Share

Mendapatkan Restu

Bulan sudah kembali ke peraduannya. Kini, tinggal mentari pagi yang bertugas memanjakan bumi. Sinarnya begitu hangat menelusup setiap celah. 

"Emmm ...." Revalina bergumam saat sorot matahari mengenai wajahnya. 

"Bangun, Sayang," titah Cindy sambil membuka gorden. 

"Jam berapa ini, Ma?" tanya Revalina dengan mata masih terpejam. 

"Sudah jam enam pagi. Bangun dan bersiaplah. Karena tamu kita akan datang pukul sembilan."

Revalina membuka matanya seraya berkata, "Tamu?"

"Ck! Jangan bilang kamu lupa kalau hari ini kita akan kedatangan sahabat Mama. Mama tidak mau tahu, pokoknya hari ini harus ada di rumah. Titik!" tutur Cindy kemudian pergi. 

"Aarrgggh! Kenapa bisa aku lupa?" ucap Revalina kemudian duduk dan menepuk kening. 

"Ponsel mana ponsel," sambungnya dengan mata dan tangan sibuk mencari benda pipih itu.

Revalina meraih tas yang ia simpan di atas nakas. Tangannya dengan lincah merogoh gawai yang ada di dalamnya. Jarinya menari di atas layar ponsel. Ia mengirim pesan kepada Kenzie yang semalam sudah resmi menjadi kekasihnya, untuk membatalkan kencan mereka. 

"Hah! Untung saja kau pengertian, Kak," pujinya kepada Kenzie saat menerima balasan pesan. Ya, Kenzie membalas pesannya dengan kata tidak apa-apa, lain waktu saja.

Revalina bergegas melakukan ritual mandi. 

Tepat pukul tujuh, gadis itu menuruni anak tangga menuju ruang makan. Di sana Carlos dan Cindy sudah menunggu. Sarapan pun berlangsung dengan khidmat. 

Selesai sarapan, Cindy memerintahkan putrinya agar bersiap. 

"Dandan yang cantik dan pakailah baju yang sopan," titah Cindy. 

"Iya, Ma." Revalina meninggalkan ruang makan. 

"Tunggu!" cegah Cindy. 

Revalina menghentikan langkahnya lalu berbalik dan berkata, "Apa lagi Ibunda Ratu?"

"Semalam kamu ngapain saja dengan pemuda itu?"

"Kak Kenzie maksud Mama?"

"Iya, siapa lagi?"

Revalina tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang rapi. Dengan mimik bahagia, Revalina mengatakan bahwa dirinya dengan Kenzie resmi berpacaran. 

"Uhuk!" Cindy tersedak saat minum.

"Pelan-pelan dong, Ma," imbuh Carlos sambil mengusap punggung istrinya. 

"Cepat masuk kamar dan bersiap!" seru Cindy kepada Revalina. 

Setelah Revalina pergi, Cindy mendelik ke arah suaminya. "Lihat! Itu akibat Papa mengizinkan mereka pergi semalam. Mama tidak mau tahu, pokoknya Revalina harus bersanding dengan anak sahabat Mama!"

Cindy meninggalkan ruang makan setelah ia menyeka mulutnya dengan tissue. 

"Astaga! Tambah rumit ini urusan," gumam Carlos. 

Jarum jam sudah menunjuk pada angka sembilan, tepat dengan bunyi klakson yang berbunyi nyaring di luar. 

"Nya, di luar ada tamu," tutur Inah sambil mengetuk pintu kamar majikannya. 

"Suruh masuk, Bi!" titah Cindy. 

Tidak berselang lama, Cindy menemui tamunya. 

"Hai, Jeng, apa kabar?" sapa Cindy. 

"Eh, Jeng Cindy. Ya ampun sudah lama kita tidak bertemu. Kabarku tentu saja baik, Jeng."

"Ini pasti putramu?" tanya Cindy sambil menatap seorang lelaki tampan. 

"Apa kabar, Tante?" sapa lelaki itu kepada Cindy. 

"Baik, Nak," jawab Cindy. "Dan ini pasti an-"

"Permisi." Ucapan Inah memotong percakapan mereka. Ia menyuguhkan minuman dan berbagai camilan. 

"Ah, kebetulan ada Bibi. Tolong panggilkan Tuan dan Rere, ya?" titah Cindy. 

"Baik, Nyonya." Inah pergi mengikuti perintah majikannya. 

Obrolan hangat terjalin. Tawa menggema memenuhi ruang tamu tatkala mereka mengenang masa muda. 

Di kamar, Revalina baru saja selesai merias wajahnya. Dirinya mematut di depan cermin merapikan tatanan rambut dan baju yang ia kenakan. 

"Non, dipanggil Nyonya," panggil Inah seraya mengetuk pintu. 

Mendengar suara ketukan pintu, Revalina menyudahi aksinya dan bergegas membuka daun pintu.

"Iya, Bi," imbuh Revalina. "Eh, Bi. Tamunya mama itu laki-laki apa perempuan?"

"Pastinya ibu dan anak, Non. Anaknya ganteng sangat, Non. Bibi liatnya aja seneng, hihihi ...."

Revalina tersenyum melihat tingkah asisten rumah tangganya. Akhirnya mereka melangkah bersama menuruni anak tangga. Sang gadis menuju ruang tamu dan Inah memanggil Tuan Besarnya. 

Sayup terdengar suara yang tidak asing lagi menurut Revalina. Rasa penasaran membuncah, dan gadis itu mempercepat langkahnya. 

Mata Revalina membulat sempurna. Pun dengan tamu yang ada di hadapannya sekarang. 

"Eh, Sayang. Apa kabar? " sapa Revalina dengan senang sambil menghampiri. 

Cindy melongo melihat reaksi Revalina terhadap salah satu tamunya. "Kalian sudah saling kenal?"

"Mbul, apa kabar sayang? Tate syantik kangen sama Mbul," tutur Revalina sembari menciumi pilih Aldevaro. 

Ya, tamu Cindy adalah Hanna, Raffael dan bayi gembul --Aldevaro. 

Hanna menceritakan bagaimana bisa dirinya mengenal Revalina. Bahkan semua tentang perkara sidang pun ia ceritakan semua. Jangan tanya di mana Revalina, gadis itu tengah asyik bermain dengan Aldevaro. 

"Jadi, Nak Raffael ini dosennya Rere?" tanya Cindy. 

"Rere?" tanya Raffael memastikan. 

"Maksud Tante ... Revalina," jawab Cindy. 

"Ah, iya, Tante."

Sedang asyik mengobrol, Carlos datang menghampiri. 

"Tuan Diego?" sapa Raffael. 

"Apa kabar Tuan Raffael? tanya Carlos sembari menjabat tangan. 

"Jadi, tamu Mama ini Tuan Raffael? tanya Carlos kepada Cindy.

Cindy mengatakan jika Raffael adalah putra dari sahabatnya --Hanna. Pun wanita paruh baya itu menceritakan siapa Raffael dan bagaimana Revalina bisa mengenal mereka. 

Raffael tidak menyangka jika ayah dari Revalina adalah rekan bisnisnya yang ia panggil Diego.

"Ahh, dunia terasa sempit. Aku mengenal anda hanya Tuan Diego saja tanpa tau nama depan Anda, Tuan Carlos," ujar Raffael sembari senyum.

Raffael dan Carlos sudah menjalin kerja sama sedari lama. Namun, Raffael jarang bertemu dengan Carlos karena memang kesibukan Raffael yang luar biasa. Setiap penandatanganan dokumen, asisten mereka masing-masing yang akan bertemu. Terlebih lagi nama Carlos tak pernah disebut oleh asistennya. Carlos dikenal dengan sebutan nama 'C. Diego' saja.

Tak ingin membuang kesempatan, Raffael mengatakan jika dirinya ingin meminta bantuan kepada Revalina untuk menjadi ibu sambung bagi Aldevaro. Ia menceritakan langsung perkara hak asuh anak. 

Carlos hanya mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda mengerti. Lelaki paruh baya itu meminta istrinya memanggil sang putri. 

Gegas Cindy memanggil Revalina di taman depan. 

Revalina menghampiri Carlos, tentu saja sambil menggendong Aldevaro. Tak ada b**a-basi dari Carlos, ia menanyakan maksud ucapan Revalina yang ingin membantu Raffael.

"Oh, i-itu ... itu karena Rere merasa kesal kepada mantan istrinya Tuan Dosen. Dan ... sejak pertama kali bertemu dengan bayi gembul ini, Rere suka dan sayang sama dia," tutur Revalina. 

"Lalu?"

"Ya, Papa harus membantu agar Aldevaro bisa berada di tangan Pak Dosen."

"Caranya?"

Revalina mengangkat kedua pundaknya. 

"Caranya, kamu harus nepatin janjimu kepada Nak Raffael. Bukankah kamu siap untuk menjadi istrinya," timpal Cindy. Wanita paruh baya itu bersorak senang karena tujuan semula mendekatkan, tetapi malah menjadi menantu. 

Revalina mendelik ke arah Raffael. Ia tidak menyangka jika dosennya itu sudah menceritakan semuanya. 

"Tapi ...,"

"Tidak ada tapi-tapian. Apa kamu tidak kasian kepada Aldevaro? Lihatlah, sepertinya dia nyaman denganmu, Nak," sela Cindy. 

Cindy mengatakan jika mereka harus menikah secepatnya. Tidak perlu menggelar pesta mewah. Cukup di depan Pendeta saja dan hanya keluarga saja yang tahu.

"Sidang digelar hari rabu nanti. Berarti ada waktu sekitar empat hari. Mau tidak mau kalian harus menikah besok,"  ujar Hanna ikut angkat bicara. 

"Apa?! Revalina melongo.

Carlos menimpali ucapan Hanna. Ia mengatakan jika Revalina ingin menepati janjinya kepada Raffael, tidak masalah. Lelaki paruh baya itu setuju jika memiliki menantu seperti Raffael, meskipun seorang duda. Status tidak masalah buatnya. Carlos yakin, jika Raffael bisa membimbing putrinya. 

Rona bahagia terpancar dari wajah Cindy. Ia sangat mendukung dengan apa yang dikatakan suaminya. 

"Astaga, bagaimana ini? Mbul, Tate memang sayang sama kamu. Tate gak mau jauh dari Mbul. Tapi, haruskah Tate menjadi Mamamu? Dan menjadi seorang istri dari dosen duda. Ya, Tuhan, tolong beri aku petunjuk." Batin Revalina. 

Komen (11)
goodnovel comment avatar
Lastri Simanjuntak
belum ada kelanjutannya ya KK ... nungguin ...banget aku seru makin ......
goodnovel comment avatar
irma ammalia
kenapa sih harus pake koin pake koin . kan kalo begini jd nanggung banget baca ceritanya...
goodnovel comment avatar
Wahyu Ningsih
Demi seorang bayi yang butuh kasih sayang, Rere harus mau berkorban dong, kan dosennya juga tampan dan takjir
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status