Home / Romansa / Dinikahi Pria yang Pernah Kucampakkan / Terjebak dalam Sangkar Emas

Share

Terjebak dalam Sangkar Emas

Author: Young Lady
last update Huling Na-update: 2025-03-24 20:13:47

Mendengar itu, mata Ilona terbelalak. "Apa maksudmu?"

Lelaki di depannya tersenyum menyeringai. "Tidurlah, istriku! Kamu pasti lelah sudah berpura-pura menjadi pengantin yang bahagia seharian ini."

Usai mengatakan itu, Reinhard langsung memutar tubuhnya dan melangkah meninggalkan kamar itu. Seringai misterius tersungging di wajah tampannya ketika bertemu pandang dengan Ilona sebelum dirinya menutup pintu.

Ilona yang lelah pun berusaha tidak peduli dengan apa pun yang dikatakan Reinhard. Perlahan, matanya pun terpejam. Ketika Ilona kembali membuka mata, ia masih sendirian di kamar itu. Tampaknya Reinhard memang tidak kembali ke kamar ini semalam. Itu malah bagus, Ilona sangat enggan berada di ranjang yang sama dengan lelaki itu.

Jemari Ilona bergerak meraih ponselnya yang belum dirinya sentuh sejak kemarin. Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dan muncullah Reinhard dari sana. Lelaki bersetelan kemeja hitam itu melangkah mendekati Ilona. Seulas senyum miring terlukis di bibirnya melihat Ilona berani mengabaikan kehadirannya.

“Kita pulang sekarang! Kamu hanya memiliki waktu tiga puluh menit untuk bersiap-siap. Ada banyak urusan yang perlu aku kerjakan hari ini!” perintah Reinhard sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

Ilona hanya berdeham pelan sebagai respons. Saat ini masih terlalu pagi untuk berdebat, toh dirinya memang ingin segera pergi dari tempat ini. Tak lupa ia membawa serta segala perlengkapan yang dibutuhkan sebelum memasuki toilet.

Setelah Ilona keluar dari toilet, Reinhard langsung meminta wanita itu mengikuti langkahnya. Ia harus mengikuti langkah besar Reinhard sembari menyeret kopernya yang cukup berat. Jangan harap lelaki itu akan berbaik hati membantunya karena kemungkinan tersebut sangat mustahil terjadi.

Koper itu hanya berisi semua barang-barang penting yang Ilona angkut dari rumah orang tuanya. Tidak semua barangnya muat di sana, tetapi Ilona sudah memilah mana saja barang yang lebih penting. Sebab, ia sangat malas mengemas barang-barangnya.

“Aku ingin bertemu ibu dan kakakku dulu,” ucap Ilona pada Reinhard ketika keduanya sudah keluar dari kamar hotel.

Ilona belum sempat mengobrol banyak dengan ibu dan kakaknya setelah memberitahu mereka tentang pernikahan dadakannya. Mereka pasti masih menunggu penjelasan darinya. Namun, Ilona tak sempat melakukan itu karena semalam Reinhard langsung menyeretnya.

Ilona sampai tidak tahu di kamar mana ibu dan kakaknya menginap. Kemarin pikirannya sangat kalut hingga hanya fokus dengan dirinya sendiri.

“Mereka sudah pergi sejak semalam. Ibu dan kakakmu tidak mau menginap di sini,” jawab Reinhard sebelum melangkah lebih dulu meninggalkan Ilona yang masih tercenung.

“Harusnya aku menyempatkan berbicara dengan mereka kemarin,” gumam Ilona lesu.

Ilona masih berdiri di tempat yang sama ketika Reinhard kembali. Lelaki itu tampak kesal karena Ilona telah membuang waktunya. Reinhard langsung menghampiri dan mengambil alih koper Ilona, lalu menarik wanita itu melangkah pergi dari sana.

Ketika berada di tengah keramaian, sikap Reinhard berubah sedikit melunak. Sama seperti ketika berada di depan tamu undangan kemarin. Bahkan, lelaki itu melonggarkan cengkeramannya pada pergelangan tangan Ilona. Tak ada percakapan yang tercipta di antara mereka hingga keduanya sampai di mobil Reinhard.

Salah seorang anak buah Reinhard yang tadi menangkap Ilona kembali datang. Pria itu membawa sesuatu yang langsung diberikan pada tuannya. “Ini yang Anda minta tadi, Tuan.”

Reinhard langsung menerima bungkusan hitam itu dan membuka isinya. Seulas senyum puas tersinggung di bibirnya. Lelaki itu melirik Ilona sekilas seraya membuka bungkusan di tangannya.

Kedua bola mata Ilona membulat sempurna melihat ponsel yang mirip dengan ponselnya berada di tangan Reinhard. Wanita itu segera mengecek tasnya dan ternyata benda pipih itu tidak ada di sana. Ilona tidak menyadari kapan ponselnya dicuri.

“Kembalikan ponselku!” seru Ilona sembari merangsek maju untuk mengambil benda pipih itu dari tangan Reinhard.

Dengan sigap, Reinhard menjauhkan ponsel itu dari jangkauan wanita di sampingnya. Ilona tidak menyerah, ia tetap berusaha menggapai benda pipih itu. Tiba-tiba, Reinhard mendorong tubuh Ilona, lalu membuka jendela mobil di sampingnya dan melempar ponsel Ilona keluar.

“Kurang ajar! Apa yang kamu lakukan?!” bentak Ilona dengan wajah merah padam, napasnya berubah terengah. Amarahnya semakin memuncak, ia benar-benar murka saat ini.

“Kamu tidak membutuhkannya lagi. Aku akan memberimu yang jauh lebih bagus,” pungkas Reinhard sembari memberi kode pada sopirnya untuk menyalakan mobil itu.

Perjalanan menuju kediaman Reinhard memerlukan waktu cukup lama, belum lagi ditambah dengan kemacetan parah di sepanjang jalan. Beberapa saat berlalu ditemani rasa bosan yang melanda Ilona. Setelah nyaris satu jam terjebak di jalanan yang penuh sesak, akhirnya mobil itu tiba di area pelataran sebuah rumah mewah.

Ilona terperangah melihat taman indah yang menghiasi halaman rumah Reinhard. Rumah itu memiliki halaman yang cukup luas dan terawat. Berbagai jenis tanaman hias ada di sana. Bahkan, ada sebuah air mancur kecil yang menyatu dengan kolam ikan.

Rumah ini terlihat sangat indah dan nyaman, sayangnya Ilona tetap menganggapnya sebagai neraka yang akan membuatnya tersiksa. Di balik tempat yang sangat memanjakan mata ini, sang pemilik sudah menyiapkan segala bentuk kesengsaraan untuk Ilona.

“Apa lagi yang kamu tunggu? Cepat turun!” perintah Reinhard ketika mobilnya telah terparkir di depan rumah. Lelaki itu lebih dulu turun dan menunggu Ilona ikut turun juga dengan ekspresi tak sabar. 

Ilona mendengus kesal seraya membuka pintu mobil di sampingnya dan bergegas mengikuti langkah Reinhard. Kali ini Reinhard tidak mencekal lengannya lagi, tetapi berjalan di depannya.

Ilona tak bisa menahan decak kagumnya saat melihat interior mewah yang menghiasi sekeliling ruangan di dalam rumah itu. Namun, suasananya begitu sepi, seolah tak berpenghuni. Padahal ia mengira rumah semewah ini akan dipenuhi oleh pelayan yang berlalu lalang.

Ilona terus mengikuti langkah Reinhard hingga keduanya tiba di lantai dua rumah ini. Suasananya masih sama, sangat sepi tanpa ada satu pun orang yang melintas. Berbeda dengan lantai satu yang di dominasi ruangan besar, di sini lebih banyak pintu yang tertutup rapat.

Meskipun pernah menjalin kasih dengan Reinhard di masa lalu, Ilona belum pernah menginjakkan kaki di rumah ini. Ia pun tak pernah bermimpi akan menginjakkan kaki di rumah ini.

Reinhard menghentikan langkah tepat di depan salah satu ruangan, kemudian membuka pintunya. “Bersihkan kamar ini sekarang!” perintahnya sembari menoleh ke arah Ilona yang berdiri di belakangnya.

Ilona spontan menghentikan langkahnya dengan kening berkerut. Sepersekian detik kemudian, ekspresinya langsung berubah. Wajah wanita itu menjadi merah padam karena menahan kesal. “Kamu pikir aku ini pelayanmu yang bisa kamu perintah sesuka hati?”

“Kamu tidak bisa terus menerus bersikap seenaknya padaku!” geram wanita itu seraya memacu langkah ke arah Reinhard dengan kedua tangan yang mengepal sempurna di sisi tubuhnya.

Ilona melirik bagian dalam dari kamar itu. Furniturnya memang lengkap, sama seperti kamar tidur pada umumnya. Tetapi, ruangan itu berantakan sekali. Ada banyak kardus yang berserakan di setiap sudut ruangan ditambah lagi debu tebal yang menempel di mana-mana.

“Hari ini aku mengizinkan beberapa pelayan mengambil cuti. Jadi, kamu bisa membersihkan kamarmu sendiri. Ingat, aku menjadikanmu istri bukan untuk memperlakukan dirimu seperti ratu di dalam istana,” tutur Reinhard sembari menyandarkan tubuhnya di tembok.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dinikahi Pria yang Pernah Kucampakkan    Retak yang Kembali Utuh

    “Milikmu?” beo Reinhard sembari menatap sang istri dengan sorot penuh makna. “Itu kalungku yang hilang. Sudah lama sekali aku mencarinya. Ternyata, kamu yang menyimpan kalungku?” Ilona spontan mendekati Reinhard dan menelisik kalung tersebut. Kalung itu memang miliknya. Kalung pemberian ayahnya, satu-satunya harta yang paling berharganya yang tersisa. Ilona telah mencari kalung tersebut sejak lama, namun tak pernah menemukannya. Sebenarnya, Ilona tidak pernah memakai kalung tersebut karena takut hilang. Namun, ia selalu menyimpan kalung tersebut di dompetnya. Namun, suatu hati saat Ilona mencari kalung tersebut, kalungnya telah menghilang entah ke mana. Ilona tidak tahu sejak kapan kalungnya menghilang. Ia sempat mengira kalungnya jatuh di jalan tanpa dirinya sadari. Hingga akhirnya, ia tak mencari-cari kalung itu lagi. Terlebih, kala itu kehidupannya sedang semrawut, dan banyak hal yang lebih penting yang perlu diurus. “Berarti kamu yang mendonorkan darah untukku saya aku k

  • Dinikahi Pria yang Pernah Kucampakkan    Tameng Tebal yang Terbuka

    Penyesalan selalu datang belakangan. Meskipun sudah berulang kali diingatkan, tetap saja akan dianggap angin lalu. Kecuali, jika sudah ada sesuatu yang terjadi. Menampar sanubari. Barulah, penyesalan itu datang, membelenggu hati entah sampai kapan. Reinhard merasakannya sekarang. Penyesalan tersebut tampak sangat jelas dan lelaki itu tak berusaha menutupinya. Awalnya, Reinhard yang bersikeras tak ingin berlama-lama tinggal di kediaman orang tuanya. Dan sekarang lelaki itu malah tampak tak mau pergi. Dua minggu telah berlalu sejak kepergian Anindya yang begitu mendadak. Reinhard memilih mengambil cuti tahunan secara tiba-tiba. Membatalkan seluruh agenda yang tersusun rapi. Dan lebih banyak mendekam di kamar bekas mendiang orang tua lelaki itu. Reinhard memang tak pernah berbicara macam-macam. Lelaki itu lebih banyak diam. Hanya berbicara jika ditanya dan menjawab seadanya. Namun, Ilona tahu kesedihan yang lelaki itu rasakan sangat dalam. Ia pernah merasa

  • Dinikahi Pria yang Pernah Kucampakkan    Keluarga Impian

    “Panggil saya ‘mama’.”“Saya ingin minta maaf atas semua yang pernah saya lakukan. Saya selalu menilai kamu dari sisi negatif. Tapi, saya tidak pernah berusaha mengenal kamu lebih jauh.” Suara Anindya terdengar bergetar. Matanya pun sudah berkaca-kaca. Ilona yang masih berdiri di pintu membeku selama beberapa saat. Ia mendengar ucapan sang mertua, sangat jelas. Ia menatap sang mertua dengan sorot campur aduk. Tak menyangka Anindya yang begitu angkuh akan mengatakan ini padanya dengan ekspresi penuh penyesalan. Bukan lagi sorot dan ekspresi dingin yang biasanya selalu Anindya tampilkan setiap kali berbicara dengannya. Ditambah lagi dengan nada sinis dan ketus dalam setiap ucap yang wanita paruh baya itu sampaikan. Kini, Anindya tampak benar-benar menyesal. Ilona masih belum bereaksi. Lebih tepatnya, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Ilona tidak menganggap ibu mertuanya sedang berakting. Hanya saja, terlalu sulit dipercaya jika Anindya meng

  • Dinikahi Pria yang Pernah Kucampakkan    Sayang Tapi Gengsi

    “Aku mau merawat mama. Kalau perlu, kita bisa pindah untuk sementara waktu,” ucap Ilona mengutarakan keinginannya.Ilona bukan sedang mencari muka. Pada dasarnya, ia tidak mahir melakukan hal-hal seperti itu. Keinginan ini tulus dari hatinya. Meskipun Anindya selalu mempersulitnya, melihat keadaan wanita paruh baya itu yang sekarang membuatnya tak tega membiarkan sang mertua sendirian. Anindya memang tidak benar-benar sendirian. Ada banyak pekerja yang ada di sekelilingnya. Reinhard juga menambah beberapa perawat yang khusus merawat wanita paruh baya itu. Namun, di balik itu semua, sang mertua tetap sendirian. Orang-orang yang bekerja di sana tidak bisa dianggap keluarga. “Mama sering menyakuti kamu. Untuk apa kamu repot-repot melakukannya? Aku bisa membayar banyak perawat untuk mengurus mama,” jawab Reinhard datar sebelum kembali berkutat dengan komputer di hadapannya. Tak ingin menyerah dengan mudah, Ilona pun langsung masuk ke ruang kerja Re

  • Dinikahi Pria yang Pernah Kucampakkan    Tak Ingin Ada Dendam

    Reinhard melewati Ilona dan Ruby begitu saja. Tampaknya, lelaki itu tak menyadari keberadaan istri dan anaknya. Reinhard membawa Anindya ke mobilnya dan mengendarai kendaraan beroda empat itu seperti orang kesetanan. Se benci apa pun Reinhard pada Anindya tetap tak akan benar-benar mengubur kepeduliannya. Ilona bergegas meminta sopir yang barusan mengantarnya untuk kembali mengejar mobil Reinhard. Ia hanya terlambat beberapa menit saja dan Anindya sudah terluka. Ilona berharap itu bukan imbas dari pertengkaran Reinhard dan Anindya. “Kita doakan supaya oma baik-baik saja ya?” bisik Ilona pada putrinya. Ilona menghapus sisa lelehan air mata Ruby menggunakan tisu. Putrinya sudah tidak menangis lagi sejak dalam perjalanan menuju kemari tadi. Ilona merengkuh putrinya lebih erat untuk menyalurkan kecemasan yang membelenggu dadanya. Jarak rumah orang tua Reinhard dengan rumah sakit tidak terlalu jauh. Tak butuh waktu lama untuk sampai ke sana. Ilona

  • Dinikahi Pria yang Pernah Kucampakkan    Akhirnya Reinhard Tahu

    “Kamu dapat cek ini darimana?” tanya Reinhard saat menemukan selembar cek yang jatuh dari tas Ilona saat ia hendak memindahkan tas tersebut. Cek tersebut berasal dari perusahaan milik keluarganya. Namun, tampak sudah usang dan logo yang tertera pun logo lama, ketika ayahnya masih ada. Ia merasa tak pernah memberi Ilona cek. Apalagi di zaman tersebut. Reinhard lebih suka langsung mentransfer ke rekening Ilona jika ingin memberi uang. Anehnya, cek tersebut juga kosong. Tak ada nominal yang tertera. Sepersekian detik kemudian, Reinhard menyadari sesuatu. Cek ini pasti pemberian ibunya. Ya. Ketika mengancam Ilona agar wanita itu meninggalkannya saat dirinya koma. Seperti yang Gerald katakan tempo hari. Ketika Reinhard sudah mulai tersulut, Ilona masih asyik tertawa renyah bersama sang putri. Ilona yang sedang asyik bermain dengan Ruby di sudut kamar tidak mendengar pertanyaan Reinhard. Sehingga saat Reinhard menghampirinya, ia tak berpikir macam-macam.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status