Share

3. Mempermalukan Keluarga

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 12:29:20

Semua orang membeku.

Monica menatap Lily dengan kaget. "Lily, Sayang, kamu bercanda, ‘kan?" Dia mencoba tetap tenang meski jelas keterkejutan tergambar di wajahnya.

“Tidak. Aku serius.” Mata Lily tajam, suaranya tenang, tetapi ada getaran dalam nada bicaranya. “Aku tidak ingin menikah dengan Bryan.”

Keheningan menyelimuti ruangan.

Tatapan tamu undangan tertuju pada Lily, sebagian besar penuh keterkejutan, sementara sisanya mengandung ketidakpercayaan.

Bryan, yang berdiri di sampingnya, menegang. Ekspresinya berubah drastis, panik dan waspada. Seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Dia tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi sebelum sempat berbicara, Adhitama—sang ayah—sudah lebih dulu menarik tangan Lily dengan erat.

“Maaf, Arya. Aku dan keluargaku pamit terlebih dahulu,” ujar Adhitama singkat, suaranya datar tetapi sarat dengan ketegangan.

Tanpa menunggu tanggapan, pria itu menyeret putrinya keluar dari aula pesta, melewati tatapan tamu yang berbisik penuh rasa ingin tahu.

Melihat ini, Arsen mengangkat alis.

Menarik.

Tatapannya mengikuti Lily yang dipaksa pergi oleh sang ayah. Dengan tenang, ia menyesap winenya, sudut bibirnya terangkat samar.

“Mungkin Lily sedang kurang sehat, jadi bicaranya agak aneh.” Arya, ayah Bryan, tertawa sumbang, berusaha meredam ketegangan di dalam ruangan. “Kamu nikmati saja pestanya, ya.”

Arsen mengangguk kecil, tetapi tidak berkata apa-apa. Dia melihat kecemasan dalam mata Arya dan Monica, tetapi memilih untuk tidak bereaksi.

Thomas—asisten pribadinya—mendekat dan berbisik, “Tuan, apa rencananya gagal?”

Arsen tidak segera menjawab. Dia hanya menghabiskan winenya dalam satu tegukan, kemudian melangkah perlahan mendekati Arya, Monica, dan Bryan.

Saat itu, telinganya menangkap percakapan antara Bryan dan ayahnya.

“Apa yang kamu lakukan sampai Lily berani membatalkan pertunangan kalian di depan semua orang?”

Bryan menunduk, tampak gelisah. “Begini, Pa…” suaranya melemah. “Sebenarnya… Lily memergokiku sedang bersama wanita lain di apartemennya.”

Arsen berhenti.

Mata elangnya menyipit.

Begitu rupanya.

**

Di kediaman keluarga Mahesa…

“Bagaimana bisa kamu membatalkan pertunanganmu dengan Bryan secara tiba-tiba?!” suara Adhitama menggelegar di ruang keluarga.

Dada Lily terasa sesak. Ia tahu keputusannya mengguncang hubungan dua keluarga, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Bryan bukan pria baik-baik seperti yang Papa kira. Jadi, aku tidak akan pernah menikahinya!”

“Tidak baik?” Adhitama menyipitkan matanya. “Lalu bagaimana denganmu?”

Lily terdiam.

Apa maksud papanya?

“Aku? Aku kenapa?” tanyanya, berusaha memahami arah pembicaraan ini.

Adhitama merogoh ponselnya, lalu memperlihatkan layar yang menampilkan beberapa foto.

Lily menahan napas.

Foto dirinya di bar.

Saat dia duduk dengan gelas alkohol di tangannya, saat dia mabuk, saat dia…

Darahnya berdesir cepat.

Jadi, inilah alasan papanya beberapa hari ini begitu dingin padanya?

“Apa maksudmu pergi ke klub malam?” suara Adhitama semakin rendah, tetapi ada kemarahan yang tersirat jelas. “Kamu pikir Papa tidak tahu?”

Lily mengepalkan tangan.

“Aku memang salah karena pergi ke sana, Pa, tapi itu semua karena—”

“Apa pun alasannya, cukup kuatkah sampai kamu tega mempermalukan keluarga kita?!” Adhitama memotong tajam. “Kamu pikir kelakuanmu ini bisa diterima?”

Lily terperangah. Sang papa sama sekali tidak berniat mendengarkannya!

“Kalau begitu, apa Papa lebih memilih membiarkan aku menikah dengan pria yang tidak setia?” suaranya bergetar karena emosi.

Adhitama tampak terkejut, tapi pria itu kembali keras. “Kalau memang itu harus dilakukan untuk mempertahankan reputasi keluarga, maka ya!”

Hening.

Lily merasa hatinya hancur kala mendengar jawaban sang ayah. Sulit untuk dia percaya pria yang selama ini adalah pegangan hidupnya … ternyata rela mengorbankannya demi reputasi semata!

Lily kecewa, Lily marah!

“Kalau memang iya, maka lebih baik buang saja aku dari keluarga Mahesa! Aku lebih sudi hidup sendiri daripada mengorbankan masa depanku untuk pria seperti Bryan!”

Adhitama terkejut mendengar kata-kata putrinya.

Ruangan terasa semakin tegang.

Sejenak, pria itu hanya menatap Lily tanpa berkata apa-apa.

Lalu, dengan ekspresi yang sulit ditebak, Adhitama akhirnya berbicara dengan nada penuh amarah.

“Seharusnya kamu berpikir sebelum berbicara di depan semua orang.”

Lily menarik napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya.

Dia sadar, malam ini papanya tidak akan mendengarkannya.

Sebaliknya, dia juga tidak berniat untuk mengalah.

“Aku tahu keputusan dan sikapku mungkin dianggap memalukan oleh orang lain.” Suaranya kembali stabil. “Tapi aku tidak peduli. Jika Papa dan Bunda tidak mau mendukungku, maka aku akan menemukan jalanku sendiri.”

Risha terkejut. Dia tidak pernah membayangkan putrinya akan bersikap seperti ini. Tetapi sebagai seorang ibu, dia juga bisa merasakan Lily sedang tertekan.

Alhasil, Risha berusaha menenangkan keduanya. “Sudah, jangan seperti ini. Nanti kita bicarakan lagi, ya.”

Lily menatap ibunya, lalu menoleh ke arah Adhitama yang menghela napas kasar sebelum pergi dengan wajah kesal.

Sakit.

Rasanya seperti ditikam dari dua arah—oleh Bryan dan oleh ayahnya sendiri.

**

Keesokan Harinya…

Lily berjalan masuk ke gedung perusahaan dengan langkah kosong.

Setelah pertengkarannya dengan papanya, mereka sama-sama memilih diam dan tidak menyelesaikan masalah.

Dia pikir kembali bekerja bisa mengalihkan pikirannya, tetapi sebelum sempat masuk ke ruangannya, seorang staf HRD menghampirinya.

“Maaf, Nona Lily…” wanita itu tampak canggung. “Sesuai perintah Pak Adhitama, mulai hari ini Anda dipecat dari perusahaan.”

Dunia Lily seperti runtuh.

Dia menatap surat pemecatan yang diberikan kepadanya. Tangannya sedikit gemetar saat menerimanya.

Dipecat?

Tidak ada diskusi?

Tidak ada kesempatan menjelaskan?

Papanya… benar-benar tega membuangnya begitu saja?

Lily menatap surat itu, menahan perasaan terluka yang mengoyak hatinya. Tetapi, dia tetap menunjukkan ketenangan, mengangguk kecil, dan berkata, “Terima kasih.”

Tanpa berkata apa-apa lagi, dia melangkah keluar dari gedung dengan kepala tegak.

Kalau memang ini bayarannya untuk sebuah kebebasan, maka … Lily bersedia membayarnya.

Hanya saja … apa ini berarti dia masih bisa kembali juga ke rumah?

Langkah Lily melambat.

Pikirannya kosong, tubuhnya terasa ringan—seakan melayang tanpa arah.

Satu per satu kejadian yang menimpanya terputar ulang dalam benaknya.

Bryan. Pengkhianatannya.

Papanya. Ketidakpercayaannya.

Sekarang, dia bahkan tidak memiliki pekerjaan.

Tanpa sadar, air matanya jatuh.

Dia terus berjalan tanpa memperhatikan sekitar.

Sampai—

TIIIN!

Suara klakson memekakkan telinga.

Lily menoleh, tetapi terlambat.

Mobil hitam melaju ke arahnya.

Dia membeku.

Namun, dalam sekejap, sebuah tangan kuat menariknya ke belakang.

Tubuhnya tersentak, dadanya menghantam sesuatu yang keras.

“Mati di bawah mobil bukan cara yang baik untuk menyelesaikan masalahmu, Nona!”

Mendengar suara itu, Lily mendongak.

Matanya membulat kaget.

“Ka-kamu…?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Yulta Fitri
ini merupakan cobaan bagi Lily, semoga bertemu dengan pria yg lebih mapan.
goodnovel comment avatar
Novita Sari
aditama kayak gak kenal anaknya
goodnovel comment avatar
🍁Mam 2R🍁
Adhitama kok gitu sih sikap nya ke Lily
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya   345. Jujur Atau Menutupi

    Risha yang terkejut sampai melongo mendengar menantunya berbicara dengan sangat enteng. “Apa akhirnya dia mau mengaku?” tanya Adhitama. “Ya, dia mengaku,” jawab Arsen, “Apa Papa ingat dengan Sevia?” Pertanyaan Arsen kembali membuat Adhitama dan Risha terkejut. “Ada hubungan apa dia dengan Sevia?” tanya Adhitama. “Jadi, menurut informasi yang Juna sampaikan. Sevia adalah anak kandung dari Arman, pria yang membiayai Juna dari kecil sampai dewasa. Arman baru tahu kalau memiliki anak, dan itu adalah Sevia. Dia baru tahu tepat saat Sevia meninggal kecelakaan bertahun-tahun lalu itu. Tepatnya setelah ingin melukai Lily," kata Arsen. "Ini membuat Arman dendam pada Papa karena Sevia adalah anak satu-satunya dan harus meninggal begitu saja. Karena itu, Juna diberi wasiat oleh Arman, jika Juna berhasil membunuh keturunan Papa dan membuat nasib Papa sama sepertinya, maka Juna akan mendapat seluruh harta milik Arman.” Arsen menjeda ceritanya sejenak, lalu kembali melanjutkan. “Karena

  • Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya   344. Hanya Sedikit

    Arsen diam sejenak. “Besok saja kita bahas lagi, karena ini ada hubungannya dengan Papa dan Bunda,” ucap Arsen. Kening Lily berkerut samar, dia semakin penasaran dengan informasi yang Arsen miliki. “Sekarang cerita dulu padaku, baru besok ke Papa dan Bunda.” “Besok saja sekalian.” Arsen bersikukuh. Bibir Lily mengerucut. Dia menunjukkan sikap manjanya pada Arsen. “Kalau begitu aku tidak mau tidur.” Arsen menatap sejenak wajah Lily yang cemberut, sebelum kemudian mengangkat Audrey dari ranjang dan memindahkan bayi mungil itu perlahan ke baby box. Arsen kembali ke ranjang, lalu berbaring merapat pada Lily dan melingkarkan tangan di perut istrinya. “Sekarang tidurlah, aku akan di sini memelukmu,” bisik Arsen. Lily masih cemberut karena Arsen tak mau bercerita lebih dulu. “Aku tidak bisa tidur kalau sedang penasaran.” “Tapi ada aku, jadi kamu pasti bisa tidur,” sanggah Arsen lagi. Lily menggeser posisi berbaringnya dengan perlahan menghadap Arsen, bibirnya masih saja mengerucut.

  • Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya   343. Memberi balasan Part 2

    Juna kembali tersenyum yang membuatnya kembali merasakan pukulan keras dari Arsen, kali ini perutnya dihantam dengan sangat kuat. Juna terbatuk-batuk, bahkan dia meludah darah. “Jika aku mati, kamu pasti akan mati penasaran karena tidak tahu alasan aku melakukan itu.” Setelahnya Juna tertawa mengejek sambil menatap wajah geram Arsen. Arsen tak menahan diri lagi. Dia melayangkan pukulan bertubi-tubi di wajah hingga perut, membuat wajah Juna lebam, bahkan bibirnya terus mengeluarkan darah. Arsen sedikit mundur setelah menghantam tubuh Juna berulang kali. Dia mendengkus kasar, menatap penuh amarah pada Juna yang lemas. “Jika kamu masih tidak mau bicara, maka aku akan membakarmu hidup-hidup di sini,” ancam Arsen dengan sorot mata penuh keseriusan. Arsen menolehkan kepala ke belakang lalu mengangguk ke arah Thomas yang ada di ambang pintu. Tak lama setelahnya, Thomas kembali masuk ke ruangan itu membawa jerigen berisi penuh dengan cairan. Arsen menerima jerigen itu dari Ars

  • Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya   342. Memberi balasan Part 1

    Arsen tidak ingin membahas hal itu. Dia memilih untuk mengalihkan perbincangan dengan meminta Lily untuk segera tidur. "Ini sudah malam, tidurlah!" ucapnya. Beruntung, Lily tak menyadari. Lily mengangguk kemudian memejamkan matanya. Setelah memastikan Lily tidur. Arsen turun dari ranjang dengan perlahan, lalu membetulkan selimut di kaki Lily. Setelahnya Arsen keluar dari kamar, ternyata dia hendak pergi karena Thomas sudah menunggunya di depan rumah Adhitama. Arsen bergegas masuk mobil Thomas, begitu duduk di dalam mobil, Arsen menoleh pada Thomas. “Apa semuanya sudah disiapkan?” tanya Arsen. “Sudah Pak,” jawab Thomas singkat. Thomas mengemudikan mobil meninggalkan rumah Adhitama. Mobil itu terus meluncur menuju bangunan kosong yang dulu digunakan penculik untuk menyekap dan memberi obat pada Lily sampai hampir mati. Sesampainya di sana, Arsen turun diikuti Thomas. Mereka bertemu dengan petugas polisi yang berjaga di depan. “Kalau bisa Pak, jangan sampai dibua

  • Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya   341. Harus Sabar

    Lily tertawa mendengar ucapan Arsen. “Apa kamu mau jadi bayi lagi?” tanyanya. “Aku mau jadi bayimu.” Arsen kembali menghampiri Lily membawa alat pompa dan tisu basah. “Yakin, kamu ingin bersaing dengan Audrey?” tanya Lily dengan tatapan menggoda. Arsen hanya tertawa sambil memberikan alat yang Lily butuhkan. “Aku mau mandi dulu untuk mendinginkan kepala.” Lily tertawa kecil. “Kamu harus sabar sebentar lagi, oke.” “Tidak oke,” balas Arsen dengan seulas senyum lalu pergi meninggalkan Lily. Lily memompa ASI-nya, saat itu ponselnya berdering dan nama Bibi Jess terpampang di layar. “Halo, Bi.” Suara Bibi Jess terdengar. “Nona, apa Nona dan Tuan akan menginap di rumah Nyonya Risha atau pulang malam ini?” “Kami akan menginap di rumah Bunda, jadi Bibi tidak perlu menyiapkan makan malam.” “Baiklah kalau begitu, saya hanya mau memastikan.” Suara bibi Jess terdengar ragu. Setelah membalas ucapan Bibi Jess, Lily mengakhiri panggilan lalu kembali memompa ASI. ** Saat malam hari. L

  • Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya   340. Es Krim

    Arsen kaget. Dia mengajak Lily ke kedai es krim untuk membuat sang istri senang, bukannya malah berpikir seperti ini. Bahkan dia sampai ikut memesan satu porsi kudapan manis itu, kudapan yang dia pikir kekanak-kanakan. Arsen merasa ada yang salah. Tanpa menoleh dia mencoba memerhatikan sekitar. Dia tahu, Lily sedang merasa rendah diri dengan keadaannya saat ini. “Untuk apa malu? Kenapa kamu berpikir seburuk itu?” Arsen balas bertanya. “Jika sampai waktu yang dibutuhkan untuk terapi habis dan kamu belum bisa kembali berjalan, aku akan membawamu ke luar negeri, aku akan mencari dokter paling baik di dunia agar bisa membuatmu berjalan lagi,” imbuhnya. Lily tersenyum kecil. “Aku hanya takut saja,” lirihnya kemudian menundukkan kepala. ‘Aku merasa tidak pantas bersama pria hebat sepertimu, kalau keadaanku masih seperti ini.’ “Kamu tidak suka es krimnya? Apa mau rasa lain? Apa aku melupakan rasa kesukaanmu?” Lily menegakkan kembali kepala. Dia merasa hatinya tiba-tiba menghangat.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status