"Menyingkirkan!!" Kata Daniel marah, saat langkahnya dihalangi oleh Gio. Sementara para bawahan Liam mulai menunjukan taring mereka dengan mengeluarkan pistol. Gio yang melihat situasi semakin tidak kondusif, tentu saja tidak bisa membiarkan Daniel menjadi korban. Lantas ia pun tidak memiliki pilihan lain selain melumpuhkan Daniel dengan menepuk pundak belakangnya, guna membuat atasannya itu pingsan. "Tuan maafkan saya, saya terpaksa melakukan semua ini untuk keselamatan Tuan sendiri. Ini adalah perintah Tuan gunawan," kata Gio seraya menyingkirkan tubuh Daniel dari tempat ini. Sedangkan Liam melirik ke arah kaca besar yang ada di ruangan, ia tersenyum penuh arti. "Ini adalah sebuah peringatan, agar kamu nggak bermain-main denganku." *** Di dalam kelas, Naura terus berkonsentrasi untuk menyesuaikan tugas yaitu menciptakan game baru. Naura duduk tegak di kursi kelas A1 yang mewah, tatapannya terpaku pada layar holografik yang melayang di depannya. Jari-jarin
"Saham?" tanya Naura memastikan. Liam mengangguk, tatapan terlihat penuh cinta pada Naura. "Aku tidak mau melihat ada orang yang merendahkan mu lagi. Walaupun nantinya pernikahan ini nggak bisa dilanjutkan, tapi kamu bisa hidup dengan baik." Ucapan Liam langsung membuat jantung Naura berhenti berdetak seketika. Ada rasa kecewa dan juga sakit, tapi ia buru-buru mengubah mimik wajahnya menjadi senyuman. "Tapi ... Saham ... " ucapan Naura terhenti. Liam menyela ucapannya. "Kamu nggak perlu merasa sungkan. Tanpa bantuanmu, mungkin aku sudah mati sekarang. Ini hanya hal kecil bagiku." Naura pun mengangguk. "Naura tolong jangan sedih, kamu harus jadi orang yang materialistis. Dengan saham ini, nggak ada lagi orang yang menindas mu. Bahkan nantinya setelah tidak lagi menjadi bagian dari keluarga Arnold. Kamu bisa hidup dengan baik bersama ibumu." Naura menyakinkan dirinya sendiri, bagaimana pun dia tidak boleh serakah. Sekarang hidupnya juga berubah jauh lebih baik dibandingkan
Liam menggertakkan gigi-giginya, ntah kenapa ia merasa tidak senang saat tangan Naura dipegang oleh Daniel. "Apa yang ingin kamu lakukan? Dia istriku!!" Ia berusaha menjauhkan tangan Daniel, tapi Daniel malah semakin mengeratkan pegangan tangannya. Wajahnya terlihat menantang Liam. Walaupun Liam menjauhkan tangan Daniel dari tangan istrinya dengan kekuatan rendah, ia bisa melihat jika Naura merasa kesakitan. Akhirnya ia tidak lagi menarik tangan Daniel, karena hal itu malah akan menambah rasa sakit yang dirasakan oleh Naura. Jadi sekarang posisinya, tangan Naura yang satu dipegang lembut oleh Liam, tangan satunya lagi dipegang erat oleh Daniel. Ucapan Liam membuat semua orang yang berada disana merasa terkejut. Karena sebagai pengusaha nomor satu dinegeri ini, bukankah harusnya ada berita yang tersebar jika Liam sudah menikahi Naura. Tapi, selama ini berita yang tersebar diluar sana, hanya memberitakan tentang kematian Liam yang masih simpang siur. Beberapa ora
Pagi itu, sinar matahari menembus sela pepohonan rindang di jalan belakang mansion, menciptakan bayangan hangat yang menari-nari di aspal. Liam yang merasakan kekhawatiran yang dilandasi istrinya pun bertanya, "Apakah ada yang kamu khawatirkan sekarang?" Bagaimana pun juga, sekarang ini ia masih membutuh darah Naura, jadi ia harus menjaga darah itu. Naura langsung menggeleng, "Nggak ada ... " katanya bohong. Sesekali ia nampak mencuri pandang ke arah suaminya, "Kenapa sekarang ini aku merasa jika suamiku sangatlah manis? Tidak seperti rumor diluar sana yang mengatakan, jika Liam adalah orang yang kejam dan juga berdarah dingin." Ekspresi Liam menunjukkan, jika pria itu seperti tidak mempercayai ucapannya. Naura yang tidak punya pilihan lain memilih untuk menggenggam tangan Liam erat, langkah mereka seirama menyusuri jalan kecil yang sepi, dikelilingi bunga-bunga yang mulai bermekaran. Saat mereka tiba di depan sebuah rumah mungil, namun tampak anggun dengan cat putih
"Aku anggap diam mu sebagai jawaban ya." Naura berseru, "Tolong jangan!!" "Tolong jangan hancurkan perusahaan milik ayahku, saham ayahku di Alfa Grup hanya sekitar 20 persen. Sisanya milik para dewan direksi, kasihan mereka kalau merugi." "Terus diperusahaan, juga banyak sekali pekerja. Mereka membutuhkan biaya untuk menghidupi keluarganya." "Aku akan membalaskan dendam pada ayahku sendiri, tapi aku hanya ingin dia menyesal telah menyiksa ku dan juga ibuku selama ini. Bukan malah membalas dendam yang juga akan menghancurkan hidup orang lain." Liam terdiam, ia seperti tertampar oleh ucapan Naura. Walaupun umur istrinya itu jauh lebih muda dibandingkan dengan dirinya, tapi pemikiran Naura sangat jauh lebih dewasa. Sebelumnya, Liam adalah seorang pebisnis biasa yang memiliki otak yang sangat genius. Walaupun Arnold grup sudah berjaya sejak berabad-abad lalu dan menduduki perusahaan kelas atas di negara ini, tapi Arnold grup baru menjadi perusahaan nomor satu dinegeri
"Aku akan mengantarmu ke kampus, tapi sebelum itu biarkan aku meminta restu dari ibumu." Liam perlahan melepaskan pelukan istrinya. Deg. Jantung Naura terasa seperti berhenti berdetak seketika. Ia masih merasa, jika semua ini adalah mimpi. Sebuah mimpi indah seperti di kisah dongeng. "Benarkah semua ini nyata? Seorang Liam Arnold pebisnis nomor satu di negeri ini ingin meminta restu pada ibunya?" Naura mengerjapkan matanya beberapa kali seraya menatap ke arah suaminya. Walaupun, ia tidak tahu bagaimana akhir dari pernikahan ini. Tapi seenggaknya, Liam mau mengormati ibunya dan membuat ibunya tidak cemas. Naura malah teringat, sebelumnya ia hanya tidur di loteng ditemani dengan tikus yang mondar mandir. Hidup dalam penderitaan karena disakiti ayahnya maupun keluarga besar ayahnya, ntah fisik atau pun hinaan sering Naura dapatkan. Dan sekarang, ia masih merasa sulit mempercayai dengan perubahan dalam hidupnya. Liam yang bisa menangkap keraguan dari wajah istrinya