Ashana, yang lagi sibuk-sibuknya dengan program magang kampusnya. Tiba-tiba menikah dengan pria yang tidak ia kenal akibat ulah kakaknya bernama Aliyah. Aliyah dijodohkan dengan anak sahabat ayahnya tapi malam menuju hari H ia kabur. Terpaksa Ashana, menggantikan sang kakak karena pernikahan tidak bisa dibatalkan lagi. Setelah menikah, Ashana baru mengetahui wajah suaminya yang ternyata adalah Bos tempat ia magang saat ini. Bahkan mereka sempat terlibat sebuah insiden dan pria itu bernama Gibran, ia terkenal dingin dan kejam kalau di kantor. Bagaimana kelanjutan rumah tangga mereka? Akankah benih-benih cinta muncul diantara mereka atau malah pihak ketiga yang akan muncul?
View MoreSeorang gadis muda berusia 19 tahun bernama, Ashana melangkah memasuki gedung pencakar langit dengan buru-buru. Ia memperlihatkan sebuah id card yang tergantung di lehernya ke satpam, tanda ia sudah punya akses untuk masuk.
Setelah berhasil masuk, ia langsung mencari toilet karena saat ini ia kebelet pipis. Namun, saat akan belok ke bagian toilet ia tiba-tiba terjatuh ke lantai karena tabrakan dengan seseorang. Bugh "Awww, bokongku," ucap Ashana mengeluh sambil memegang bokongnya. Ia menengadah dan menatap seorang pria yang kini ikut menatapnya. "Kenapa malah lihatin saya? Minimal bantuin kek, kan saya jatuh juga karena anda!" ucap Ashana jengkel menatap pria itu yang hanya mematung menatapnya. Ashana menjulurkan tangan kanannya berharap pria itu bisa membantunya untuk berdiri karena bokongnya benar-benar sakit. Namun, yang terjadi pria itu pergi begitu saja tanpa memperdulikan Ashana. "Astaga benar-benar ya, bukannya tanggung jawab malah ninggalin begitu saja!" teriak Ashana melihat ke arah pria itu yang sudah menghilang dibalik tembok. Mau tak mau Ashana bangun sendiri dengan sedikit meringis, untung di area toilet ini hanya dia dan pria aneh itu jadi ia tidak terlalu malu karena tidak ada yang melihatnya. Setelah menyelesaikan hajatnya ia segera berjalan cepat menuju lift untuk naik ke lantai tempat ia akan meeting hari ini dengan sedikit pincang karena bokongnya masih mengilu. Ia Ashana, anak magang yang sudah seminggu mulai bekerja di perusahaan Mahesa properties untuk 6 bulan kedepan. Ia berlari dengan kencang saat melihat pintu lift akan tertutup. "Tunggu!" teriaknya sambil menahan pintu lift. Pintu lift terbuka kembali, Ashana bernafas lega dan memperbaiki kembali postur tubuhnya yang sempat membungkuk tadi menahan pintu. Ia langsung kaget kala melihat didalam lift ternyata ada pria yang menabraknya tadi, pria yang berpakaian kemeja putih, celana kain hitam panjang sedang menatapnya. "Eh-anda lagi, permisi ya," ujar Ashana masih sedikit jengkel lalu ikut bergabung didalam lift. Kini hanya ada Ashana dan pria itu yang berdiri tegap sambil memasukan tangannya dikedua saku celananya. Mereka sama-sama berdiri di pojok lift dengan kebisuan. "Oh iya, anda belum minta maaf loh sama saya karena insiden tadi," ujar Ashana menoleh ke pria itu sambil membuka percakapan. "Tapi tidak apa-apa, saya akan maafkan saja karena berhubung anda sepertinya karyawan disini. Nanti anda malah mempersulit saya lagi kalau saya terus menuntut," ujar Ashana lagi terus menatap pria itu dari arah samping. Pria itu tetap menatap lurus kedepan seakan tidak memperdulikan semua ucapan Ashana. Ashana langsung cemberut karena merasa dikacangi oleh pria itu. "Dingin banget si padahal lagi tidak hujan," gerutu Ashana sambil memainkan kuku-kuku jarinya. Dari ekor matanya pria itu melihat kelakuan Ashana. Gadis muda itu membuat kesibukan sendiri mengisi keheningan didalam lift dan sesekali mengusap bokongnya. Ting Pintu lift terbuka, Ashana dengan cepat melangkah keluar meninggalkan pria itu tanpa ucapan apapun lagi. Pria itu menatap kepergian Ashana yang sudah semakin jauh, ia kemudian melangkah keluar juga. Ashana berlari memasuki sebuah ruangan dimana sudah ada beberapa teman kuliahnya yang ikut magang juga disini. Ia langsung menghampiri, Dea sang sahabat. "Belum telatkan?" tanya Ashana ngos-ngosan. Dea menggelengkan kepalanya. "Belum, duduk dulu tapi tunggu dulu, kamu kok pincang begitu, kenapa?" Ashana duduk di bangku sebelah Dea, lalu menceritakan kejadian tadi ke sahabatnya. Hari ini mereka akan melakukan meeting untuk sebuah project, anak magang memang diizinkan terlibat dalam project perusahaan untuk pembelajaran mereka. "Lagi menunggu siapa si? Kok rapatnya belum dimulai," bisik Ashana ke Dea saat melihat sudah banyak orang yang memenuhi ruang rapat. "Pak CEO, katanya hari ini ikut rapat," balas Dea dengan berbisik juga. "Oh, serius? Akhirnya aku akan melihat muka CEO kita setelah seminggu magang disini belum pernah muncul sama sekali," ucap Ashana antusias. "Kira-kira CEOnya tua apa nggak ya? Terus perutnya besar nggak ya? Atau kepalanya botak?" "Hush,jangan berisik nanti kita kedengeran yang lain bisa bahaya, Ca," tegur Dea ke sahabatnya itu. Ashana cengengesan. "Aku tuh penasaran De, makanya lagi menebak-nebak. Siapa suruh hari pertama kita magang dia malah ke luar kota jadinya aku tidak melihat dia deh." Obrolan mereka langsung terhenti kala pintu ruangan ini terbuka dan muncul 2 orang dari arah luar. Beberapa karyawan langsung berdiri otomatis Ashana dan Dea ikut berdiri juga. Mata Syakilla memicing kala melihat salah satu pria yang baru masuk adalah lagi-lagi pria yang terlibat insiden dengannya. Namun, penampilan pria itu kini sudah sangat berbeda, pria itu sudah menggunakan setelan jas yang mengkilap dan rapi. "Untuk anak magang, perhatikan semuanya. Beliau ini adalah Bapak Gibran Baskara Mahesa, CEO kita semua," ucap seorang pria yang berdiri tegap didekat sang CEO, "Kemudian saya adalah Rio, asisten pribadi beliau." Disaat yang lain tepuk tangan menyambut kedatangan CEO, Syakilla malah menutup sedikit wajahnya dengan tangan sambil tertunduk kala pak Gibran sedang menatapnya. Ia sangat malu sekaligus takut karena insiden tadi, ia bahkan sempat memarahi pria itu yang ternyata CEOnya. "Mampus, perasaan aku tiba-tiba tidak enak ini," batin Ashana masih sedikit menunduk. Setelah perkenalan singkat itu, rapat akhirnya dimulai. Ashana dan beberapa teman magangnya yang ada diruangan rapat ini menyimak dengan baik penjelasan dari divisi pemasaran. Sekitar 2 jam melakukan rapat, akhirnya selesai juga. Mereka satu persatu meninggalkan ruang rapat untuk kembali ke tempat mereka bekerja. Ashana dan Dea kebetulan ditempatkan dilantai 14 ini, sehingga ia tidak perlu naik lift lagi. Dua orang sahabatan ini langsung menuju ruangan tempat kerjanya. "Kamu!" ujar seseorang dengan suara lantang. Ashana yang merasa hanya dirinya dan Dea dilorong ini kemudian berbalik dan menatap sumber suara. Ashana langsung tersenyum kecut kala melihat pak Gibran yang ada dibelakangnya. "Ikut ke ruangan saya," ujar Gibran kemudian berjalan lebih dulu,"Rio, minta OB buatkan saya kopi lalu bawa ke ruangan saya." Muka Ashana sudah pucat pasih menatap Dea yang hanya bisa menyemangatinya. Ashana lalu mengekori pak Gibran menuju ruangannya dengan tubuh yang sudah keringat dingin. "Tamat sudah riwayatku, baru juga seminggu magang sudah buat masalah sama CEO pula," batin Ashana menepuk jidatnya pelan. Pintu yang menjulang tinggi itu terbuka dan langsung memperlihatkan ruangan yang begitu luas tapi didominasi warna gelap. Ashana, berjalan sedikit menunduk mengekori Gibran. Bugh Ashana, kembali meringis karena jidatnya kejedot dengan keras. Ia mengusap-usap jidatnya yang terkena entah bagian apa sang bos. "Kamu, sengaja tabrak saya terus?" "Nggak Pak, saya benar-benar tidak sengaja," jawab Ashana panik. Gibran mendekatkan wajahnya ke arah wajah Ashana, pria itu sedikit membungkuk untuk bisa melihat jelas wajah Ashana karena gadis itu hanya sampai dipundaknya. "Kalian ngapain?" tanya Rio syok kala masuk kedalam ruangan, ia malah langsung disuguhkan pemandangan dimana wajah sang bos dan anak magang sudah begitu dekat.Sesuai kesepakatan bersama, pernikahan Ashana dan Gibran dirahasiakan. Gibran tidak ingin membuat berita negatif untuk 2 keluarga jika tau mempelainya tiba-tiba diganti.Ashana tidak masalah sama sekali karena ke depannya ia masih bebas bermain tanpa harus pusing dengan status istri seorang CEO. Selama Ashana merasa diuntungkan, dia sama sekali tidak keberatan soal persyaratan yang diajukan Gibran.Hari pertama menjalani kehidupan menjadi seorang istri. Ashana belum melakukan apa-apa karena di rumah Gibran belum ada bahan makanan.Sekitar jam 6 pagi, Ashana sudah rapi dengan pakaian magangnya. Sementara itu Gibran baru bangun dan sedikit kaget melihat ada perempuan di dalam kamarnya."Kenapa ekspresi wajah Bapak seperti itu melihatku? Lupa kalau sudah punya istri?" tanya Ashana kala tengah menyisir rambutnya dan melihat Gibran dari pantulan cermin meja rias."Tidak, saya hanya kaget melihat kamu sudah rapi jam segini," elak Gibran."Harus dong karena nanti saya telat kalau berangkatny
2 keluarga itu baru tau kalau ternyata, Ashana dan Gibran sudah saling kenal. Mereka ternyata bos dan anak magang di kantor setelah mengintrogasi sebentar.Setelah introgasi mendadak selesai, baru akan dilakukan pemasangan cincin nikah. Kedua keluarga inti sudah berada di dalam kamar untuk menyaksikan momen ini.Pengantin baru ini duduk berhadapan diatas tempat tidur. Gibran, sudah menjulurkan tangannya karena Ashana akan menyematkan cincin nikah dijari manisnya.Setelah menyematkan cincin di jari Gibran, Ashana diminta mencium tangan sang suami. Ashana menurut saja dan Gibran hanya diam tanpa ekspresi saat Ashana mencium tangannya."Sekarang giliran kamu Bang, yang menyematkan cincin di jari istrimu," titah bu Ratna, mama Gibran."Maaf Ma, aku tidak bisa," ujar Gibran akhirnya berbicara."Apa maksud kamu bicara begitu?" tanya pak Esa dengan suara sedikit meninggi.Sementara orang tua Ashana saling menggenggam memberi kekuatan satu sama lain karena takut putri bungsunya dipermainkan.
Subuh-subuh Ashana, sudah bangun lebih awal dari biasanya. Setelah mandi, ia bersiap menuju kamar kakaknya untuk melihat persiapan sang kakak.Namun, langkah kakinya terhenti kala melihat orang tuanya, om dan tantenya kini duduk melingkar di ruang keluarga lantai 2. Ashana dengan ceria dan semangat menghampiri mereka."Selamat subuh semuanya," sapa Ashana dengan ceria.Mereka langsung menoleh menatap Ashana yang tampak bahagia itu. Ashana kaget kala melihat wajah murung mereka khususnya sang ayah."Kalian kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Ashana mulai khawatir melihat raut wajah keluarganya."Duduk dulu Cha," titah sang ibu."Ada apa Bu? MUAnya belum datang atau Kak Al belum bangun?" tanya Ashana.Ibunya menggelengkan kepalanya pelan. Ashana mulai semakin bingung sekaligus khawatir."Calon suami Kak Al kabur?" tanya Ashana lagi."Bukan tapi Aliyah lah yang kabur," ujar Effendy, om Ashana sekaligus kakak pak Aris." Apa Om? Kak Al kabur?" tanya Ashana kaget sampai intonasinya meninggi.
Gibran langsung menjauhkan wajahnya dengan tenang dari Syakilla saat Rio memergoki mereka. Sementara Ashana terus menunduk malu seakan baru ketahuan berbuat mesum padahal tidak terjadi apa-apa."Maaf Bos, saya mengganggu. Cuman mau mengantar kopi ini saja," ujar Rio menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil memperlihatkan secangkir kopi yang ia bawa."Letakan saja diatas meja," titah Gibran sambil berjalan ke kursinya."Kamu ... Kembali bekerja," titah Gibran lagi menatap Ashana yang sudah ikut menatapnya."Baik Pak, saya permisi dulu," ujar Ashana lalu ia keluar dengan perasaan jengkel."Dasar Bos Sedeng, ngapain panggil saya ke ruangannya kalau cuman seperti itu," gerutu Ashana sambil menendang-nendang udara melampiaskan emosinya.Ashana pun kembali ke ruangannya dan memulai bekerja sampai jam 5 sore baru mereka pulang kerja semua. Ashana sampai di rumahnya dengan langkah yang lunglai karena lelah bekerja.Suasana rumahnya lagi ramai-ramainya karena besok kakaknya akan menikah. Ia j
Seorang gadis muda berusia 19 tahun bernama, Ashana melangkah memasuki gedung pencakar langit dengan buru-buru. Ia memperlihatkan sebuah id card yang tergantung di lehernya ke satpam, tanda ia sudah punya akses untuk masuk.Setelah berhasil masuk, ia langsung mencari toilet karena saat ini ia kebelet pipis. Namun, saat akan belok ke bagian toilet ia tiba-tiba terjatuh ke lantai karena tabrakan dengan seseorang.Bugh"Awww, bokongku," ucap Ashana mengeluh sambil memegang bokongnya.Ia menengadah dan menatap seorang pria yang kini ikut menatapnya. "Kenapa malah lihatin saya? Minimal bantuin kek, kan saya jatuh juga karena anda!" ucap Ashana jengkel menatap pria itu yang hanya mematung menatapnya.Ashana menjulurkan tangan kanannya berharap pria itu bisa membantunya untuk berdiri karena bokongnya benar-benar sakit. Namun, yang terjadi pria itu pergi begitu saja tanpa memperdulikan Ashana."Astaga benar-benar ya, bukannya tanggung jawab malah ninggalin begitu saja!" teriak Ashana melihat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments