Home / Romansa / Dipaksa Menikah dengan CEO / Bab 3 Dorongan Kencan Buta

Share

Bab 3 Dorongan Kencan Buta

Author: Dewly Lily
last update Huling Na-update: 2023-09-30 20:50:17

Kamar dengan atap kubah berlangit-langit putih itu memiliki nuansa warna putih, marun dan perak yang memberikan kesan begitu mewah untuk sebuah ruang kamar berukuran 3×5 meter. Mulai dari tirai, hiasan kaca, hiasan dinding, karpet, pinggiran kursi sampai dipan dilapisi dengan warna yang dominan terlihat mewah.

Terdapat dua lampu gantung, masing-masing di atas tempat tidur beludru warna marun dan satu lagi di atas sofa untuk menjamu tamu. Tak lupa lantai marmernya yang berwarna gading semakin memperindah suasana kamar.

Kini Malvin duduk di sofa yang sengaja didekatkan di sisi ranjang king size tempat Nenek Puspa bersandar. Setelah landing sampai di Jakarta. Ia memutuskan untuk segera menemui Nenek Puspa serta Kakek Rama di mansion yang sudah berkali-kali melakukan renovasi ini.

Nenek Puspa tampak begitu pucat. Kali ini ia benar-benar terkejut dengan rumor yang menyebar mengenai cucu kesayangannya. Di tengah kondisi fisik serta mental yang terguncang, setidaknya ia senang akhirnya bisa melihat paras tampan cucunya kini tepat di hadapan.

"Bagaimana mungkin cucuku yang tampan ini adalah seorang ga—" Nenek Puspa tercekat. Mulutnya tak sanggup melanjutkan kalimat yang ingin diutarakan.

Wanita lanjut usia itu sontak menunduk, kembali terisak. Malvin mencengkeram telapak tangan, begitu kencang hingga membuat otot tangannya menyembul keluar membuat cetakan terlapis kulit pria itu.

"Nenek percaya dengan rumor tersebut?" tanya Malvin merasa kesal.

Bagaimana bisa dia justru dirumorkan menjadi seorang g a y?!

Setelah membereskan Andreas serta penerbit majalah yang menulis berita bohong tentangnya. Masalah ini ternyata tetap belum terselesaikan. Terlihat dari Nenek Puspa yang masih terpengaruh dengan berita hoax tentangnya. Belum lagi tatapan Kakek Rama yang terus memelototinya, sampai-sampai bola matanya mungkin akan keluar.

"Nenek berusaha untuk tidak percaya, tetapi melihat dari sikapmu selama ini yang tidak mau dijodohkan atau pun menghadiri kencan buta. Nenek jadi yakin," cetus Nenek Puspa kembali terisak.

Membuat Malvin bertambah kesal, bagaimana bisa itu dijadikan alasan yang kuat. Padahal ia hanya tidak mau menghabiskan waktunya yang berharga hanya untuk kencan buta yang tiada habisnya.

Kini tubuh berbalut pakaian rumahan yang terlihat elegan itu dipeluk oleh Kakek Rama.

"Tenang Istriku. Jangan menangis lagi. Aku sedih jika kamu menangis terus," tukas Kakek Rama berkaca-kaca memandangi sang istri.

Malvin membuang napasnya pelan, merasa jemu dengan pemandangan di depan mata. Melihat jam di pergelangan tangan ia mendesah. Waktunya telah terbuang banyak di mansion ini. Saat ini juga ia harus menjelaskan bahwa hasrat seksual dalam dirinya tidak berlainan. Kemudian, ia harus kembali bekerja serta menghadiri rapat.

"Perlu aku tekankan saat ini. Aku normal dan aku bukan gay!" tegas Malvin memberitahu, berhasil mengalihkan atensi Kakek Rama serta Nenek Puspa.

"Syukurlah," Riang Nenek Puspa begitu antusias. Ternyata apa yang ia khawatirkan tidak benar adanya.

"Dengan apa kamu membuktikan itu? Apakah dengan mau menghadiri kencan buta besok siang?" tantang Kakek Rama mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Aku sibuk!" tandas Malvin merapatkan gigi.

"Malvin, nenek senang bahwa kamu pria yang normal. Tetapi umurmu sudah menginjak 29 tahun. Setahun lagi menginjak kepala tiga. Apa tidak ada pikiran untuk menikah?" tanya Nenek Puspa dengan lembut. Mencoba membujuk cucunya.

Walaupun ia tak terang-terangan meminta cucunya menghadiri kencan buta. Namun, dalam lubuk hati Nenek Puspa sangat ingin cucunya itu merasakan cinta kemudian menikah dan memiliki anak. Walaupun ia tahu betul, kenapa cucunya gila kerja sampai seperti ini.

"Mungkin dia ingin menikahi pekerjaannya, istriku. Padahal aku sudah susah payah menggaet anak tunggal perusahaan InterPress Group untuk kencan buta besok siang," keluh Kakek Rama membuang napasnya kesal.

Malvin kembali melihat jam di pergelangan tangan. Ia harus segera kembali serta menyelesaikan permasalahan ini.

"Aku akan pergi ke kencan buta itu. Nenek tidak perlu khawatir aku pasti akan menikah," ucap Malvin, jika ia sudah memutuskan. Maka, ucapannya mutlak akan dilakukan.

Kakek Rama dan Nenek Puspa melongo mendengar penuturan Malvin. Tidak percaya akhirnya sang cucu mengatakan keinginannya untuk menikah.

"Aku harus pergi sekarang!" imbuh Malvin ia pun segera beranjak dari duduknya. Setelah pamit pria itu langsung melenggang ke luar kamar. Meninggalkan Kakek Rama serta Nenek Puspa yang kemudian saling tatap dengan pikiran yang sama. Apakah benar Malvin berniat untuk menikah?

***

"Kosongkan jadwalku selama satu jam besok siang," pinta Malvin kepada Savian, sekretarisnya.

"Jika seperti itu. Saya harus mengundurkan rapat dengan klien. Jadi alasan apa yang harus saya berikan?" tanya Savian membenarkan letak kacamata dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya tengah sibuk menggenggam iPad memeriksa jadwal.

"Aku akan menemui calon istriku," tandas Malvin dengan santainya.

"Ha! Calon istri?" seru Savian tampak terkejut mendengarnya.

"Iya, aku akan menikahi wanita yang hadir di kencan buta besok. Siapa pun wanita itu!" tukas Malvin mengambil keputusan.

"Pak CEO sudah mengenal wanita itu?" tanya Savian memastikan.

"Belum. Besok aku akan mengenalnya," jawab Malvin dengan enteng.

"Kenapa Pak CEO ingin menikahnya?" tanya Savian akhirnya. Karena ia bahkan meragukan pikiran menikah itu terlintas di pikiran Malvin, atasannya sejak lama.

"Yeah, aku tak ingin hasrat seksualku dipertanyakan dan juga waktuku terlalu berharga jika terus digunakan untuk perjodohan. Jadi selesaikan saja permasalahan ini sekaligus," terang Malvin memberitahu. Savian langsung mengangguk mengerti. Paham betul dengan tabiat serta karakter atasannya selama ini.

Jika Malvin sudah memutuskan berarti keputusan itu sudah mutlak bahkan mungkin untuk kisah cintanya yang diputuskan tanpa ragu.

Kira-kira wanita seperti apa yang akan ditemuinya?

***

"Hiks ... hiks ... hiks," tangis Moza membaringkan wajahnya di meja.

"Jadi karena itu lo galau kek gini. Aduh! Sudah sepuluh tahun berlalu loh. Lo masih aja ngarepin si Rendy," sungut Thara duduk berhadapan dengan Moza yang galaunya gak ketulungan di kedai seblak pinggir jalan.

"Huhu .... Ya, kan gue cinta," jawab Moza mengusap air matanya.

"Lagian bisa-bisanya si Rendy malah pacaran sama cewek yang lebih muda. Bukannya lebih dewasa loh ya. Dari segi penampilan juga keknya cantikan lo," gerutu Thara ikut kesal. Melihat nasib sahabatnya yang terlanjur ngenes.

"Tapi dia itu imut gak kaya kue yang amit-amit. Hiks! Hidup gue ngenes amat ya Tuhan. Udah jomlo miskin lagi. Mana bulan ini gue belum setor buat nyicil pinjaman," keluh Moza membenturkan kepalanya merasa pusing.

Kira-kira ia harus nyari uang di mana lagi? Haruskah ia mengambil kerja sambilan sebagai freelance, tapi itu sangat menyita waktu serta tenaga. Belum lagi kerjaan di kantor. Bisa-bisa berhari-hari Moza tidak tidur mengerjakan double project. Wanita itu menghela napas merasa lelah.

"Utututu sayangnya aku. Tenang sahabatmu ini kan anaknya konglomerat." Sombong Thara yang memang anak tunggal salah satu konglomerat di negeri ini.

"Enggak! Gue gak mau ngutang lagi ke elu. Abis tiap ngutang minta jaminan mulu. Pas udah dilunasin jaminan gue yang lu ilangin. Masih inget, kan lu sama jam tangan kesayangan gue?" Sinis Moza dengan kesalnya teringat kembali dengan kejadian bulan lalu.

"Hehe, ya maaf." Thara menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Atau gini aja lu mau gak kerja sambilan jadi joki gantiin gue di kencan buta besok?" tawar Thara berhasil mengalihkan atensi Moza.

"Heh! Yang kencan buta siapa yang dateng siapa!" sungut Moza menolak mentah-mentah.

"Ayolah bantu gue sesekali. Gue capek pergi kencan buta mulu. Kalo gak dateng bisa-bisa bokap gue narik kartu atm gue. Emang sih gue punya penghasilan tapi kan masih gak nyukup. Hidup sahabat lu tengah dipertaruhkan ini," terang Thara membujuk Moza dengan wajah sok memelas.

"Tinggal terima aja napa. Lu juga kan jomlo," ketus Moza memberi alasan untuk menolak.

"Gue tuh mau menemukan jodoh gue sendiri dan gue gak mau kalah dari Bokap gue," aku Thara bertekad dengan kedua mata bersinar.

"Permasalahan anak konglomerat emang beda," cetus Moza membuang napas pelan.

"Nah, buat ngilangin rasa galau lo karena Rendy, mending lo gantiin gue. Patahin harapan cowok yang dijodohin sama gue. Buat kencan buta itu berakhir dan gue bakal bayar lo kontan sebagai upah kerja sambilan, gimana?" bujuk Thara lagi tak gentar.

Moza menarik napasnya pelan, seumur-umur dia belum pernah pergi ke kencan buta. Jika kali ini Thara meminta bantuannya. Sepertinya ia bisa membantu. Lagian ia juga sedang BU alias butuh ua ng. Ya, demi nama persahabatan serta kebutuhan hidupnya Moza akan menyetujuinya kali ini.

Kira-kira pria seperti apa yang akan ditemui Moza?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 35 Menanti Hari Bahagia

    Bab 35 Menanti Hari BahagiaSejak lamaran Malvin dan Moza viral di media, nama Moza mendadak jadi buah bibir. Beberapa portal berita menyoroti kisah cinta mereka, sebagian publik mendukung, tapi tak sedikit juga cibiran yang muncul.Moza membaca komentar-komentar itu dengan hati ciut.“Dia bukan siapa-siapa.”“CEO Batara Group menikahi gadis biasa? Lucu banget.”“Pasti cuma ngincer harta.”Ia menutup layar ponselnya dengan tangan gemetar. Nafasnya terasa berat, dadanya sesak.Pintu kamar terbuka, Malvin masuk dengan langkah tenang. Ia langsung duduk di samping Moza, menatapnya penuh selidik. “Kamu kenapa?”Moza buru-buru menggeleng. “Nggak… nggak apa-apa.”Malvin mengerutkan dahi. “Kamu baca komentar orang, ya?”Air mata Moza jatuh, meski ia cepat-cepat menyeka. “Aku takut, Vin. Mereka semua benar. Aku bukan siapa-siapa. Aku cuma karyawan biasa. Bagaimana mungkin aku bisa jadi istrimu? Aku… aku takut bikin malu kamu.”Malvin menarik napas panjang, lalu menggenggam jemarinya erat. “Moz

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 34 Lamaran yang Menghebohkan

    Bab 34 Lamaran yang MenghebohkanRestoran mewah itu dipenuhi cahaya lilin dan alunan musik lembut. Malvin menatap Moza dengan sorot mata penuh keyakinan, sementara kotak cincin kecil di tangannya terbuka, memperlihatkan permata yang berkilau di bawah cahaya.“Moza…” suara Malvin terdengar jelas, dalam, dan penuh ketulusan. “Maukah kamu menikah denganku?”Air mata Moza langsung jatuh tanpa bisa ditahan. Ia menutup mulut dengan kedua tangan, tubuhnya gemetar. Sementara hatinya campur aduk antara bahagia, takut, dan tak percaya momen ini benar-benar terjadi.“Malvin, aku…” suaranya tercekat.Malvin tersenyum samar, lalu bangkit dari kursinya, berlutut di hadapan Moza. Semua tamu restoran sontak memperhatikan mereka. Beberapa bahkan bersorak kecil, sebagian lainnya mengeluarkan ponsel untuk merekam.Moza panik melihat sorotan itu. “Vin, berdiri… orang-orang lihat!”“Biar saja,” jawab Malvin mantap. “Aku tidak malu menunjukkan pada dunia siapa wanita yang aku cintai.”Moza terisak, wajahny

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 33 Keseriusan Malvin

    Bab 33 Keseriusan MalvinKeesokan harinya, sesuai permintaan Nenek Puspa, Malvin dan Moza datang ke rumah keluarga besar Batara. Udara di ruangan terasa tegang. Semua anggota keluarga sudah berkumpul, termasuk Kakek Rama yang duduk di kursi besar dengan wajah serius.Moza menunduk sepanjang jalan masuk, merasa sangat canggung. Jemarinya sesekali menggenggam ujung rok, menahan gugup. Sementara Malvin berdiri tegak di sampingnya, wajahnya tenang namun tegas.“Kamu akhirnya datang juga, Malvin.” Suara Kakek Rama terdengar berat.“Ya, Kek. Ada apa?” jawab Malvin sopan.Nenek Puspa menatap cucunya dengan pandangan lembut, lalu bergeser pada Moza. “Kami dengar kabar, Malvin. Tentang hubunganmu dengan gadis ini.”Moza sontak menegang, jantungnya berdetak kencang. Ia melirik Malvin dengan panik, seakan ingin kabur saat itu juga. Namun genggaman tangan Malvin yang tiba-tiba menyentuh jemarinya membuatnya sedikit tenang.“Benar, Nek. Aku menjalin hubungan dengan Moza. Dan aku tidak main-main.”

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 32 Dukungan yang Tak Terduga

    Bab 32 Dukungan yang Tak Terduga Pintu ruangan CEO Batara Group masih terbuka lebar. Thara berdiri di sana, menatap dengan wajah kaget antara Moza dan Malvin yang berdiri berdekatan. Tatapannya sempat beralih ke jemari Moza yang masih dalam genggaman Malvin, membuat suasana makin canggung. Moza buru-buru melepaskan tangannya, wajahnya memerah panik. “Tha… aku bisa jelasin.” Thara menghela napas panjang, lalu melangkah masuk, menutup pintu perlahan. Wajahnya tidak marah, hanya penuh kebingungan. “Jelaskan apa, Za? Aku udah tau semuanya," balas Thara membuat Moza langsung ternganga. Apa maksudnya dari udah tau semuanya? Thara mendekat ke Moza, lalu meraih tangan sahabatnya. “Za, aku justru merasa lega." Moza mengerjap, bingung. “Le … lega?” "Iya, karena kamu akhirnya bisa lupain Ryan. Aku tahu kamu sebenarnya juga ada rasa kan untuk Malvin," "Itu ...." Moza terdiam, sadar jika ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri. Namun, Moza juga sadar siapa dirinya. “Tha,

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 31 Ketahuan & Pengakuan

    Bab 31Ketahuan & PengakuanLangkah Moza terasa berat ketika melintasi lobi kantor Batara Group sore itu. Tas kerja disampirkan di bahu, sementara jemarinya meremas ponsel erat-erat. Sejak beberapa hari terakhir, perasaannya tak pernah tenang. Semakin sering ia bertemu Malvin, semakin besar pula ketakutan yang membayangi: kebohongannya terbongkar.Namun, anehnya, semakin lama ia bersama pria itu, ada getaran yang tak bisa ia pahami. Tatapan mata tajam Malvin, suara beratnya yang penuh wibawa, bahkan kebiasaan kecilnya menyentuh rambut setiap kali berpikir—semua membuat hati Moza berdebar tak karuan.“Aku nggak boleh baper … ini semua cuma akting. Ingat, Moza,” batinnya menegur diri sendiri.Sayangnya, logika tak pernah mampu melawan rasa.***“Masuk,” suara berat Malvin terdengar jelas ketika pintu ruangannya diketuk.Entah kenapa tiba-tiba Thara alias Moza yang menyamar diminta untuk datang langsung ke kantor menemui Malvin secara langsung. Moza melangkah masuk dengan hati-hati. Pand

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 30 Malvin Tahu Sekarang

    "Kumohon Tuan rahasiakan kebenaran ini," bujuk Thara dengan wajah memelas. Savian mematung di tempat, ia sudah memprediksi respon Thara. Namun, ia tak menyadari jika dirinya akan segoyah ini. Thara meraih kedua tangan Savian kemudian menggenggamnya dalam satu telungkupan tangan. Wanita itu bersungguh-sungguh dengan permintaannya. "Mungkin akan sangat sulit karena di satu sisi Tuan adalah karyawan Batara Group. Tapi saya mohon untuk satu ini, demi kebaikan bersama. Karena Moza menggantikan saya juga karena saya memaksa dia. Jadi ini semua salah saya. Jika Moza sampai dipecat, hubungan persahabatan kami yang sudah terjalin bertahun-tahun pasti hancur. Saya mohon Tuan, tolong jangan beri tahu identitas Moza yang sebenarnya ke Malvin," pinta Thara dengan kedua bola mata berkaca-kaca menatap pria di hadapannya.Savian mendesah sepertinya ia memang sudah goyah sejak awal. "Baiklah Nona saya tidak akan memberitahukan Pak CEO tentang kebenaran Nona Moza," cetus Savian setelah tahu tentang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status