Share

4. Aku Menolak

Author: Shinee
last update Last Updated: 2023-08-24 21:17:41

Aland sudah bersiap hendak menyemburkan makian begitu mendengar pintu kamarnya dibuka lagi. Begitu melihat sahabatnya, Zoe, ia hanya mendengus, memalingkan wajah.

"Hei, Dude..."

"Kenapa kau lama sekali, aku hampir mati kedinginan."

"Yang kulihat justru sebaliknya," Zoe sengaja memancing dan tepat sasaran. Aland mengapresiasi pancingannya itu dengan tatapan super maut andalannya.

"Aku bertemu Sofia di depan pintu kamar," Zoe tertawa, tidak terusik sama sekali dengan tatapan Aland yang mematikan.

"Tarik tirainya!" Aland memberi titah. Perintah yang tidak berarti apa-apa, karena Zoe hanya menanggapinya dengan tawa.

Zoe melenggang santai menuju ruang ganti untuk mengambil pakaian bos yang merangkap sebagai sahabatnya itu.

"Zoe, kau tidak mendengarku?! Matikan juga lampunya! Zoe, sialan, Zoe... Kau ingin kupecat!"

Zoe muncul membawa pakaian Aland. "Kau tahu apa yang dikatakan Sofia, Bung?"

"Aku tidak mau tahu! Tarik tirai dan padamkan lampunya!"

"Dia mengatakan bahwa kau tidak mungkin memecatku. Awalnya aku tidak berpikiran demikian. Kau bisa melakukan apa pun yang kau inginkan, tapi setelah dipikir-pikir, Sofia ada benarnya. Jika memecatku, siapa yang akan membantumu mengenakan pakaian." Zoe kini berdiri di hadapan Aland yang menatapnya seperti singa kelaparan yang tidak berdaya.

Zoe mengabaikan tatapan tajam sedingin salju yang dilaserkan ke arahnya. Dengan santai Zoe melepaskan jubah Aland. Memasang pakaian pada tubuh kurus itu.

"Ck! Tubuhmu kering kerontang, Dude. Aku tidak percaya kau akan mampu bertahan hidup lebih lama lagi."

"Itulah yang kunantikan," Aland menjawab murung. Dia benar-benar putus asa. Tidak memiliki alasan untuk bertahan hidup. Tiga tahun, bukanlah waktu yang singkat.

Aland pria yang luar biasa. Dia pebisnis hebat. Bahkan dia merakit sendiri pesawat terbangnya. Bepergian sebagai pilot penguji untuk menerbangkan pesawat-pesawat rahasia milik pemerintah di luar negeri. Aland aktif dalam bidang olahraga. Dia mendaki gunung, menyelam laut dalam. Dia pria yang betah di darat, di laut dan di udara. Tapi sekarang, dia hanya bisa duduk di kursi roda dan hal itu membunuhnya.

Kecelakaan itu memporak-porandakan dunianya.

"Kau ingin berjalan-jalan?" Zoe memilih pura-pura tidak mendengar keputusasaan yang begitu kentara.

"Aku hanya ingin kau menutup tirainya. Itulah yang kubutuhkan."

"Aku tidak ingin berurusan dengan Sofia."

"Siapa dia?!" Aland kembali melayangkan tatapan membunuh. "Aku lah bossmu, aku yang harus kau dengarkan!"

"Aku akan meminta Sofia melakukannya. Kau butuh sesuatu?"

"Aku bersumpah akan membunuhmu, Zoe!"

"Aku akan meminta Monica mengantar secangkir kopi."

"Pergilah ke neraka!"

Rentetan makian terdengar, Zoe menulikan pendengaran. Tahun pertama menjalani hidup sebagai pria lumpuh, membuat Aland histeris dan selalu mengamuk, meluapkan amarah setiap detik. Namun, dua tahun terakhir ini, dia lebih banyak diam, kecuali saat berurusan dengan perawat. Ini pertama kalinya, Aland meluapkan amarahnya kepada Zoe.

Zoe tersenyum. Sepertinya kedatangan Sofia memang akan membuat hidup Aland kembali kacau.

Zoe menuruni tangga, berharap ia bisa bertemu Sofia sebelum ia kembali ke kantor. Keinginannya terkabul, di ruang utama Sofia sedang berbincang dengan Mr. Amstrong.

"Hai," Sofia menyapa dengan ramah.

"Duduklah bersama kami," Mr. Amstrong menawarkan. Zoe yang memang ingin berbincang dengan Sofia segera duduk tanpa diminta dua kali.

Sofia menuangkan kopi untuknya.

"Terima kasih," ucap Zoe seraya membawa cangkir kopi ke mulutnya.

"Apa dia masih berteriak, menyebut ingin membunuhku?"

Zoe tergelak, hampir-hampir tersedak.

"Dia memintaku ke neraka. Menurutmu, mana yang lebih buruk?"

Sofia tertawa kecil, "Dua-duanya tidak ada yang baik. Aland pengumpat yang buruk."

"Kau sudah membuat keputusanmu, Sofia?" Mr. Amstrong meski mengatakan tidak akan memaksa Sofia atas permintaanya, tetap saja berusaha mendesak Sofia untuk memberi keputusan.

Sofia sadar betul bahwa tidak ada gunanya menunda-nunda waktu untuk memberi jawaban.

"Apa jawabanku akan mempengaruhi kadar rasa sayangmu padaku, Uncle?"

"Tentu saja tidak," Mr. Amsrtong menjawab bijak, walau sorot matanya menyiratkan harapan yang begitu besar.

Sofia mengutuk dirinya karena tidak bisa memenuhi keinginan pria baik itu. Tapi, dia juga memiliki prinsip dalam hidup yang tidak bisa ia abaikan begitu saja. Pernikahan bukan sesuatu yang mudah. Pernikahan adalah babak awal kehidupan baru yang penuh lika liku yang menguji iman. Dan sepertinya dia memang tidak akan bisa menikah.

"Maaf, Uncle, aku tidak bisa menerima lamaran ini."

Mr. Amstrong menarik napas panjang. Sementara, Zoe yang menyimak dari tadi juga terkejut dengan penolakan tegas Sofia.

"Tapi aku tetap akan merawatnya, Uncle." Janji Sofia. Ucapannya itu berhasil membuat manik Mr. Amstrong berbinar. Terlihat secercah harapan di sana dan Sofia tidak akan sanggap lagi mematahkan harapan tersebut.

"Aku akan menjadi terapisnya." Ya, Sofia seorang terapis fisik. Pekerjaan yang ia ambil dengan harapan bisa membantu ibunya untuk pulih. Kepulangannya, semata ingin merawat ibunya. Bukan untuk menjadi menantu rumah ini.

Mr. Amstrong lah yang membiayai semua pelatihan yang ia dapatkan. Dia cukup handal dalam bidang ini. Rasanya tidak adil jika dia mengabaikan Aland begitu saja mengingat pencapaiannya tidak lepas dari campur tangan Mr. Amstrong.

"Terima kasih, Nak. Kutahu ini akan sulit bagimu mengingat dia sangat keras kepala. Walau sebenarnya aku masih berharap kau menerima lamaranku. Mungkin dengan menjadi istrinya, kau tidak perlu menjaga batasanmu. Kau memiliki kuasa penuh atas dirinya." Mr. Amstrong masih mencoba peruntungannya dengan mengemukakan alasan yang terdengar logis yang lebih masuk akal. Tapi alasan hanya lah sebuah alasan. Ada makna sebenarnya di balik ucapan itu. Sofia tahu kemana arahnya. Dan hanya Mr. Amstrong dan dirinya yang tahu.

Sofia tersenyum kecil. "Aku bekerja cukup profesional, Uncle. Pasienku bukan hanya terdiri dari wanita saja. Ada pria dan juga anak-anak. Pria dewasa, remaja, aku menangani mereka dengan cukup baik."

Mr. Amstrong menatap manik Sofia dengan hangat juga prihatin. Zoe menangkap sinyal itu. Keningnya berkerut bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang disembunyikan keduanya. Zoe menyanggah pemikirannya itu. Memangnya apa yang bisa disembunyikan Mr. Amstrong dan Sofia?

"Wow! Benarkah ini Sofia si pemanjat tebing?" Zoe memutus aksi tatapan penuh makna keduanya.

"Pemanjat mangga, Zoe." Sofia mengalihkan tatapannya pada pria itu. "Bagaimana tadi, seru tidak?"

"Apa?"

"Aksi pembangkangan yang kau lakukan terhadapnya."

Zoe tertawa, "Dia pasti akan memotong bonusku. Aku masih tidak percaya kau seorang terapis. Apakah Aland tahu?"

"Memangnya apa yang dia ketahui tentangku." Selorohnya setengah bergurau. "Well, aku butuh catatan medisnya untuk kupelajari."

"Aku akan membawanya untukmu." Janji Zoe.

"Bisakah aku mendapatkannya hari ini, Zoe."

"Tentu saja." Zoe berdiri. "Satu jam lagi kau akan mendapatkannya."

"Terima kasih."

"Sama-sama." Zoe berpamitan pada Mr. Amstrong. Catatan medis Aland ada padanya dan benda itu selalu dibawa setiap ia berdiskusi dengan terapis lain. Dan sejauh ini, para terapis itu gagal dan memilih mundur karena tidak tahan dengan lidah Aland yang tajam dan sikap keras kepala pria itu.

Akankah Sofia mampu menghadapi Aland. Zoe jelas tahu seperti apa kekuatan Aland. Meski pria itu lumpuh, jiwa kekuasaannya tidak luntur sama sekali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi Tuan Muda Lumpuh   22. SAH

    "Kau terlihat sangat menawan." Zoe bersiul memuji ketampanan Aland yang ternyata tidak memudar sama sekali meski tidak terawat selama bertahun-tahun. Yah, kalau dari awal setelan pabriknya sudah oke, pasti akan tetap oke. "Kupikir setelan tuxedo ini tidak cocok untukmu." Aland tampil begitu memukau dengan tuxedo warna putih pilihan Zoe. Setiap detail pakaian tersebut menunjukkan keanggunan dan ketampanannya. Tuxedo putih tersebut sangat pas dengan tubuhnya yang tinggi, beruntung bobot tubuhnya sudah mulai bertambah.Kemeja putih yang dikenakannya melengkapi tuxedo dengan sangat sempurna, menciptakan kontras yang elegan. Dasinya ditenun dengan rapi, memberikan sentuhan klasik pada penampilannya. Lengkungan kerah tuxedo yang dipadukan dengan dasi hitam membuatnya terlihat sangat berkelas. Aland juga memilih sepatu kulit hitam yang mengkilap dan sesuai dengan tuxedo putihnya. Semua elemen penampilannya saling melengkapi, menciptakan citra seorang pria yang sangat rupawan dan berwibawa p

  • Dinikahi Tuan Muda Lumpuh   21. Tidak Ada Batasan

    "Apa kau berencana untuk hidup selamanya denganku?" Pertanyaan Aland mengandung sarkasme. Sofia tertegun mendengar pertanyaan tidak terduga itu. Sejujurnya dia juga tidak tahu bagaimana konsep pernikahan dadakan ini. Namanya pernikahan tentu hanya sekali seumur hidup. Setidaknya begitu lah Sofia memaknainya. Namun, beberapa perkataan Aland yang seolah sengaja ingin mencecarnya, menunjukkan bahwa Aland tidak menginginkan pernikahan ini sama sekali."Pastinya kau akan pergi meninggalkanku begitu kau berhasil mencapai tujuanmu, bukan?""Kenapa kau harus menduga-duga sampai sejauh itu.""Itu bukan dugaan. Tapi kenyataan. Hanya wanita gila yang mau menikah dengan pria lumpuh impoten. Dan jelas kau bukan wanita gila.""Bisa tidak kau tidak bicara terlalu sinis.""Wuaaahh, wanita alim penuh nurani rupanya merasa tersinggung."Sofia mengembuskan napas jengah. Aland pria keras kepala, tidak akan ada habisnya sindiran pedas yang dilayangkan pria itu padanya jika ia terus meladeninya. Tapi, j

  • Dinikahi Tuan Muda Lumpuh   20. Kami Akan Menikah

    "Mulai!" Zoe memberikan aba-aba.Baik Sofia atau pun Aland tidak memperlihatkan gerakan menyentak, tetapi tubuh mereka tiba-tiba tegang dan saling menggenggam dengan erat."Kamu ingat taruhannya?" Sofia mempertahankan ekspresi wajahnya tetap terlihat tenang. Tidak mempertontonkan pada Aland betapa keras usaha yang ia kerahkan untuk tetap mempertahankan pergelangan tangannya tetap lurus.Aland tidak merespon. Pria itu lebih memilih fokus pada pertarungan daripada perjanjian sepihak yang dicetuskan oleh Sofia. Andai Maurin tidak meragukannya, Aland tidak akan merespon ide konyol wanita yang bertarung dengannya ini. Astaga, ia tidak tahu apa ia harus terkejut atau tertawa. Menikah karena kalah tarung panco, ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. "Aku tahu kau ingat dengan kesepakatannya." Sofia kembali berkata. "Tapi aku akan mengingatkanmu sekali lagi. Jika aku menang, kita akan menikah." Sofia tidak menambahkan kemungkinan jika dia kalah, karena dia sangat yakin bahwa kemenangan a

  • Dinikahi Tuan Muda Lumpuh   19. Aku Siap!

    "Bagaimana kalau kita adu panco?"Aland kira ide menikah dengan Sofia lah yang paling menggelikan, tidak tahunya cara menerima usulan ide tersebut lah yang paling tidak masuk akal hingga berhasil membuatnya ingin marah juga tertawa dalam saat bersamaan. Bagaimana bisa adu panco dijadikan acuan untuk sebuah pernikahan. "Bagaimana, apa jawabanmu?" Desak Sofia yang terlihat seolah ia memang ingin menjadi nyonya Amstrong. Aland berani mempertaruhkan apa pun bahwa Sofia sama sekali tidak tertarik padanya. Aland mendongak, matanya menyipit memandangi tubuh ramping di balik baju yang begitu longgar. Lalu, tatapan Aland jatuh pada tangan femininnya yang lentur. Tatapan Aland kembali naik ke atas. Ke wajah Sofia yang minim akan polesan. Bahkan bibir Sofia sedikit pucat, pertanda gadis itu tidak mengenakan kosmetik sama sekali."Kau sungguh ingin menikah denganku?" Aland hanya bertanya basa basi. "Ya, jika aku menang."Dan Sofia yakin ia akan menang 100 persen. Dalam keadaan normal, jika pri

  • Dinikahi Tuan Muda Lumpuh   18. Kesepakatan

    Aland berbaring hanya mengenakan celena pendek ketat berwarna hitam. Sementara Abel mulai memberikan pijatan ditubuhnya. Pijatan Abel mungkin tidak semenyiksa pijatan Sofia, tapi Aland benar-benar tidak nyaman dengan sentuhan wanita itu. "Pijat lah di titik yang seperlunya saja," ucapnya dengan dingin meski ia sendiri tidak yakin apa memang ada titik-titik tertentu.Abel tertawa renyah, tidak ambil hati dengan ucapan dingin yang dilontarkan Aland. "Aku lah terapisnya, Aland. Kau tinggal menikmati, maksudku tinggal menunggu hasil." Pijatan Abel naik ke betis, terus maju ke paha bagian dalam, tangannya terus saja bergerak, bukannya memberi pijatan tapi wanita itu justru dengan sengaja berusaha untuk merangsangnya. Aland merasa mual dan jijik, belum lagi tatapan Abel yang fokus pada organ bagian intimnya. Celana renang super ketat yang ia kenakan tentulah akan dengan mudah mempertontonkan reaksi atas sentuhan Abel. Organ intimnya tetap saja tidur dengan nyaman, tidak memberikan reaksi

  • Dinikahi Tuan Muda Lumpuh   17. Dia Terapis Hebat

    Setelah dipecat, setelah pertikaian antara dirinya dan Aland yang tidak berkesudahan, Sofia pergi mengunjungi ibunya di panti. Ia juga menginap di sana selama satu minggu. Selama satu minggu tersebut, Mr. Amstrong datang mengunjungi mereka, membujuk agar Sofia bersedia pulang meski bukan sebagai terapis Aland lagi. Entah ini kabar baik atau buruk, Aland bersedia mendapat perawatan dari terapis lain. "Apa yang akan kulakukan di sana, Uncle?" Tanya Sofia saat Mr. Amstrong kembali datang dan mengajaknya pulang."Banyak hal yang bisa kau lakukan di sana," sahut pria itu dengan tatapan hangat khas kebapakan. "Itu adalah rumahmu. Bukankah kau putriku?"Benar, Sofia juga sangat menghormati pria tua di hadapannya ini. Orang yang memiliki kontribusi atas pencapaian yang ia dapatkan sekarang. Ia sangat menghormati Mr. Amstrong juga menyayangi pria itu. Sejujurnya, Sofia tidak akan sanggup menolak apa pun permintaan Mr. Amsrtong. Sambil tersenyum, dia menganggukkan kepala. "Ya, aku akan sela

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status