Home / Romansa / Dipaksa Menikah dengan CEO / Bab 2 Moza Si Next Try

Share

Bab 2 Moza Si Next Try

Author: Dewly Lily
last update Last Updated: 2023-09-30 20:05:57

JAKARTA

Lantai delapan tempat divisi pemasaran satu berada. Ruang kerja berisi enam meja yang saling bersisihan kecuali meja manajer serta wakil manager itu kini dipenuhi dengan wajah-wajah tegang. Setelah mengetahui jika perusahaan akan menyambut CEO baru yang telah lama mengurus perusahaan cabangnya di New York, setiap divisi langsung sibuk merapikan laporan di divisinya masing-masing. Karena dari semua divisi di perusahaan tidak ingin kena semprot oleh pimpinan baru.

Setelah berlarut-larut dalam kerjaan, waktu istirahat akhirnya tiba. Semua karyawan dalam ruangan tampak membenarkan posisi duduknya, tetapi tidak ada yang berani istirahat keluar di hari yang super sibuk kali ini. Belum lagi Bu Manager hari ini yang terlihat super sensitif karena data laporannya tak kunjung selesai direkap.

Namun, berbeda dengan seorang wanita bernama Moza. Di tengah suasana menegangkan dalam ruangan, wanita itu masih sempat-sempatnya menyunggingkan senyum lebar, tatkala sebuah pesan ajakan makan siang bersama, oleh sang pujaan hati masuk melalui notifikasi pesan chat yang berhasil menggetarkan hatinya.

Di tengah kemelut di dalam ruangan, Moza mencoba mengendap-endap keluar. Hingga akhirnya berhasil keluar dengan aman dan orang-orang dalam ruang divisi tidak menyadarinya. Moza mengembuskan napas lega, saat akan fokus melanjutkan langkah keluar, ia justru tiba-tiba menabrak seseorang.

"Aduh!" Kepala Moza terantuk sesuatu yang keras. Wanita itu menoleh, menangkap sesuatu yang menabraknya.

"Eh, Pak Eko," sapa Moza dengan kikuk, menatap sosok gempal dengan rambut belah tengah yang telah mengarahkan box file ke arahnya.

"Hayo loh mau ke mana kamu, Moza?" tanya Pak Eko telah memergoki salah satu bawahannya itu yang tengah memasang tampang tak tahu malu.

"Istirahat, Pak," jawab Moza cengar-cengir.

"Moza, kamu tahu kan hari ini pekerjaan kita banyak sekali. Bahkan karyawan lain melewatkan makan siangnya karena hal itu. Kamu malah mau istirahat di luar. Belum lagi Bu Manager yang sedang sensitif. Kamu mau apa kami semua diomelin juga gara-gara kamu?!" cerocos Pak Eko mengeluarkan jiwa kepemimpinannya selalu tidak pada tempatnya. Karena apa? Karena jelas Moza tidak akan mendengarkannya kali ini.

Baginya pertemuan kali ini sangat penting. Sepenting dirinya yang terus membayangkan jika cinta sepihak selama 12 tahun yang ia pendam selama ini akan berakhir dengan pernyataan cinta serta cincin berkilau tersemat di salah satu jari manisnya.

"Ayolah, Pak. Izinkan saya keluar ya," pinta Moza memasang wajah memelas.

"Ya, Pak, ya." Moza terus berusaha kembali memasang wajah dua kali lebih memelas.

"Aduh! Lihat wajah kamu kaya gitu malah bikin saya eneg!" ejek Pak Eko sebaliknya.

Moza langsung cemberut, rencananya ternyata gagal. Namun, bukan Moza namanya jika ia begitu saja menyerah.

"Eh, Pak ada Bu Catherine dari Divisi perencanaan mau ke sini tuh," cetus Moza tiba-tiba menunjuk ke sembarang arah.

"Mana? Mana?" Pak Eko langsung antusias, menoleh ke arah yang ditunjuk Moza seraya membenarkan letak rambut klimis miliknya.

Saat menoleh dengan senyuman mengembang, pria berumur tiga puluh sembilan tahun itu justru tak melihat siapa pun.

"Mana Bu Catherine?" tanya Pak Eko merasa gamam.

"Makasih izinnya, Pak!" seru Moza langsung ngacir sebelum kembali dicegat.

"Heh! Moza siapa yang kasih izin ke kamu?" balas Pak Eko merasa geram karena sudah ditipu.

"Cepet balik sini!" seru Pak Eko sudah tak didengar Moza yang sudah berhasil masuk ke dalam lift menuju lantai satu.

Setelah pertemuan terakhir dengan Rendy—pria tambatan hatinya sejak masa SMA—ia yakin kali ini pasti pria itu menyadari akan kehadirannya. Bagaimana tidak, tepat dua hari yang lalu pria dengan senyum manis itu mengajak Moza ke toko perhiasan. Ia meminta saran Moza yang selama ini telah menjadi sahabat wanita satu-satunya untuk memilih cincin yang bagus. Dengan bangga Rendy berkata jika ia ingin mengungkapkan isi hatinya dengan memberikan cincin sebagai bentuk cintanya.

Memikirkan itu saja membuat pipi Moza bersemu merah. Apalagi sudah dua bulan ini pria itu tidak dekat dengan wanita mana pun selain dirinya. Kemungkinan ia akan ditembak kali ini begitu besar. Sungguh Moza tidak sabar akan hal baik yang selama ini ia impi-impikan akan menjadi kenyataan dalam hidupnya.

Menaiki taksi selama sepuluh menit, akhirnya Moza tiba di sebuah restoran Italia milik Randy. Saat jam istirahat seperti ini, pengunjung banyak yang datang untuk makan serta menghabiskan waktu makan siangnya di tempat cozy seperti restoran milik Rendy, yang belum lama dibangun ini.

Banyak pengunjung yang datang karena suka dengan masakannya dan banyak pula yang datang khususnya di kalangan wanita untuk melihat paras tampan maskulin pemilik restoran yang terlihat manis menyapa para pelanggan.

Saat Moza baru saja melewati pintu masuk, ia langsung disambut oleh Rendy yang begitu antusias melihat kedatangannya dengan senyuman mengembang.

'Aduh! Gimana gak meleleh coba kalo disenyumin gini tiap hari!' batin Moza menjerit.

"Hai, Moza akhirnya kamu datang," sapa Rendy yang menghampiri, masih dengan senyum yang mendarat di bibirnya.

"Iya," balasnya singkat menyunggingkan senyum. Ia merasa senang karena kehadirannya sudah ditunggu-tunggu oleh Rendy saat ini.

"Mari ke ruangan khusus," ajak Rendy langsung to the point mengajak Moza ke tempat yang sepertinya telah pria itu siapkan untuknya.

Moza melangkah dengan jantung berdebar, menanti kejutan apa yang akan menanti di ruangan itu. Saat pintu ruangan dibuka, Moza begitu terpana. Bagaimana tidak? Dalam kondisi lampu ruangan yang sengaja dimatikan, ia dapat melihat dengan jelas lilin yang berbaris menyala mengarah ke satu set meja dan kursi yang tampak dihias juga dengan hidangan mewah di atas meja. Moza menutup mulutnya yang menganga tidak percaya, jika ternyata Rendy bisa seromantis ini.

Saat menoleh ia menyadari jika pria itu sudah tidak berada di sampingnya. Apakah Rendy ingin memberikan kejutan lainnya? Baiklah, Moza akan mengikuti rules yang telah dibuat.

Dengan jantung berdebar, wanita itu melangkah dengan anggun menuju iringan lilin yang tampak indah menyala di ruangan yang sengaja di buat gelap bahkan di siang hari begini. Pasti Rendy menpersiapkan ini dengan begitu banyak kerja keras. Moza menarik napasnya merasa senang. Namun, belum sampai langkah Moza menuju tempat tujuan di akhir rambu deretan lilin yang menyala. Tiba-tiba, lampu ruangan justru dinyalakan.

'Apa yang terjadi? Apakah ada kejutan lainnya?' Moza bertanya-tanya merasa heran.

"Ah, Sayang kamu dari mana saja?" sahut suara Rendy berhasil mengalihkan atensi Moza yang kebingungan.

"Aku dari kamar mandi sebentar. Apakah sahabatmu sudah datang?" jawab seorang gadis berpipi chabby yang kini dirangkul oleh Rendy begitu mesra tepat di hadapan Moza.

Moza mematung melihatnya tak percaya. Ternyata benar akan ada kejutan lagi untuknya, bahkan kini tepat di depan mata. Rendy serta gadis yang tampak imut itu menghampiri Moza dengan wajah semringah.

"Moza perkenalkan ini Shelly, kekasih baruku," ucap Randy dengan bangganya.

Moza sejenak mematung melihat gadis yang sepertinya lebih muda darinya. Pandangannya teralihkan menatap jari manis gadis itu yang sudah disematkan cincin yang ia pilih di toko perhiasan dua hari yang lalu bersama Rendy.

Kini ia tahu dengan jelas, jika cincin yang ia damba-dambakan ternyata bukan untuknya.

"Ah, iya selamat untuk kalian," ucap Moza akhirnya memaksakan senyum getir di sudut bibir.

***

Moza mengembuskan napas pelan, tatapannya terlihat begitu sayu dirundung kesedihan. Di tengah patah hati yang kembali mendera, ia harus tetap profesional bekerja sebagai budak koorporat. Hingga sebuah notifikasi tiba-tiba masuk ke dalam gawainya.

MASA TENGGAT PEMBAYARAN PINJAMAN PERUSAHAAN SATU MINGGU LAGI. HARAP MELAKUKAN PEMBAYARAN TEPAT WAKTU!

Doeng!

Ia harus nyari duit ke mana? Gaji bulanannya telah habis untuk membayar sewa.

"Ya, Tuhan tolong kirimkan keajaiban! Berikanlah hamba rezeki serta pria tampan yang bahkan lebih tampan dari Rendy!" seru Moza di dalam GoMobil—layanan ojek kendaraan roda empat—begitu putus asa.

"Aamiin," imbuh supir GoMobil yang dengan jelas mendengar doa absurd pelanggannya.

"Eh," celetuk Moza menahan malu kemudian. Ia lupa jika kini ia tidak sendirian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 35 Menanti Hari Bahagia

    Bab 35 Menanti Hari BahagiaSejak lamaran Malvin dan Moza viral di media, nama Moza mendadak jadi buah bibir. Beberapa portal berita menyoroti kisah cinta mereka, sebagian publik mendukung, tapi tak sedikit juga cibiran yang muncul.Moza membaca komentar-komentar itu dengan hati ciut.“Dia bukan siapa-siapa.”“CEO Batara Group menikahi gadis biasa? Lucu banget.”“Pasti cuma ngincer harta.”Ia menutup layar ponselnya dengan tangan gemetar. Nafasnya terasa berat, dadanya sesak.Pintu kamar terbuka, Malvin masuk dengan langkah tenang. Ia langsung duduk di samping Moza, menatapnya penuh selidik. “Kamu kenapa?”Moza buru-buru menggeleng. “Nggak… nggak apa-apa.”Malvin mengerutkan dahi. “Kamu baca komentar orang, ya?”Air mata Moza jatuh, meski ia cepat-cepat menyeka. “Aku takut, Vin. Mereka semua benar. Aku bukan siapa-siapa. Aku cuma karyawan biasa. Bagaimana mungkin aku bisa jadi istrimu? Aku… aku takut bikin malu kamu.”Malvin menarik napas panjang, lalu menggenggam jemarinya erat. “Moz

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 34 Lamaran yang Menghebohkan

    Bab 34 Lamaran yang MenghebohkanRestoran mewah itu dipenuhi cahaya lilin dan alunan musik lembut. Malvin menatap Moza dengan sorot mata penuh keyakinan, sementara kotak cincin kecil di tangannya terbuka, memperlihatkan permata yang berkilau di bawah cahaya.“Moza…” suara Malvin terdengar jelas, dalam, dan penuh ketulusan. “Maukah kamu menikah denganku?”Air mata Moza langsung jatuh tanpa bisa ditahan. Ia menutup mulut dengan kedua tangan, tubuhnya gemetar. Sementara hatinya campur aduk antara bahagia, takut, dan tak percaya momen ini benar-benar terjadi.“Malvin, aku…” suaranya tercekat.Malvin tersenyum samar, lalu bangkit dari kursinya, berlutut di hadapan Moza. Semua tamu restoran sontak memperhatikan mereka. Beberapa bahkan bersorak kecil, sebagian lainnya mengeluarkan ponsel untuk merekam.Moza panik melihat sorotan itu. “Vin, berdiri… orang-orang lihat!”“Biar saja,” jawab Malvin mantap. “Aku tidak malu menunjukkan pada dunia siapa wanita yang aku cintai.”Moza terisak, wajahny

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 33 Keseriusan Malvin

    Bab 33 Keseriusan MalvinKeesokan harinya, sesuai permintaan Nenek Puspa, Malvin dan Moza datang ke rumah keluarga besar Batara. Udara di ruangan terasa tegang. Semua anggota keluarga sudah berkumpul, termasuk Kakek Rama yang duduk di kursi besar dengan wajah serius.Moza menunduk sepanjang jalan masuk, merasa sangat canggung. Jemarinya sesekali menggenggam ujung rok, menahan gugup. Sementara Malvin berdiri tegak di sampingnya, wajahnya tenang namun tegas.“Kamu akhirnya datang juga, Malvin.” Suara Kakek Rama terdengar berat.“Ya, Kek. Ada apa?” jawab Malvin sopan.Nenek Puspa menatap cucunya dengan pandangan lembut, lalu bergeser pada Moza. “Kami dengar kabar, Malvin. Tentang hubunganmu dengan gadis ini.”Moza sontak menegang, jantungnya berdetak kencang. Ia melirik Malvin dengan panik, seakan ingin kabur saat itu juga. Namun genggaman tangan Malvin yang tiba-tiba menyentuh jemarinya membuatnya sedikit tenang.“Benar, Nek. Aku menjalin hubungan dengan Moza. Dan aku tidak main-main.”

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 32 Dukungan yang Tak Terduga

    Bab 32 Dukungan yang Tak Terduga Pintu ruangan CEO Batara Group masih terbuka lebar. Thara berdiri di sana, menatap dengan wajah kaget antara Moza dan Malvin yang berdiri berdekatan. Tatapannya sempat beralih ke jemari Moza yang masih dalam genggaman Malvin, membuat suasana makin canggung. Moza buru-buru melepaskan tangannya, wajahnya memerah panik. “Tha… aku bisa jelasin.” Thara menghela napas panjang, lalu melangkah masuk, menutup pintu perlahan. Wajahnya tidak marah, hanya penuh kebingungan. “Jelaskan apa, Za? Aku udah tau semuanya," balas Thara membuat Moza langsung ternganga. Apa maksudnya dari udah tau semuanya? Thara mendekat ke Moza, lalu meraih tangan sahabatnya. “Za, aku justru merasa lega." Moza mengerjap, bingung. “Le … lega?” "Iya, karena kamu akhirnya bisa lupain Ryan. Aku tahu kamu sebenarnya juga ada rasa kan untuk Malvin," "Itu ...." Moza terdiam, sadar jika ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri. Namun, Moza juga sadar siapa dirinya. “Tha,

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 31 Ketahuan & Pengakuan

    Bab 31Ketahuan & PengakuanLangkah Moza terasa berat ketika melintasi lobi kantor Batara Group sore itu. Tas kerja disampirkan di bahu, sementara jemarinya meremas ponsel erat-erat. Sejak beberapa hari terakhir, perasaannya tak pernah tenang. Semakin sering ia bertemu Malvin, semakin besar pula ketakutan yang membayangi: kebohongannya terbongkar.Namun, anehnya, semakin lama ia bersama pria itu, ada getaran yang tak bisa ia pahami. Tatapan mata tajam Malvin, suara beratnya yang penuh wibawa, bahkan kebiasaan kecilnya menyentuh rambut setiap kali berpikir—semua membuat hati Moza berdebar tak karuan.“Aku nggak boleh baper … ini semua cuma akting. Ingat, Moza,” batinnya menegur diri sendiri.Sayangnya, logika tak pernah mampu melawan rasa.***“Masuk,” suara berat Malvin terdengar jelas ketika pintu ruangannya diketuk.Entah kenapa tiba-tiba Thara alias Moza yang menyamar diminta untuk datang langsung ke kantor menemui Malvin secara langsung. Moza melangkah masuk dengan hati-hati. Pand

  • Dipaksa Menikah dengan CEO   Bab 30 Malvin Tahu Sekarang

    "Kumohon Tuan rahasiakan kebenaran ini," bujuk Thara dengan wajah memelas. Savian mematung di tempat, ia sudah memprediksi respon Thara. Namun, ia tak menyadari jika dirinya akan segoyah ini. Thara meraih kedua tangan Savian kemudian menggenggamnya dalam satu telungkupan tangan. Wanita itu bersungguh-sungguh dengan permintaannya. "Mungkin akan sangat sulit karena di satu sisi Tuan adalah karyawan Batara Group. Tapi saya mohon untuk satu ini, demi kebaikan bersama. Karena Moza menggantikan saya juga karena saya memaksa dia. Jadi ini semua salah saya. Jika Moza sampai dipecat, hubungan persahabatan kami yang sudah terjalin bertahun-tahun pasti hancur. Saya mohon Tuan, tolong jangan beri tahu identitas Moza yang sebenarnya ke Malvin," pinta Thara dengan kedua bola mata berkaca-kaca menatap pria di hadapannya.Savian mendesah sepertinya ia memang sudah goyah sejak awal. "Baiklah Nona saya tidak akan memberitahukan Pak CEO tentang kebenaran Nona Moza," cetus Savian setelah tahu tentang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status