Ilona tahu siapa yang mengirim pesan tersebut, tentu saja bukan Vania. Ia tidak menyangka jika Romeo malah nekat menghubunginya melalui ponsel Vania setelah kejadian siang tadi. Sungguh, Ilona tidak bermain-main dengan peringatannya. “Sudah kukatakan sebelumnya, jangan pernah menggangguku lagi! Berhenti menghubungiku, hubungan kita sudah selesai. Sekarang aku sudah berstatus sebagai istri orang, seharusnya kamu tahu diri.”Mungkin untuk saat ini Reinhard memang belum mengetahui apa pun. Tetapi, bukan berarti lelaki itu tidak akan pernah tahu selamanya. Reinhard memiliki koneksi yang sangat luas. Lelaki itu bisa mendapatkan apa pun dengan mudah, apalagi hanya sekedar informasi kecil seperti ini. Ilona memang tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Romeo. Tetapi, ia perlu memastikan jika Reinhard tidak akan menyentuh Romeo maupun keluarga lelaki itu. Jika Reinhard mengetahui tentang ini, lelaki itu akan mencari segala cara untuk memberi pembalasan yang melampaui batas. Ilona te
Ketika Ilona memberanikan diri untuk mendongak, matanya langsung bertemu dengan manik gelap seseorang yang membuat dadanya berdebar. Sungguh, ia tidak berharap dapat merasakan tatapan teduh disertai senyum hangat dari lelaki itu. Apa yang tersaji di depan matanya sudah pasti bukan mimpi atau sekedar ilusi. Dibanding mendapat tatapan hangat, lebih baik Ilona melihat kebencian dari manik mata lelaki itu. Rasanya pasti sangat menyakitkan, tetapi ia memang pantas dibenci, setelah semuanya terjadi. Apalagi Romeo telah mengetahui pengkhianatannya. Bahkan, kata sapaan yang Romeo gunakan masih sama. Padahal hubungan mereka sudah berubah dan tidak akan pernah bisa seperti dulu lagi. Semuanya sudah selesai sejak Ilona memutuskan menyerah pada Reinhard. Ilona merasa tidak pantas lagi menerima sapaan tersebut dari seseorang yang telah dirinya sakiti. “Bagaimana keadaan kamu sekarang?” tanya Romeo sembari menyentuh jemari Ilona yang ada di atas meja. “Kamu terlihat lebih kurus dan pucat, apa k
Ilona menatap pemandangan di hadapannya dengan ekspresi ngeri, ia tidak ingin berakhir di tempat seperti ini walaupun demi sesuatu yang sangat mendesak sekali pun. Wanita itu semakin panik saat mendengar suara pintu ditutup dan kunci dari luar. Ilona spontan membalikkan tubuhnya dan Reinhard sudah tidak ada di belakangnya. Wajahnya berubah pucat pasi. Wanita itu langsung menggedor pintu di hadapannya sekuat tenaga, sembari berteriak dan berharap pintu akan segera terbuka. “Reinhard! Kamu tidak melakukan ini padaku! Kamu sudah sangat keterlaluan! Buka pintunya sekarang juga!” seru Ilona tanpa menghentikan gerak tangannya yang sedang menggedor pintu hingga jemarinya mulai memerah. Ilona terus berteriak tanpa memedulikan jika saat ini dirinya menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di ruangan tersebut. Suaranya mulai serak dan pintu tak kunjung terbuka. Ia memang ingin lepas dari Reinhard, tetapi bukan dengan cara seperti ini. Air matanya semakin mendesak keluar dan lama-kela
Ilona tidak bermain-main dengan gertakannya. Wanita itu langsung memindahkan pisau di tangannya di atas permukaan lehernya. “Jangan berteriak! Atau akan melukai tubuhku dengan pisau ini.”Sesungguhnya, Ilona tidak akan melukai tubuhnya dengan pisau itu. Ini hanya sebuah gertakan belaka. Tetapi, ia harus menyempurnakan aktingnya. Ilona sudah kehabisan akal, ia tidak tahu lagi harus melakukan apa sementara dirinya ingin segera pergi dari tempat ini. Ilona sudah tidak tahan lagi. Reinhard bukan hanya ingin membatasi ruang geraknya, tetapi juga membuatnya tersiksa. Rencana balas dendam lelaki itu sangat sempurna. Ia meninggalkan lelaki itu saat sekarat di rumah sakit dan Reinhard membuatnya tersiksa setiap saat. Ilona tidak peduli lagi dengan segala ancaman yang Reinhard layangkan untuk menahannya di sini. Wanita itu sudah tidak kuat lagi. Reinhard hanya menganggap dirinya mainan yang digunakan untuk membalas dendam. Ia memang bersalah, namun apa yang Reinhard sangat keterlaluan. “To-t
Kesadaran Ilona kembali saat merasakan tubuhnya sedikit berguncang. Kedua matanya langsung membola seketika saat mendapati dirinya sedang berada di dalam gendongan Reinhard. Dari posisinya, ia dapat kekhawatiran dari ekspresi Reinhard. “Turunkan aku sekarang!” sentak Ilona tanpa basa-basi dengan suara parau. Reinhard spontan menunduk sembari berdecih sinis. Air mukanya langsung berubah drastis. “Katakan itu sekali lagi, aku akan menjatuhkan tubuhmu di lantai. Mungkin semua tulangmu akan patah dan kamu akan lumpuh seumur hidup,” balasnya tanpa menghentikan langkah. Ilona mendadak berubah pikiran. Ia tak berani melayangkan protes lagi. Wanita itu malah meletakkan kedua tangannya di leher belakang Reinhard. Bukan apa-apa, Ilona tidak ingin lelaki itu tiba-tiba berubah pikiran dan membantingnya di lantai. Saat itulah Ilona baru merasakan jika sekujur tubuhnya menggigil. Tubuhnya juga sangat lemas dan matanya menjadi sangat berat. Dress rumahan yang melekat di tubuhnya juga basah kuyup
PLAK!Ilona sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia langsung mendaratkan telapak tangannya di wajah Reinhard sekuat tenaga. Melihat wajah tanpa dosa yang ditampilkan oleh Reinhard ketika dirinya membuka mata membuatnya meradang. “Berani-beraninya kamu menyentuhku!” bentak Ilona murka. Semalam, ia belum sempat melampiaskan emosinya pada lelaki itu. Wajah Ilona sudah memerah menahan emosi diiringi dengan deru napas memburu. Kedua matanya berkaca-kaca, namun ia berusaha keras untuk menahan tangis yang mendesak di pelupuk matanya. Ia tidak boleh menangis di hadapan Reinhard. Reinhard menyentuh sudut bibirnya yang mengeluarkan darah sembari tersenyum sinis. Sepersekian detik kemudian lelaki itu kembali mengurung Ilona di bawah kukungannya. “Aku memiliki hak penuh atas tubuhmu! Seharusnya aku sudah meminta hakku sejak lama!”“Aku tidak sudi disentuh olehmu! Aku bersumpah akan membunuhmu jika kesempatan itu datang!” balas Ilona sembari mel
Ilona masih berusaha mengatur napasnya. Reinhard terus memperdalam ciumannya. Satu per satu pakaian Ilona telah tanggal. Ilona terus berusaha melepaskan dirinya. Ia tidak bisa membiarkan Reinhard melakukan yang lebih dari ini, dirinya belum siap. Karena terlalu fokus melucuti pakaian Ilona, Reinhard perlahan lengah. Kesempatan itu Ilona manfaatkan untuk melepaskan diri. Ilona bersingkut mundur sejauh mungkin dari ranjang. Penampilannya sudah tak beraturan. Tubuh wanita itu mulai gemetar, tetapi ia berusaha menepis segala ketakutan yang mulai merasuk ke kepalanya. “Aku sudah pernah mengingatkanmu untuk tidak dekat-dekat dengan siapa pun. Tetapi, kamu masih saja melanggar. Sekarang aku akan memberikan sebuah hadiah kecil yang akan kamu ingat seumur hidupmu,” tutur Reinhard sembari menyeringai. “Dia yang mendekatiku! Kamu juga menghilang setelah aku membersihkan gaunku!” Ilona berusaha membela diri. Ilona sudah berusaha menjaga jarak dengan Gerald. Bahkan, beberapa kali dirinya melak
Ilona terbelalak melihat gaunnya yang kini dipenuhi noda sirup berwarna merah. Dalam sekejap wanita itu langsung menjadi pusat perhatian karena memang tempat duduknya berada di tengah-tengah ruangan. Reinhard sampai menghentikan pidatonya sejenak ketika melihat keributan di tempat Ilona. Lelaki itu ingin menghampiri Ilona, tetapi ia memilih menetap di tempatnya sembari mengamati kekacauan kecil yang terjadi dari kejauhan. Wanita muda yang tak sengaja menabrak Ilona langsung pias. Mimik ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. Ia mengetahui bahwa perempuan di hadapannya adalah istri dari bosnya. “Ma-maaf, Nyonya. Saya benar-benar tidak sengaja, tolong jangan pecat saya. Saya akan membersihkan pakaian Anda—”“Tidak perlu. Aku bisa membersihkannya sendiri,” potong Ilona sembari tersenyum, memberi pesan tersirat jika dirinya tidak marah. Sebenarnya Ilona sangat kesal. Suasana hatinya sedang tidak bagus dan perempuan itu malah menambah kedongkolan di hatinya. Tetapi, melihat ekspres
Ilona mengerjapkan matanya berulang kali untuk memastikan jika dirinya tidak salah lihat. Kakinya sudah benar-benar berhenti melangkah. Wanita itu terpaku selama beberapa detik dengan mata berkaca-kaca. Wanita itu yakin sosok yang berdiri tak jauh darinya memanglah seseorang yang sedang ia rindukan saat ini. “Romeo?” gumam Ilona lirih. Ilona spontan bersembunyi di balik tembok karena tidak ingin terlihat oleh Romeo yang sedang berbincang dengan seseorang di ujung lorong. Ada dorongan sangat kuat untuk menghampiri lelaki itu, tetapi Ilona tidak mungkin melakukannya. Romeo pasti sangat membenci dirinya saat ini. Nyeri di ulu hatinya akibat perbuatan Marisa saja belum sembuh, ia tidak mungkin menambah luka baru. Apalagi pertemuan terakhir mereka juga tidak berakhir baik. Ilona belum sempat menjelaskan apa pun dan Reinhard sudah menyeretnya pergi. Perusahaan milik keluarga Romeo memang bekerja sama dengan Reinhard. Itulah yang membuat Ilona tidak memiliki pilihan lain selain mengikut