Home / Romansa / Dinikahi Om Duda / Mendapatkan Restu

Share

Mendapatkan Restu

Author: Suci Komala
last update Huling Na-update: 2021-11-24 08:34:42

Bulan sudah kembali ke peraduannya. Kini, tinggal mentari pagi yang bertugas memanjakan bumi. Sinarnya begitu hangat menelusup setiap celah. 

"Emmm ...." Revalina bergumam saat sorot matahari mengenai wajahnya. 

"Bangun, Sayang," titah Cindy sambil membuka gorden. 

"Jam berapa ini, Ma?" tanya Revalina dengan mata masih terpejam. 

"Sudah jam enam pagi. Bangun dan bersiaplah. Karena tamu kita akan datang pukul sembilan."

Revalina membuka matanya seraya berkata, "Tamu?"

"Ck! Jangan bilang kamu lupa kalau hari ini kita akan kedatangan sahabat Mama. Mama tidak mau tahu, pokoknya hari ini harus ada di rumah. Titik!" tutur Cindy kemudian pergi. 

"Aarrgggh! Kenapa bisa aku lupa?" ucap Revalina kemudian duduk dan menepuk kening. 

"Ponsel mana ponsel," sambungnya dengan mata dan tangan sibuk mencari benda pipih itu.

Revalina meraih tas yang ia simpan di atas nakas. Tangannya dengan lincah merogoh gawai yang ada di dalamnya. Jarinya menari di atas layar ponsel. Ia mengirim pesan kepada Kenzie yang semalam sudah resmi menjadi kekasihnya, untuk membatalkan kencan mereka. 

"Hah! Untung saja kau pengertian, Kak," pujinya kepada Kenzie saat menerima balasan pesan. Ya, Kenzie membalas pesannya dengan kata tidak apa-apa, lain waktu saja.

Revalina bergegas melakukan ritual mandi. 

Tepat pukul tujuh, gadis itu menuruni anak tangga menuju ruang makan. Di sana Carlos dan Cindy sudah menunggu. Sarapan pun berlangsung dengan khidmat. 

Selesai sarapan, Cindy memerintahkan putrinya agar bersiap. 

"Dandan yang cantik dan pakailah baju yang sopan," titah Cindy. 

"Iya, Ma." Revalina meninggalkan ruang makan. 

"Tunggu!" cegah Cindy. 

Revalina menghentikan langkahnya lalu berbalik dan berkata, "Apa lagi Ibunda Ratu?"

"Semalam kamu ngapain saja dengan pemuda itu?"

"Kak Kenzie maksud Mama?"

"Iya, siapa lagi?"

Revalina tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang rapi. Dengan mimik bahagia, Revalina mengatakan bahwa dirinya dengan Kenzie resmi berpacaran. 

"Uhuk!" Cindy tersedak saat minum.

"Pelan-pelan dong, Ma," imbuh Carlos sambil mengusap punggung istrinya. 

"Cepat masuk kamar dan bersiap!" seru Cindy kepada Revalina. 

Setelah Revalina pergi, Cindy mendelik ke arah suaminya. "Lihat! Itu akibat Papa mengizinkan mereka pergi semalam. Mama tidak mau tahu, pokoknya Revalina harus bersanding dengan anak sahabat Mama!"

Cindy meninggalkan ruang makan setelah ia menyeka mulutnya dengan tissue. 

"Astaga! Tambah rumit ini urusan," gumam Carlos. 

Jarum jam sudah menunjuk pada angka sembilan, tepat dengan bunyi klakson yang berbunyi nyaring di luar. 

"Nya, di luar ada tamu," tutur Inah sambil mengetuk pintu kamar majikannya. 

"Suruh masuk, Bi!" titah Cindy. 

Tidak berselang lama, Cindy menemui tamunya. 

"Hai, Jeng, apa kabar?" sapa Cindy. 

"Eh, Jeng Cindy. Ya ampun sudah lama kita tidak bertemu. Kabarku tentu saja baik, Jeng."

"Ini pasti putramu?" tanya Cindy sambil menatap seorang lelaki tampan. 

"Apa kabar, Tante?" sapa lelaki itu kepada Cindy. 

"Baik, Nak," jawab Cindy. "Dan ini pasti an-"

"Permisi." Ucapan Inah memotong percakapan mereka. Ia menyuguhkan minuman dan berbagai camilan. 

"Ah, kebetulan ada Bibi. Tolong panggilkan Tuan dan Rere, ya?" titah Cindy. 

"Baik, Nyonya." Inah pergi mengikuti perintah majikannya. 

Obrolan hangat terjalin. Tawa menggema memenuhi ruang tamu tatkala mereka mengenang masa muda. 

Di kamar, Revalina baru saja selesai merias wajahnya. Dirinya mematut di depan cermin merapikan tatanan rambut dan baju yang ia kenakan. 

"Non, dipanggil Nyonya," panggil Inah seraya mengetuk pintu. 

Mendengar suara ketukan pintu, Revalina menyudahi aksinya dan bergegas membuka daun pintu.

"Iya, Bi," imbuh Revalina. "Eh, Bi. Tamunya mama itu laki-laki apa perempuan?"

"Pastinya ibu dan anak, Non. Anaknya ganteng sangat, Non. Bibi liatnya aja seneng, hihihi ...."

Revalina tersenyum melihat tingkah asisten rumah tangganya. Akhirnya mereka melangkah bersama menuruni anak tangga. Sang gadis menuju ruang tamu dan Inah memanggil Tuan Besarnya. 

Sayup terdengar suara yang tidak asing lagi menurut Revalina. Rasa penasaran membuncah, dan gadis itu mempercepat langkahnya. 

Mata Revalina membulat sempurna. Pun dengan tamu yang ada di hadapannya sekarang. 

"Eh, Sayang. Apa kabar? " sapa Revalina dengan senang sambil menghampiri. 

Cindy melongo melihat reaksi Revalina terhadap salah satu tamunya. "Kalian sudah saling kenal?"

"Mbul, apa kabar sayang? Tate syantik kangen sama Mbul," tutur Revalina sembari menciumi pilih Aldevaro. 

Ya, tamu Cindy adalah Hanna, Raffael dan bayi gembul --Aldevaro. 

Hanna menceritakan bagaimana bisa dirinya mengenal Revalina. Bahkan semua tentang perkara sidang pun ia ceritakan semua. Jangan tanya di mana Revalina, gadis itu tengah asyik bermain dengan Aldevaro. 

"Jadi, Nak Raffael ini dosennya Rere?" tanya Cindy. 

"Rere?" tanya Raffael memastikan. 

"Maksud Tante ... Revalina," jawab Cindy. 

"Ah, iya, Tante."

Sedang asyik mengobrol, Carlos datang menghampiri. 

"Tuan Diego?" sapa Raffael. 

"Apa kabar Tuan Raffael? tanya Carlos sembari menjabat tangan. 

"Jadi, tamu Mama ini Tuan Raffael? tanya Carlos kepada Cindy.

Cindy mengatakan jika Raffael adalah putra dari sahabatnya --Hanna. Pun wanita paruh baya itu menceritakan siapa Raffael dan bagaimana Revalina bisa mengenal mereka. 

Raffael tidak menyangka jika ayah dari Revalina adalah rekan bisnisnya yang ia panggil Diego.

"Ahh, dunia terasa sempit. Aku mengenal anda hanya Tuan Diego saja tanpa tau nama depan Anda, Tuan Carlos," ujar Raffael sembari senyum.

Raffael dan Carlos sudah menjalin kerja sama sedari lama. Namun, Raffael jarang bertemu dengan Carlos karena memang kesibukan Raffael yang luar biasa. Setiap penandatanganan dokumen, asisten mereka masing-masing yang akan bertemu. Terlebih lagi nama Carlos tak pernah disebut oleh asistennya. Carlos dikenal dengan sebutan nama 'C. Diego' saja.

Tak ingin membuang kesempatan, Raffael mengatakan jika dirinya ingin meminta bantuan kepada Revalina untuk menjadi ibu sambung bagi Aldevaro. Ia menceritakan langsung perkara hak asuh anak. 

Carlos hanya mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda mengerti. Lelaki paruh baya itu meminta istrinya memanggil sang putri. 

Gegas Cindy memanggil Revalina di taman depan. 

Revalina menghampiri Carlos, tentu saja sambil menggendong Aldevaro. Tak ada b**a-basi dari Carlos, ia menanyakan maksud ucapan Revalina yang ingin membantu Raffael.

"Oh, i-itu ... itu karena Rere merasa kesal kepada mantan istrinya Tuan Dosen. Dan ... sejak pertama kali bertemu dengan bayi gembul ini, Rere suka dan sayang sama dia," tutur Revalina. 

"Lalu?"

"Ya, Papa harus membantu agar Aldevaro bisa berada di tangan Pak Dosen."

"Caranya?"

Revalina mengangkat kedua pundaknya. 

"Caranya, kamu harus nepatin janjimu kepada Nak Raffael. Bukankah kamu siap untuk menjadi istrinya," timpal Cindy. Wanita paruh baya itu bersorak senang karena tujuan semula mendekatkan, tetapi malah menjadi menantu. 

Revalina mendelik ke arah Raffael. Ia tidak menyangka jika dosennya itu sudah menceritakan semuanya. 

"Tapi ...,"

"Tidak ada tapi-tapian. Apa kamu tidak kasian kepada Aldevaro? Lihatlah, sepertinya dia nyaman denganmu, Nak," sela Cindy. 

Cindy mengatakan jika mereka harus menikah secepatnya. Tidak perlu menggelar pesta mewah. Cukup di depan Pendeta saja dan hanya keluarga saja yang tahu.

"Sidang digelar hari rabu nanti. Berarti ada waktu sekitar empat hari. Mau tidak mau kalian harus menikah besok,"  ujar Hanna ikut angkat bicara. 

"Apa?! Revalina melongo.

Carlos menimpali ucapan Hanna. Ia mengatakan jika Revalina ingin menepati janjinya kepada Raffael, tidak masalah. Lelaki paruh baya itu setuju jika memiliki menantu seperti Raffael, meskipun seorang duda. Status tidak masalah buatnya. Carlos yakin, jika Raffael bisa membimbing putrinya. 

Rona bahagia terpancar dari wajah Cindy. Ia sangat mendukung dengan apa yang dikatakan suaminya. 

"Astaga, bagaimana ini? Mbul, Tate memang sayang sama kamu. Tate gak mau jauh dari Mbul. Tapi, haruskah Tate menjadi Mamamu? Dan menjadi seorang istri dari dosen duda. Ya, Tuhan, tolong beri aku petunjuk." Batin Revalina. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (12)
goodnovel comment avatar
Okto Alda
duh ceritanya nanggung nih
goodnovel comment avatar
Lastri Simanjuntak
belum ada kelanjutannya ya KK ... nungguin ...banget aku seru makin ......
goodnovel comment avatar
irma ammalia
kenapa sih harus pake koin pake koin . kan kalo begini jd nanggung banget baca ceritanya...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dinikahi Om Duda   Pernikahan - Ending

    Tidak ingin membuang kesempatan, Casandra mengutarakan keinginannya untuk menjodohkan Elbert dengan Xiera. Pernyataannya itu tentu saja disikapi beragam ekspresi."Bagaimana? Kok, malah diam semua?" tanya Casandra."Emm ... aku gimana suamiku saja," jawab Revalina.Casandra menatap Raffael. "Gimana, Tuan?"Raffael menatap Revalina, Hanna, serta mertuanya bergantian. "Ini soal masa depan. Tidak bisa diputuskan saat ini juga.""Tapi, kau setuju, kan?"Raffael menghela napas. "Belum tentu."Mimik Xiera yang semula berseri, kini murung mendengar jawaban sang papa. "Aku udah kenyang. Maaf, Rara ke kamar dulu." Tanpa menoleh siapapun, gadis itu bergegas menaiki anak tangga.Semua menatap kepergian Xiera tanpa kata."Kamu tidak hanya memiliki Elbert, ada Aldevaro yang harus kamu pikirkan per

  • Dinikahi Om Duda   Pulangnya Xiera dan Elbert

    Sudah dua minggu Xiera dan Elbert di rumah sakit. Penyangga pada leher Xiera pun sudah dilepas, kecuali Elbert. Leher pemuda itu masih memerlukan penyangga karena benturan di kepala yang cukup parah. Dirawat dalam satu kamar tentu saja membuat mereka senang. Setiap hari tak luput dari kata sayang dan saling memberi perhatian. pun dengan Revalina dan Casandra yang makin kompak. Kedua wanita itu mengatur jadwal untuk menunggu putra dan putri mereka.Pagi itu saatnya perban Xiera dibuka. Didampingi Revalina, Xiera tengah duduk bersiap menunggu sang dokter. Sepuluh menit berselang, dokter datang didampingi seorang perawat."Pagi," sapa dokter dan perawat."Pagi, Dok," jawab Revalina dan Xiera kompak."Sekarang kita buka dulu perban nya, ya? Kita lihat sudah kering atau belum," ucap dokter.Xiera mengangguk."Lukanya sudah kering," ucap dokter saat perban itu terbuka.Xiera meminta cermin kepada Re

  • Dinikahi Om Duda   Kuasa Tuhan

    Setelah berbincang cukup lama, akhirnya Xiera kembali tertidur. Bella memutuskan untuk pulang."Bella pamit, Tante, Nek. Titip salam untuk Xiera," ucapnya kepada Revalina dan Hanna."Pamit, Tuan," lanjutnya kepada Raffael dan ditanggapi anggukkan."Tidak tunggu dulu Al?" tanya Revalina."Biar nanti bertemu di depan saja, Tan."Namun, dari kejauhan Raffael melihat Aldevaro berlari ke arah mereka. Tentu saja semua perhatian menjadi teralih kepada pemuda itu.Melihat mata Aldevaro yang merah, membuat Revalina bertanya, "Ada apa, Al? Kenapa lari-lari?"Napas Aldevaro terengah-engah. Pemuda itu menjatuhkan bokongnya di kursi stainless. "El, Ma ... El ....""Iya, El kenapa, Al?"Aldevaro menangis tersedu-sedu. "El meninggal, Ma."Semua tercengang mendengar jawaban Aldevaro."Ya, Tuhan!" Revalina membekap mulutnya sendiri, sedangkan Hanna dan Raffael saling bertatap dengan panda

  • Dinikahi Om Duda   Kehilangan

    Raffael dan Alex merasa bersyukur karena dalam situasi genting hubungan Casandra dan Revalina membaik. Kini, mereka hanya menunggu kabar baik dari anak masing-masing."Sayang, kapan sampai?" tanya Revalina."Baru aja," jawab Raffael.Casandra bergelayut manja di lengan Alex. Tentu saja membuat Alex merasa heran. Pasalnya, Casandra tidak pernahseperti itu."Bisa barengan, janjian, kah?" tanya Casandra kepada Alex."Kebetulan kami bertemu di parkiran."Akhirnya mereka memutuskan untuk menemui anak mereka masing-masing.Tiba di kamar inap, Raffael tentu saja bertanya bagaimana bisa Revalina dekat dengan Casandra. Sang istri pun menceritakan apa yang ia dan Casandra bicarakan di kantin."Syukurlah. Semoga saja semua itu ke luar dari hatinya.""Ya, semoga.""Selamat siang, Tuan," sapa Bella saat Raffael mendekat ke arah Xiera berbaring. Gadis itu beranjak dari duduknya.&n

  • Dinikahi Om Duda   Restu

    Tiga hari sudah Xiera dan Elbert dirawat. Masa kritis Xiera sudah berlalu, tetapi belum sadarkan diri dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Lain halnya dengan Elbert. Pemuda itu masih berjuang melewati masa kritisnya. Revalina dengan setia menemani putri kesayangannya. Tak peduli lelah dan kantuk menerpa, bahkan mata panda sudah terlihat jelas. Begitupun dengan Casandra. Wanita karir itu memilih menyingkirkan egonya. Ia setia mendampingi sang putra tercinta. Air mata tak henti jatuh di pipi. Alex yang melihat sang istri seperti itu merasa sedih. Namun, rasa syukur tak ia pungkiri karena dengan kejadian itu membuat Casandra sadar bahwa ada seorang anak yang butuh perhatiannya."Siang, Tante," sapa Bella saat masuk ke kamar inap Xiera."Siang, Sayang. Loh, langsung dari sekolah? Apa tidak lelah?"Bella duduk di samping Revalina. "Tidak. Yang lelah justru Tante dan itu gara-gara aku. Sekali lagi maaf, Tan."Revalina tersenyum dan membingkai pipi Bella.

  • Dinikahi Om Duda   Kritis

    Isak tangis Revalina dan Casandra tak terbendung menambah ketegangan. Semua gelisah menunggu hasil pemeriksaan dokter. Kursi stainless yang berjajar rapi tak satu pun mereka duduki. Semua berdiri dilanda kecemasan yang luar biasa."Keluarga pasien," panggil seorang suster.Revalina menghampiri. "Gimana putri saya, Sus?""Bagaimana dengan putraku?" tanya Casandra.Suster itu mengatakan jika Xiera dan Elbert harus segera menjalani operasi. Pendarahan di kepala yang cukup serius membuat hal itu harus dilakukan."Lakukan yang terbaik, Sus. Berapa pun saya akan bayar!" kata Raffael."Cepat lakukan, Sus!" seru Casandra."Silakan urus administrasi dulu, Tuan, Nyonya," kata suster itu, kemudian pergi.Raffael dan Alex bergegas mengurus administrasi.Sambil menangis, Revalina menghubungi kedua orang tuanya. Selain memberitahu kondisi sang putri, pun ia meminta agar Carlos menyiapkan jet p

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status