Raffael, Kenapa bisa Revalina mengenal Ferdy, seorang pengacara ternama? 

"Kenapa? Jangan bilang kamu tidak tahu siapa gadis itu, Tuan," ujar Ferdy saat Raffael menatapnya. 

Raffael menggeleng. 

"Lihat saja CCTV basement sekarang!" titah Ferdy. 

Raffael mengikuti perintah Ferdy. Dirinya duduk di depan monitor dan melihat rekaman CCTV sekitar basement. 

Di basement, sopir pribadi Revalina menghampiri dan memberikan kunci mobil. 

"Apa kau datang dengan yang lain?" tanya Revalina. 

"Iya, Nona. Seperti biasa, ada dua mobil yang akan mengikuti Anda. 

"Kalau begitu, tolong ambilkan motorku di kampus."

"Laksanakan, Nona."

Sopir pribadi yang merangkap sebagai pengawal Revalina, memerintahkan pengawal lain agar mengikuti majikannya sampai ke rumah, sedangkan dirinya masuk ke dalam mobil lain untuk mengambil motor. 

"Hei, gadis mur*han!" teriak Casandra memanggil. 

Casandra yang semula bersandar pada mobil hitam, kini bersandar pada mobil berwarna metalic super mewah.

"Ada apa?" tanya Revalina santai. 

"Lihat mobilku! Bagus, bukan?" tanya Casandra sambil mengusap kap mobil. "Emm ... mobilmu pasti yang itu. Sungguh tak berkelas," sambungnya sambil menunjuk mobil hitam. 

"Mau bagus mau jelek, kau harus bersyukur, Nona. Jangan sampai mengakui milik orang lain, dong!" sindir Revalina. 

Casandra bertolak pinggang dan berdecak kesal. "Hei, mobil ini milikku!"

"Oh, ya? Tapi ... kenapa kuncinya bisa dalam genggamanku, ya?" Revalina menekan tombol pada kunci dan otomatis pintu mobil tersebut terbuka. 

Casandra melongo dengan mulut menganga. 

"Minggir!" pekik Revalina seraya mengibaskan tangannya agar Casandra menjauhi mobilnya kemudian membuka pintu dan masuk. 

Tin! 

Revalina sengaja menekan klakson pertanda salam pisah kepada Casandra. 

"Ya, Tuhan. Kenapa ada orang sombong seperti Casandra?" ucap Revalina di balik kemudi. 

"Kasihan Aldevaro, punya ibu seperti dia. Pokoknya aku harus membantu Pak Dosen untuk memenangkan hak asuhnya," sambung gadis itu bergumam sambil mengangguk yakin. 

Di kantor, Raffael yang menyaksikan dan mendengar percakapan mantan istri dan muridnya tersenyum puas. 

"Yang dia katakan benar. Revalina adalah putri dari Tuan Carlos. Meskipun  kaya raya dia tidak sombong, bahkan dia paling tidak suka menunjukkan kekayaannya dan motor adalah kendaraan favoritnya. Dia memang manja, terkadang tingkahnya konyol, tetapi jika ada orang yang menindas maka dia akan melawan," tutur Ferdy.

"Dari mana kau tau?" tanya Raffael. 

"Aku adalah salah satu pengacara kepercayaan keluarga Carlos dan cukup dekat dengan keluarganya."

Ferdy mengatakan aneh jika seorang Raffael tidak mengetahui tentang seluk beluk sesama keluarga konglomerat. 

"Ck! Kau pikir aku tukang sensus!" ucap Raffael yang disambut tawa oleh Ferdy. 

***

Tiba di mention, kedatangan Revalina disambut oleh Carlos Diego --papanya, dan Cindy Aurelia --mamanya. 

"Baru pulang, Sayang?" tanya Cindy. 

"Iya, Ma. Ada sesuatu yang terjadi," sahut Revalina sambil mencium pipi sang mama. 

"Apa yang terjadi, Sayang? Katakan!" tanya Carlos cemas. 

"Iih, Papa. Bukan sesuatu yang serius, kok."

"Ya, sudah. Istirahat dulu, sana. Nanti Mama Papa tunggu di ruang kerja," ucap Carlos. 

Revalina mengernyit. "Ruang kerja? Mau ngapain?"

"Nanti juga kamu tau," ucap Cindy.

"Oke. Nanti Rere nyusul."

Revalina menaiki anak tangga menuju kamarnya. Bukannya lekas mandi, gadis itu merebahkan tubuh jangkungnya di atas kasur king size miliknya. 

Matanya menatap langit-langit. Ia mengingat kejadian tadi. 

"Astaga! Bagaimana ini? Masa iya harus menikah dengan Dosen itu?" gumam Revalina. "Aarrrgghh! Dasar bodoh kau Rere! Kenapa tidak mikir dulu, sih?" lanjutnya sambil beranjak untuk menjalankan ritual mandi. 

Tidak berselang lama, Revalina sudah tampak lebih segar dan wangi. Ia menuruni anak tangga menuju ruang kerja Carlos.

"Boleh masuk?" tanya Revalina sambil mengetuk pintu. 

"Masuk aja, Sayang," sahut Cindy. 

Revalina menghampiri dan duduk di tengah-tengah orang tuanya. 

"Tadi kenapa motormu ditinggal di kampus? Dan kenapa tiba-tiba kau ada di luar kota, Nak?" tanya Cindy dengan lembut. 

Revalina menceritakan apa yang telah menimpanya tadi kecuali tentang Aldevaro si bayi gembul. 

Cindy dan Carlos menanggapinya dengan senyuman. 

Hati Revalina gusar. Ia takut, jika orang tuanya tahu tentang masalahnya dengan Raffael. 

"Umurmu berapa?" tanya Carlos. 

Hening. 

Revalina masih bergelut dengan pikirannya. 

Cindy menatap putrinya. Ia merasa heran karena tidak seperti biasanya Revalina tidak fokus dengan apa yang dibicarakan. 

"Sayang," sapa Cindy dengan memegang pundak Revalina. 

Revalina terkesiap. "A-apa, Ma?"

"Papa bertanya, kalau umurmu berapa tahun, Sayang."

"Dua puluh. Kenapa emangnya?" jawab Revalina. 

Carlos mengatakan bahwa putrinya itu harus mulai belajar bisnis dari sekarang karena Revalina adalah pewaris tunggal. 

"Esok lusa, Papa harap kosongkan jadwalmu," pinta Carlos. 

"Memangnya ada acara apa?" tanya Revalina. 

"Papa akan mengenalkan pada seseorang dan dialah yang akan mengajarimu ilmu bisnis nanti."

"Kami sangat berharap kamu bisa dekat dengannya," timpal Cindy

Revalina terpejam. Ia menebak jika dirinya dijodohkan. Urusan dengan dosen saja belum selesai, ditambah dengan keinginan orang tuanya. Satu hari, dua masalah. Lagi, dirinya dihadapkan dengan dua pilihan, ikuti hati nurani atau orang tua. 

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Malu gak tu, kl aku jadi casandra udah nyebur ke laut
goodnovel comment avatar
꧁🌹ɬཞıąʂ℘ıŋą 🌹࿐꧂
Casandra.. sombong amat. ... mana mobil orang di akui lagi.. ...
goodnovel comment avatar
Mery Mariam
nice nice n nice
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status