Share

Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya
Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya
Penulis: Adinasya Mahila

1. Sentuhan Panas

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-09 18:44:58

“Apa yang terjadi?!”

Lily terbangun dengan jantung berdetak liar. Napasnya memburu saat matanya menyapu ruangan asing yang disinari cahaya matahari. Kepala masih berdenyut hebat akibat alkohol semalam, tetapi yang membuat tubuhnya benar-benar membeku adalah rasa sakit yang menusuk di bawah sana.

Dengan tangan gemetar, Lily meraih selimut yang melilit tubuhnya, perlahan-lahan menyingkapnya untuk memastikan sesuatu.

Dia tidak mengenakan apa pun.

“Tidak mungkin…”

Cepat-cepat, Lily menatap sekeliling dan seketika dia pun membeku.

Dia mendapati bajunya berserakan di lantai, dan sepasang sepatu pria yang tergeletak rapi di dekat meja kopi adalah bukti bahwa dia tidak sendiri tadi malam!

Ketakutan menyergapnya seketika. Lily buru-buru memegangi kepalanya, mencoba mengingat bagaimana semua ini bisa terjadi.

Semalam, Lily menyaksikan calon suaminya, Bryan, berbagi ciuman panas dengan wanita lain di apartemen miliknya sendiri. Dan lebih parahnya lagi, wanita itu adalah Sonia, gadis yang dulu paling sering merundungnya semasa sekolah.

Siapa sangka, gadis itu kini menjadi selingkuhan pria yang akan menikahinya?!

Seakan belum cukup menyedihkan, Lily bahkan mengetahui bahwa Bryan tidak pernah benar-benar mencintainya!

“Kalau dia bukan putri tunggal keluarga Mahesa, mana mau aku menikah dengan wanita membosankan sepertinya?”

Saat kalimat itu terucap dari mulut Bryan, dunia Lily runtuh seketika. Tubuhnya tidak bisa bergerak, dan dia hanya membeku di tempat sampai dua pengkhianat itu menyadari keberadaannya.

“L-Lily?!”

Bryan sempat ingin mengejarnya, tapi Lily langsung berbalik dan meninggalkan apartemen itu.

Dalam kemarahan dan kehancuran, Lily mengemudikan mobilnya tanpa tujuan dan berakhir di sebuah bar.

Lily tidak pernah minum alkohol sebelumnya. Namun, malam itu, dia menenggak minuman keras seperti air. Setiap tegukan terasa seperti membakar tenggorokannya, tetapi tidak ada yang lebih perih dari rasa sakit di hatinya.

Dia tidak ingat berapa banyak yang dia minum.

Yang dia ingat hanyalah sepasang mata tajam yang menatapnya dari kejauhan.

Lalu, seseorang membantunya berdiri. Seorang pria.

Bibirnya tersenyum samar. Saat itu, dia mengira pria itu adalah orang baik yang akan membawanya pulang dengan selamat.

Tetapi setelah memasuki kamar hotel…

Sentuhan panas itu. Bibir yang melumatnya rakus. Lengan kekar yang mengangkat tubuhnya dan membaringkannya di kasur.

Terlalu jelas.

Terlalu nyata.

Lily menggelengkan kepala kuat-kuat. Tidak. Tidak. Tidak.

Dia tidak ingin mengingat lebih jauh.

Perlahan, dia mencoba bangkit, tetapi tubuhnya langsung menegang. Rasa sakit itu…

Air matanya menggenang.

Dia telah melakukan sesuatu yang tidak bisa dia tarik kembali.

Dengan buru-buru, Lily memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai. Namun, saat masih membungkuk, suara gagang pintu kamar mandi yang berputar membuatnya membatu.

Pintu terbuka.

Lily menoleh, tubuhnya langsung merapat ke dinding, memegangi selimut di dadanya seperti perlindungan terakhir.

Detak jantungnya kacau.

Seorang pria keluar dari kamar mandi.

Tinggi. Dingin. Berbahaya.

Hanya mengenakan kemeja putih dengan beberapa kancing terbuka, pria itu tampak santai membetulkan jam tangan Richard Mille yang Lily tahu harganya setara dengan satu unit apartemen mewah.

Pria itu menatapnya lurus.

"Sudah bangun?"

Nada suaranya dalam dan tenang, seolah apa yang terjadi semalam bukanlah masalah besar.

Lily menelan ludah, tetapi tenggorokannya terasa kering.

Pria itu tidak mengucapkan apapun lagi. Dengan langkah tenang, dia berjalan menuju cermin, merapikan kerah bajunya seakan ini hanyalah pagi biasa baginya.

Namun, kalimat berikutnya membuat tubuh Lily menegang.

"Apa kamu tidak takut dimaki pelanggan?"

Pelanggan?

Kening Lily berkerut dalam. Apa pria ini baru saja menganggapnya wanita bayaran?!

Matanya membelalak.

Tidak. Ini pasti mimpi buruk.

Tapi saat melihat ekspresi santai pria itu, kenyataan menamparnya lebih keras.

Lily ingin membalas, tetapi bibirnya terlalu kelu. Dia hanya bisa memandangi pria itu—pria yang telah merenggut sesuatu yang paling berharga darinya.

Saat pria itu menoleh dan hendak berbicara, Lily langsung berlari menuju kamar mandi, mengunci pintu.

Punggungnya menempel di dinding, tubuhnya gemetar hebat.

Air mata yang sejak tadi tertahan kini jatuh begitu saja.

Apa yang telah dia lakukan?! Karena tindakan bodohnya pergi ke bar, sekarang Lily harus kehilangan kesuciannya kepada pria yang bahkan tidak peduli padanya!

**

Lily tidak tahu berapa lama dia berdiam diri di kamar mandi, memikirkan betapa malu dirinya jika orang tuanya tahu mengenai apa yang telah terjadi.

Dia hanya berharap ketika keluar, pria itu sudah tidak ada.

Namun, harapannya hancur seketika.

Saat dia membuka pintu, pria itu masih di sana.

Kini telah berpakaian lengkap, duduk di sofa dengan kaki bersilang, menatap layar ponselnya dengan ekspresi acuh tak acuh.

Lily menggigit bibir. Dia tidak ingin berlama-lama di sini.

Tanpa sepatah kata pun, Lily menyambar tasnya yang tergeletak di lantai, lalu berjalan melewati sang pria begitu saja menuju pintu.

Namun—

"Ambil bayaranmu."

Langkah Lily terhenti.

Hatinya bergetar hebat.

Perlahan, dia menoleh ke belakang.

Pria itu bahkan tidak melihatnya saat berbicara.

Tangannya bergerak santai, menunjuk sebuah tumpukan uang di meja kopi.

"Bayaran?" gumam Lily, tubuhnya membeku di tempat.

Saat itu, Arsen Sebastian Luis pun mengangkat pandangannya dan melihat Lily sekilas. Dia menautkan alis, lalu memutuskan untuk berdiri  dan mendekati wanita di hadapannya itu.

Tinggi. Mendominasi. Berbahaya.

Lily bahkan harus mendongak untuk menatap wajah Arsen yang tajam dan tak terbaca.

"Apa kurang?"

Lily ingin menangis. Pria ini benar-benar berpikir bahwa dia…

"Aku tidak tahu berapa yang sudah dibayarkan temanku," lanjut pria itu seraya meraih tangan Lily, memaksanya menerima tumpukan uang itu. “Tapi ambil saja ini. Itu bayaran yang pantas untuk dirimu."

Darah Lily mendidih.

Dadanya naik turun menahan emosi yang meledak.

Tanpa berpikir panjang, Lily mengangkat tangan dan menamparnya keras!

PLAK!

“Jaga sikap Anda, dasar bajingan!”

Tanpa menunggu jawaban dari pria di hadapannya, Lily cepat-cepat pergi dari sana selagi menahan tangisan di ujung mata.

Di sisi lain,

Pria itu, Arsen bergeming. Dia tidak menyangka akan ditampar ketika ingin memberikan bayaran lebih kepada wanita panggilan yang dipesan oleh temannya itu.

Dalam hati, tak elak dia bertanya. Apa wanita panggilan zaman sekarang memang segalak ini?

Selagi menghela napas, Arsen berbalik untuk meraih jasnya agar bisa segera pergi. Namun, di saat itu tatapannya jatuh ke ranjang.

Pria itu pun membeku.

Bercak merah. Darah?

Arsen menatapnya lama, kemudian mengerutkan kening.

Wanita panggilan tadi ... masih perawan?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (19)
goodnovel comment avatar
emerensiana mia
buatlah Lily bahagia
goodnovel comment avatar
Erin Hervina
mampir dlu ...
goodnovel comment avatar
Novita Sari
aduh lily...kenapa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya   194. Sebuah Petunjuk Part 2

    Thomas akhirnya membuka pintu ruangan karena tidak mungkin dirinya berani membantah perintah Arsen. Gelap. Bahkan saat saklar dinyalakan lampunya sudah tidak mau hidup. Arsen menatap ruangan yang sudah Thomas buka. Dia melarang Thomas dan Rena masuk karena khawatir debu dan sirkulasi udara yang buruk bisa mengganggu pernapasan. "Hubungi layanan kebersihan sekarang juga," titah Arsen ke Thomas. Thomas agak ragu, jasa kebersihan biasanya harus dipesan minimal tiga hari sebelumnya. Apalagi hari libur, pasti banyak yang menggunakan jasa itu. Tak kehabisan ide, Thomas menghubungi salah satu pelayan rumah Arsen. "Liburan sudah selesai, panggil beberapa temanmu, Pak Arsen butuh kalian," ucap Thomas. Dia lantas menyebutkan alamat rumah Rena agar para pelayan itu bisa segera datang ke sana. Sambil menunggu pelayan datang untuk membantu membersihkan. Arsen memilih keluar untuk menghubungi Lily. Dia merasa harus mengabari istrinya, karena mungkin saja akan pulang larut malam. Ars

  • Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya   193. Sebuah Petunjuk Part 1

    Arsen mengepalkan tangan di sisi badan. "Katakan!" “Saya sudah menemukan petunjuk. Saya mengikuti saran Anda untuk menelusuri satu persatu orang yang dulu bekerja dengan Bu Sarah — ibunya Pak Arya, sampai akhirnya saya mendapatkan sedikit titik terang saat memeriksa orang ke dua puluh,” ujar Thomas menjelaskan dengan semangat menggebu. Arsen mendengarkan, lalu Thomas kembali bicara. “Saya bertemu dengan anak salah satu orang yang bekerja dengan Bu Sarah bernama Raymond. Anaknya mengatakan sebelum sang ayah meninggal selalu ketakutan dan seperti orang depresi, dia terus mengatakan kalau sudah membuat dosa besar,” ujar Thomas menjelaskan. Dahi Arsen berkerut halus. “Dan ternyata, bukan hanya bekerja pada Bu Sarah, tapi Raymond ini adalah orang kepercayaan Bu Sarah. Ini pengakuan dari anaknya,” ujar Thomas terus menjelaskan apa yang diketahuinya. “Kalau begitu kita harus segera menemuinya dan memastikan, siapa tahu ada petunjuk lebih,” ujar Arsen. “Kalau sekarang tidak b

  • Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya   192. Mematahkan Teori

    Arsen diam menatap Adhitama. Hening. Untuk pertama kali Arsen bingung harus bicara apa. "Kamu pasti ingat dulu saat Lily kecil banyak orang yang mengincar nyawanya. Mungkin banyak kesalahan dan dosaku di masa lalu sampai Lily yang harus menanggungnya," ucap Adhitama."Bahkan kamu juga pernah tertusuk karena menyelamatkan Lily." "Maaf, karena kejadian itu menimbulkan trauma yang mendalam untuk Lily," sesal Arsen. Dia tidak jujur ke Adhitama tentang apa yang dialaminya saat itu. Saat di mana tidak ada seorangpun tempat bersadar dan hidup dalam keputusasaan. Arsen tak memungkiri, menjadi pengawal Lily memberi sedikit hiburan untuknya. Adhitama dan Arsen sama-sama diam. Hingga mereka mendengar suara Lily dari luar. Lily sengaja melantangkan suaranya agar Arsen juga Adhitama mendengar. Dia berhenti di depan ruang kerja Adhitama, lalu menyembulkan kepala di antara kusen dan daun pintu yang terbuka sedikit. "Apa sudah selesai bicaranya?" Arsen mengangguk, lantas memandang

  • Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya   191. Mengakui Identitas Part 2

    Di ruang makan Lily duduk bersama Risha menikmati teh dan kue yang dia bawa. Mereka berbincang tentang kehamilan Lily. “Apa kamu masih suka mual?” tanya Risha. "Apa sudah mulai ngidam sesuatu?" “Em ... aku sudah jarang mual kok, Bund,” jawab Lily lalu menyesap teh miliknya. "Ngidam ya? Entah, sepertinya calon anakku ini tidak neko-neko, hanya saja belakangan aku ingin terus menempel ke suamiku." “Baguslah kalau sudah tidak terlalu sering,” balas Risha. "Ngidam macam apa itu? Bunda yakin itu hanya alasanmu saja, Bunda tahu kamu sangat bucin ke Arsen." Lily tertawa, pipinya seketika merona karena malu. “Lalu, kapan jadwal periksanya lagi?” tanya Risha kemudian. “Minggu depan,” jawab Lily. "Oh .. ya Bunda dengar Monica masuk rumah sakit." Wajah Risha terlihat sedikit sedih. Meskipun hubungannya sedikit retak dengan Monica, tapi tak bisa dipungkiri mereka pernah berteman baik. Lily mengangguk. "Apa Bunda mau menjenguknya?" tanyanya kemudian. Lily menatap Risha yang

  • Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya   190. Mengakui Identitas Part 1

    Arsen tak bisa menyembunyikan rasa gemasnya ke Lily. Dia mencium gemas pipi wanita itu sampai Lily memberontak memintanya untuk berhenti. Arsen tertawa, tawa yang tidak pernah dia pikir akan bisa kembali dalam hidupnya. Dia kemudian menatap Lily yang cemberut akibat ulahnya. "Duduklah dulu, sarapannya sebentar lagi siap," kata Arsen. Lily menganggukkan kepala lalu duduk sambil terus memandangi punggung Arsen. Dia tiba-tiba saja memikirkan hal mesum, dan kaget saat Arsen menoleh padanya. Arsen mendekat, meletakkan piring berisi sarapan yang sudah jadi ke depan Lily. "Selamat makan," ucap Lily sebelum menikmati sarapan buatan sang suami. "Hm ... bahagianya aku. Adakah yang lebih beruntung dariku?" Lily bicara lalu memandang Arsen yang juga sedang sarapan. "Ada, kamu tidak bisa melihatnya?" balas Arsen seraya menunjuk pada dirinya sendiri. Lily mengulum bibir. Arsen yang dingin kalau seperti ini terlihat manis sekali. ***Sore menjelang siang, Arsen mengajak Lily ke rumah Adhitam

  • Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya   189. Menyepi Bersama Part 2

    Lily menekuk bibir. "Sifatku yang buruk pasti kamu sudah hafal, tidak usah aku sebut," ucapnya. Arsen tertawa, dia meneggakkan punggung lalu mengapit pipi Lily. "Kamu memang menggemaskan, sudah sekarang mandi, aku siapkan makan malam untuk kita." Lily mengerutkan kening memandang punggung Arsen yang bangkit dari ranjang dan menuju kamar mandi. "Kenapa dia meminta semua pelayan libur? aneh." Lily berbisik di dalam hati. Dia akhirnya membiarkan Arsen keluar kamar untuk melakukan apa yang sudah pria itu bilang tadi. Lily tak berlama-lama di kamar mandi. Dia lekas mandi, ganti baju, lalu turun menuju dapur mencari keberadaan Arsen. Lily agak takut, rumah sebesar ini kini hanya ada dirinya dan Arsen saja. Dia berjalan cepat ke dapur dan lega melihat sang suami sedang berdiri memotong sayuran. “Biar aku bantu mencuci sayurnya,” ucap Lily. Arsen mengangguk lalu kembali sibuk mengolah masakannya. Lily melirik Arsen, mengibaskan tangannya yang basah lalu mendekat dan memelu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status