Share

Bab 7

TIWI

"Ternyata susah ya buat kamu untuk mengatakan iya pada keinginanku?" tanya Mas Kevin setelah aku kemukakan alasanku untuk mengunjungi makam kakekku.

Aku tak perlu berbohong. Kuanggukkan kepala dengan cepat. "Ya."

"Jadi besar kemungkinan kamu akan menolak?"

"Bisa jadi."

"Berarti kamu tidak takut dengan perceraian?"

"Kalau memang akhirnya harus seperti itu, mau bagaimana lagi? Jodoh ada di tangan Tuhan. Meskipun kakek menginginkan aku jadi jodoh mas, kalau Tuhan tidak berkehendak, aku bisa apa?"

Rahang Mas Kevin tampak mengencang. Dia lalu berdiri dari duduknya. "Aku tidak selera untuk sarapan. Nanti aku sarapan di kantor saja." Mas Kevin baru akan berbalik badan ketika dia menoleh padaku kembali. "Oya, aku tidak bisa mengantarmu ke desa. Kamu pakai travel saja."

"Iya. Mas Kevin jangan khawatir. Aku bisa pergi sendiri."

Dengan wajah marah, Mas Kevin pun meninggalkan meja makan.

Aku menghela nafas panjang melihat reaksinya. Merenungi sebentar kejadian barusan sebelum akhirnya menik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status