Share

5. Malam yang Dinantikan

last update Last Updated: 2023-03-01 19:38:26

Luisa sudah di rumah sejak pukul tujuh malam. Gaji Bik Noni sudah ia berikan dan Bik Noni ijin pulang kampung untuk dua hari. Memang sudah menjadi kebiasaannya, setelah menerima gaji, makan akan ijin selama dua hari untuk melihat anaknya di kampung yang masih berusia enam tahun. 

Sekarang hanya dirinya saja yang berada di rumah besar, duduk di ranjang sambil menyalakan TV. Ia sama sekali tidak berani keluar kamar jika tidak ada Bik Noni di rumah ataupun suaminya. Acara yang ia lihat juga acara discovery Channel tentang hewan. Jika menonton drama Korea, ia akan mudah baper, kalau nonton horor, ia akan semakin mati ketakutan di rumah, jika nonton kartun, maka rasa pesimis nya kembali datang. Kenapa? Karena sekian tahun menikah, ia belum juga mendapatkan keturunan dari Edmun. 

Suara motor berhenti di depan rumahnya. Luisa turun dari tempat  tidur, kemudian berjalan ke arah jendela untuk melihat apakah benar motor itu berhenti di depan rumahnya. Rasa was-was itu pasti ada, apalagi ia sendirian saja di rumah. 

"Huft, akhirnya pulang juga." Luisa menghela napas. Ia keluar kamar dan menuruni anak tangga satu per satu dengan hati-hati. Pintu pagar memang tadi tidak ia kunci, sehingga suaminya bisa masuk, tetapi ia mengunci pintu utama rumah. 

Tok! Tok! 

"Iya, Mas, sebentar!" Seru Luisa dengan langkah lebarnya. Anak kunci itu ia putar dua kali. Edmun tersenyum sangat manis pada istrinya, tentu  saja sambil membawakan bungkusan makanan. 

"Darimana saja, Mas? Udah malam banget baru pulang," tanya Luisa sembari memberikan kunci pagar pada Edmun. Pria itu hanya tersenyum, lalu pergi ke depan untuk mengunci pagar. Luisa membaui aroma bungkusan yang dibawa suaminya. 

"Makanan kesukaan kamu." Edmun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju dapur. 

"Terima kasih, Mas." Luisa tersenyum senang. Ia menyusul suaminya ke dapur untuk mengambil air dan menyalin martabak ke dalam piring. Namun, Edmun sudah lebih dulu meneguk dua gelas air putih dingin sambil berdiri. 

"Sayang, aku lelah sekali hari ini. Habis mandi, pijat ya. Nanti gantian, aku yang pijat kamu. Jangan lupa bawakan teko air ke atas biar kita gak bolak-balik turun. Bik Noni pulang kampungkan?" Edmun sudah membuka bajunya, lalu ia masukkan ke dalam keranjang cucian. 

"Iya, Mas, naik duluan deh. Biar saya matikan lampu."

"Naik sama-sama saja. Nanti kalau kamu bawa air naik ke atas dalam keadaan gelap-gelapan, malah kesandung. Sini, biar aku yang bawa tekonya deh, kamu bawa gelas dan martabaknya, sekalian matikan lampu." Luisa mengangguk paham. Ia tersenyum melihat suaminya yang hari ini sudah baik-baik saja. Apakah urusannya di luaran sana sudah selesai? 

Luisa menunggu suaminya sampai selesai mandi, barulah ia menyantap martabak yang sudah sangat menggoda lidahnya itu. 

"Urusan kamu sudah beres, Mas?" tanya Luisa begitu suaminya duduk di depannya sambil mengambil sepotong martabak keju coklat itu. 

"Belum, tetapi ada orang yang bisa bantu suamimu ini, jadi sedikit lebih tenang." Edmun tersenyum tipis. 

"Papa ya? Papa pinjamkan uang seratus lima puluh sama kamu. Kamu bilangnya untuk urusan bisnis dan uang belanja aku. Sekarang  mana uangnya? Aku gak punya uang nih. Paling gak, gantiin uang gajian Bik Noni." Luisa merengek sambil memperlihatkan wajah memelasnya. 

"Ada, uang dari dompet kamu nanti Mas gantiin. Doakan saja perlahan urusan kita beres, sehingga mobil, brangkas dan isinya bisa kembali pada kita. Ah, ya ampun, tolong ambilkan dulu ponselku yang tertinggal di kamar mandi!" Pinta Edmun. Luisa mengangguk, menuruti perintah suaminya dan disaat itulah Edmun membuka dua kapsul obat tidur dan langsung ia masukkan ke dalam gelas Luisa. Tepat di saat yang bersamaan, Luisa keluar dari kamar mandi sambil menenteng ponsel suaminya yang setengah basah. 

"Ponsel kamu nanti rusak loh, Mas. Kebiasaan banget ke kamar mandi bawa HP." Luisa kembali mengambil potongan demi potongan martabak tadi hingga ia merasa perutnya kenyang. Tanpa rasa curiga sama sekali, ia minum air putih dari gelasnya. Tentu saja Edmun menghela napas lega, tinggal menunggu beberapa menit lagi agar efek obat itu bekerja. 

Luisa menguap. 

"Mas, kayaknya saya gak bisa pijitin kamu, Mas, udah ngantuk banget." Luisa bangun dari duduknya untuk berjalan ke tempat tidur. Wanita itu menghempaskan tubuhnya karena matanya sudah sangat mengantuk. 

Edmun membiarkan Luisa benar-benar pulas terlebih dahulu, baru ia ambil foto naked sang Istri. 

Luisa sudah tidak memakai pakaian apapun. Pose telentang dan pose miring di atas ranjang sudah dipotret oleh Edmun. Bagian dada dan juga area intim sempat di-zoom oleh Edmun, barulah ia menekan tombol kamera. Lekas ia mengirimkan empat foto tersebut pada bosnya. 

Kerja bagus, Edmun. Bunga utang kamu lunas. Tersisa utang pokok saja. Kamu harus bisa bikin Luisa tidur denganku, kalau tidak, foto ini akan tersebar ke penjuru negeri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
akhirnya suami brengsek berhasil ambil foto telanjang istrinya..setelah diberi obat tidur
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   260. Ekstra part

    "Ma, Kevin gak bersalah, Ma. Wanita itu memfitnah Kevin. Kevin gak tahu apa-apa soal Dion dan Kevin gak kenal wanita itu!" Kevin terus merengek pada mamanya dari balik jeruji besi. "Mama justru bingung sama kamu. Kalau kamu gak kenal, kenapa wanita bernama Elsa itu punya semua buktinya? Dia sampai punya struk pembayaran hotel, villa, bukti chat ponsel, bukti transfer, dan rekaman suara kamu berencana mencelakai lelaki bernama Dion. Mama gak bisa bantu kamu, Kevin. Mama harap kamu bertaubat! Pantas Tuhan tidak ijinkan Mama berbesan dengan Bu Rana, ternyata emang anak Mama yang gak pantas bersanding dengan putri mereka.""Mama, semua itu fitnah! Mama harus percaya Kevin." Namun yang dilakukan wanita adalah segera beranjak dari penjara. Tujuannya hari ini adalah pergi ke rumah orang tua Elsa. Ya, ia harus mendengar cerita tentang Elsa dan juga Kevin.Bu Dian terheran-heran melihat kedatangan seorang wanita yang tidak ie kenal."Ibu siapa ya?" tanya Bu Dian yang saat ini sedang menimang

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   259. Pengantin dan Keputusan

    Dewasa(21+) Romi dan Mutia sudah tiba di Bali. Tiket honeymoon pemberian Elsa tentu saja saja tidak akan dilewatkan oleh keduanya. Ya, Elsa-lah yang memberikan Romi tiket bulan madu sebagai hadiah pernikahan kedua suaminya. Sampai kapan pun Elsa merasa tidak akan bisa membalas semua kebaikan dan juga ketulusan suaminya. Pemuda yang menjadi tersangka atas skandal yang ia susun bersama kekasihnya Kevin. Sebuah foto dikirimkan Mutia pada Elsa sebagai informasi bahwa mereka sudah sampai di kamar pengantin yang dipesan oleh Elsa. Selamat berbulan madu. Itulah pesan yang dibalas oleh Elsa. Mutia memperlihatkan balasan pesan pada suaminya. “Aa yakin kalau Mbak Elsa baik-baik saja? kenapa diterima hadiah bulan madu seminggu ini. Mahal banget loh,. Padahal papa juga mau kasih tiket bulan madu, tapi udah keduluan Mbak Elsa,” kata Mutia tisak enak hati. Romi tersenyum hangat, lalu menarik Mutia dalam pelukannya. “Ing

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   258. Senangnya Dalam Hati, Punya Dua Istri

    “Kamu ini, Pa, gak dapat ibunya, tetap saja terobsesi dengan keluarganya. Anak sendiri masih muda, cantik kaya, malah dapatnya suami orang. Nambah anaknya pula.” Rana terus menggerutu di kursi orang tua pengantin. Wanita itu masih tidak ikhlas jika putrinya menikah dengan Romi; anak dari wanita yang dahulunya digilai suaminya. Ditambah posisi Romi saat ini masih istri dari Elsa yang baru tiga puluh dua hari yang lalu melahirkan, tentu saja pernikahan yang seperti terburu-buru ini mengundang banyak gosip di luaran sana. “Ma, anaknya saling suka, kok. Kenapa kita harus gak setuju? Romi itu anak baik. Solatnya rajin dan juga pintar. Dia belum lulus aja udah dapat kerjaan. Pernikahannya dengan Elsa itu kecelakaan, bukan seperti pernikahan lainnya. Mama gak perlu khawatir, anak perempuan kita pasti senang dan bahagia bisa menikah dengan pujaan hatinya.” Levi tersenyum pada para tamu undangan yang sedang berjalan ke arahnya untuk bersalaman. Di seberang kursi orang tua ada L

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   257. Mendadak Mulas

    "Selamat Pak Romi, bayinya lelaki dan lahir dengan selamat, meskipun baru delapan bulan di dalam perut.""Alhamdulillah, apa saya bisa melihat istri saya, Dok? Istri saya beneran gak papa?""Nggak papa, Pak, semuanya sehat selamat. Lagi disiapkan dulu untuk pindah kamar ya. Bayinya juga dibersihkan dulu, baru nanti bisa diazankan.""Berat badannya berapa, Dok?" tanya Bu Diana menyela."Beratnya tiga kilogram lebih dua ons. Panjangnya empat puluh sembilan. Normal semua dan tampan." Romi tersenyum senang sambil menoleh pada mertuanya. "Alhamdulillah, terima kasih banyak, Dok." Semua orang yang ada di sana ikut senang dengan kabar yang diberikan dokter, termasuk Luisa dan suaminya. Meski mereka tahu yang lahir bukanlah cucu dari benih anak mereka, tetapi mereka tidak keberatan dan tetap menerima Elsa. "Selamat Romi, terima kasih sudah menjaga Elsa dengan baik. Bunda gak sangka anak lelaki Bunda bisa hebat sekali seperti ini," ucap Luisa sembari memeluk putranya. Romi terharu, hingga ad

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   256. Persiapan Pernikahan

    "Mama gak habis pikir sama kamu, Elsa. Apa maksud kamu membiarkan Romi menikahi gadis bernama Mutia? Romi itu suami kamu. Dia peduli sama kamu, Elsa. Kamu hamil dan dia juga sayang sama anak kamu!" Bu Diana hampir menangis saat mengetahui kabar bahwa Romi baru saja melamar gadis bernama Mutia. "Gak adil buat Romi, Ma. Sampai saat ini saya gak tahu bagaimana saya di masa lalu. Saya juga gak ngerti hubungan saya dan Romi seperti apa. Ternyata Romi punya wanita yang ia suka, begitu juga sebaliknya. Romi terlalu baik, Ma. Gak mungkin Elsa tega mengambil Romi. Setelah anak ini lahir, Elsa akan melepas Romi. Ini sudah keputusan Elsa. Romi pun setuju. Mama gak usah khawatir, Elsa gak papa. Elsa udah anggap Romi itu adik Elsa. Benar dia sayang Elsa, tapi sebagai kakak, bukan pasangan karena Romi menyukai dan mencintai Mutia. Bulan depan mereka akan menikah, dua Minggu menjelang saya HPL, semoga saja berjalan lancar." Bu Dian memijat keningnya. Ia tidak bisa begitu saja merubah keputusan putr

  • Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami   255. Berdamai dengan Takdir

    "Mbak Elsa mau tinggal di sini?" Romi menatap Elsa tidak percaya."Iya, mau di sini saja nginep lagi. Rumah bunda kamu adem." Romi merapikan baju kemeja yang hari ini ia pakai ke kampus. Pemuda itu tidak keberatan saat istrinya membantu mengancingkan beberapa kancing kemeja bagian bawah. "Saya mau kuliah.""Iya, yang bilang kamu mau konser itu siapa? Kuliah aja. Aku mau di sini. Ini kan rumah suamiku." Elsa memegang kedua pipi Romi sambil tersenyum."Boleh? Kalau gak boleh, aku cium, nih!" pemuda itu tidak punya pilihan selain setuju. Elsa tertawa, lalu mengambil tas ransel Romi untuk dibawa ke depan."Aku tunggu di ruang makan ya." Romi menatap pintu yang tertutup kembali. Tidak ada debat di jantungnya, seperti bila ia berdekatan dengan Mutia. Murni sikapnya pada Elsa adalah bentuk perhatiannya sebagai suami. Ditambah Elsa yang sedang amnesia bersikap begitu baik, maka tidak ada alasan baginya untuk membalas sikap buruk Elsa sebelum kejadian kecelakaan itu. Gegas ia menyemprotkan p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status