Hari ini Aira begitu semangat berangkat mengajar karena sudah dua hari ia libur demi melangsungkan pernikahan yang sangat kilat menurutnya.
"Sudah jam 6.30 aku langsung berangkat aja." ucap Aira sambil memperbaiki hijabnya kemudian mengambil tasnya.
Tidak lupa ia mengunci rumah kecilnya itu.
Disisi lain Evan tertidur setelah sholat subuh. Perlahan ia menggeliat karena hari sudah terang.
Saat ia melihat ke arah jendela terlihat jelas Aira sedang berjalan menuju pagar dengan pakaian yang rapi.
"Kok udah berangkat aja jam segini." ucap Evan sambil meraih ponsel di meja rias.
Saat menyalakan ponsel matanya terbelalak melihat hari sudah jam 6.32.
"Astaga udah jam segini, mana belum mandi." lanjutnya bergegas ke kamar mandi.
Tidak butuh lama Evan keluar dari kamar mandi lalu memakai pakaian kantornya tanpa memasang dasi.
"Hari ini mana ada meeting." gumamnya sambil menyisir rambut lalu menyemprotkan parfum.
Setelah merasa rapi ia langsung berangkat tanpa sarapan. Ditengah jalan Evan melihat Aira sedang berjalan dengan langkah yang sedikit cepat.
Sedangkan Aira tidak tahu kalau Evan di belakangnya, begitu mobil Evan melewatinya Aira nampak berpikir sejenak.
'Itu bukannya mobil Kak Evan.' ucapnya dalam hati sambil berjalan.
Sedangkan Evan ia melihat Aira dari spion tanpa menyapa dan membuka kaca mobilnya.
***
Sampai di sekolah Aira langsung di hadang oleh Farra dengan tatapan yang penuh selidik membuat Aira mengernyitkan dahinya.
"Kamu kenapa?" tanya Aira membuat Farra langsung kesal.
"Dari mana aja kamu? Dua hari gak masuk ngajar.
Ingat ya kamu itu guru baru di sini jangan sok-sokan." cecar Farra membuat Aira langsung tersenyum kecut.
"Kamu kenapa sih?" tanya Farra lagi karena melihat ekspresi Aira.
Tapi Aira hanya diam ia bingung harus jujur atau tidak pada Farra.
"Hey!" Kesal Farra sambil menjentikkan jarinya di depan muka Aira membuat Aira kembali tersadar.
"Eh gak ada kok Far, aku ada keperluan mendesak aja." jawabnya berbohong.
Farra diam sambil memperhatikan ekspresi Aira.
'Kayaknya Aira ada masalah deh tapi gimana caranya ya biar dia cerita? Apa dia jadian sama Mas Evan?' batin Farra bertanya-tanya.
"Udah ah yuk ke kantor udah mau masuk juga." ajak Aira mengalihkan pembicaraan lalu menarik tangan Farra.
"Eh .. tapi tunggu dulu Ai nanti sore aku mau ketemuan sama Mas Tio temenin ya.
Udah dua hari kamu gak ada kabar semenjak pasar malam." kesal Farra membuat Aira bingung.
'Duh gimana ya? Kalo aku ikut pasti nanti disana ada Kak Evan.
Tapi kalo aku gak ikut pasti Farra makin kesal.' batin Aira
"Gimana? Tenang nanti aku jemput kok." lanjut Farra membuat Aira kaget.
"Eh, gak usah jemput aku ikut ke rumah kamu aja gimana?" tanya Aira.
"Ok gak biasanya kamu mau ke rumahku biasanya selalu bilang kos lebih nyaman." ledek Farra.
Tapi tidak ditanggapi oleh Aira, ia malah meninggalkan Farra yang masih meledeknya sambil tertawa.
Jam menunjukkan pukul 10.00 Evan dan Tio baru saja selesai meeting. Sekarang mereka sedang menuju kantin karena perut sudah keroncongan.
"Eh Van lu kemana dua hari ini nggak ada kabar Om juga gak ada di kantor?" tanya Tio membuat Evan langsung bingung harus menjawab apa.
"Gua sama Ayah ada keperluan mendadak." jawabnya santai membuat Tio mengangguk.
"Temenin gua ketemuan sama Farra ya." ajak Tio membuat Evan langsung kesal.
"Gak mau capek gua mau istirahat." jawab Evan ketus.
"Lu kok gitu sih kalo lu gak ikut kasian tau Aira masa jadi obat nyamuk." sambung Tio membuat Evan langsung berpikir dua kali.
"Emangnya Aira mau ikut?" tanya Evan memastikan membuat Tio melihat Evan. "Ntah 'lah tapi kayaknya ikut deh." jawab Tio.
"Temenin gua ya apa susahnya sih? Aira cantik tau lu nya aja yang terlalu jutek." sambung Tio membuat Evan memutar mata malas.
"Hubungannya Aira cantik sama gua apa? Mau gua pecat lu?" tanya Evan dengan serius membuat Tio cengengesan.
"Ya gak gitu juga dong ya udah yang penting temenin gua." jawab Tio lalu berjalan terlebih dahulu dari Evan.
'Dasar.' batin Evan lalu ia kembali berjalan. Sore hari, Farra dan Aira sudah siap berangkat ke bioskop untuk ketemuan sama Tio.
"Kamu serius Ai pake baju seragam nemenin aku pake baju aku aja dulu kenapa?" tanya Farra yang dibalas gelengan oleh Aira.
"Gak usah Far, aku pake baju ini aja nanti juga mau di cuci juga kok." tolak Aira lalu mereka berangkat.
Disisi lain, Evan dan Tio baru saja selesai jam kantor. Saat Evan sedang beres-beres berkas tiba-tiba Tio datang ke ruangannya.
"Van tungguin gua ya mau ke toilet dulu." ucap Tio.
"Ngapain lu ke toilet bawa-bawa tas?" tanya Evan.
"Ganti baju 'lah ya kali gua pergi pake baju kantor gengsi dong." jawab Tio sombong membuat Evan mengernyitkan dahinya.
"Serah lu dah." ucap Evan. "Lu pergi pake baju itu?" Tio balik bertanya.
"Ya iyalah mau lu gua harus ganti baju lagi gitu, malas banget." jawab Evan dengan ketus.
***
Sampai di bioskop, Tio melihat Farra dan Aira sudah menunggu dengan segera ia mengajak Evan kesana.
"Udah lama nunggu ya?" tanya Tio membuat Farra langsung menggeleng sambil tersenyum.
"Nggak kok Mas." jawab Farra lembut membuat Aira langsung mengerutkan keningnya karena mereka sudah lama menunggu.
'Hampir satu jam nunggu dia jawabannya gitu doang.' batin Aira kesal.
Evan terus memperhatikan Aira karena masih memakai seragam gurunya.
'Dia gak pulang ke rumah demi nemenin Farra.' batin Evan.
"Eh tapi tunggu deh kayaknya ada yang serasi deh sama-sama memakai seragam kerja." goda Tio dengan semangat membuat Aira langsung melihat pakaian Evan begitu juga sebaliknya.
"Iya ya Mas cocok banget deh." sambung Farra membuat Aira langsung melotot ke arahnya.
"Ya udah kalo gitu kita pesan popcorn dua ya Dek. Biar Evan yang bayarin Aira." lanjut Tio lalu menyisakan Evan dan Aira berdua.
Melihat hal itu Evan langsung kesal melihat kelakuan Tio dan Farra.
"Mbak popcorn dua." ucap Evan pada penjual popcorn tersebut.
"Ini Mas popcornnya." kata penjual tersebut membuat Aira langsung mengambil uangnya di dalam tas.B "Berapa Mbak?" tanya Aira.
"30.000 ribu Mbak." jawab penjual tersebut yang diangguki oleh Aira sambil memasukkan tangganya ke tas mengambil uang 10.000 ribu karena ditangannya baru 20.000 ribu.
"Pake ini aja Mbak." ucap Evan menyerahkan ATMnya.
Penjual tersebut mengambil lalu membayarkannya kemudian mengembalikannya lagi pada Evan.
Evan mengambil kembali ATMnya lalu memberikan satu popcornnya untuk Aira.
"Ini Kak." ucap Aira sambil menyerahkan uang 20.000 ribu yang ditangannya.
"Simpan aja." jawab Evan lalu berjalan mendahului Aira.
Sampai ke dalam Evan melihat Farra yang sedang duduk sambil makan popcorn ditangannya.
"Masuk duluan." suruh Evan pada Aira yang dibalas anggukan oleh Aira lalu ia masuk dan duduk di dekat Farra.
"Ini film apa?" tanya Aira pelan. "Horor" jawab Farra tanpa melihat Aira.
"Serius kamu kenapa gak bilang dari tadi aku gak bisa nonton horor." lanjut Aira namun tidak di hiraukan oleh Farra.
Begitu Aira mendongak ke arah layar setannya langsung muncul membuat Aira langsung menjerit lalu memeluk Evan.
Evan yang kaget melihat Aira memeluknya hanya bisa diam.
Setelah Aira membuka matanya ia sadar sedang memeluk Evan.
Perlahan ia mendongakkan wajahnya begitu juga dengan Evan yang menunduk melihat Aira.
"Ma--maaf Kak, aku gak sengaja." ucap Aira lalu melepaskan pelukannya dan duduk seperti semula.
Evan terus memperhatikan Aira yang menunduk karena tidak mau melihat film horor tersebut.
Evan mengambil ponselnya lalu mengetikkan pesan untuk Tio.
[Gua sama Aira pulang duluan dia gak bisa nonton horor] tulis Evan lalu mengirimnya pada Tio.
Kemudian Evan menarik tangan Aira keluar dari ruangan.
"Mau kemana Kak?" tanya Aira. "Pulang." jawab Evan lalu berjalan menuju parkiran tapi Aira tetap diam di tempat.
Menurutnya gak mungkin Evan mau pulang bersamanya.
Aira berbalik lalu berjalan menuju pintu keluar.
Evan yang melihat Aira pergi berjalan ke arah pintu keluar hanya diam saja lalu memasuki mobilnya dan menyusul Aira.
Evan memberhentikan mobilnya di samping Aira membuat Aira juga ikut berhenti lalu ia membuka kaca mobil.
"Masuk." suruh Evan. "Nggak usah Kak, aku naik angkot aja gak jauh kok dari sini." tolak Aira membuat Evan kesal lalu keluar dari mobil dan berjalan menuju Aira.
Evan menarik tangan Aira lalu memasukkannya ke dalam mobil kemudian ia menutup pintu lalu kembali ke tempatnya.
Selama perjalanan hanya ada keheningan diantara mereka berdua.
Sampai di rumah sebelum turun Aira hendak melepaskan sabuk pengamannya.
'Kok keras ya tadi pas masangnya bisa kok gimana dong?' batin Aira sambil menarik-narik sabuk pengaman tersebut.
Evan yang melihat Aira kesusahan langsung mengambil alih dari tangan Aira.
Pandangan mereka kembali bertemu membuat jantung keduanya kembali bergemuruh.
Setelah terbuka Aira langsung terburu-buru memasang tasnya.
"Makasih Kak." ucapnya lalu keluar dengan tergesa-gesa.
Kemudian berjalan ke kamarnya di samping sedangkan Evan juga masih berusaha menetralkan jantungnya.
Seminggu telah berlalu, tidak ada lagi pengganggu di rumah tangga Evan dan Aira."Kak," panggil Aira yang tengah melipat kain di atas ranjang, sedangkan Evan sedang bermain dengan Zalfa."Hem," sahut Evan seperti biasa membuat Aira langsung memutar mata malas."Semenjak Mei di tangkap polisi, ini rumah adem-adem aja ya kayak nggak biasa," ucap Aira.Evan yang mendengar itu langsung duduk melihat Aira bingung."Kok nggak biasa sih, kamu senang ada pengganggu disini," tebak Evan, Aira malah menggedikkan bahunya."Nggak suka sih ada pelakor, tapi lebih suka memusnahkan pelakor," ujar Aira membuat Evan mangut-mangut."Kakak yakin nggak bakal ada lagi pelakor?" tanya Aira."Nggak ada Ai, satu aja stres mikirinnya, udah ih jangan sangka buruk terus," jawab Evan santai lalu ia kembali berbaring di samping Zalfa."Okelah, tapi kalo Kakak bohong siap-siap aja jadi pendamping Mei di jeruji," ancam Aira membuat Evan terkekeh."Apaan sih kamu cemburuan banget sekarang, lagian saya tuh udah nggak
Evan dan Mei langsung kaget, Mei langsung mengubah ekspresinya menjadi selugu mungkin sebelum ia berbalik."M--mbak," sapa Mei pura-pura sopan membuat Aira langsung mengernyit."Ngapain kamu tengah malam begini sama suami saya?" tanya Aira ketus membuat Mei langsung gelagapan."Anu ... itu Mbak, tadi Pak Evan mau makan katanya saya mau buatin.Yapi tiba-tiba saya lihat di baju Pak Evan ada kecoa," jawab Mei sedatar mungkin membuat Evan mengernyitkan dahinya."Oh saya kira ngapain sampai kamu kayak mau meluk Kak Evan," jawab Aira santai."Ya sudah kamu tidur sana, biar saya aja yang buatin makan." suruh Aira yang dibalas anggukan oleh Mei lalu ia pergi meninggalkan mereka berdua.'Huh untung nggak ketahuan,' ucap Mei dalam hati sambil berjalan ke kamarnya.Disisi lain, Aira menyiapkan makanan untuk Evan lalu ia menarik Evan ke kamar.Sampai di kamar Evan langsung menutup pintu lalu mengusap dadanya."Hampir tau Ai belum cukup apa buktinya?" tanya Evan dengan nada sedikit kesal membuat
"Ayo masuk, kamar kamu di disana," ajak Aira mempersilahkan Mei masuk. Sedangkan Evan hanya mematung melihat keduanya.'Apa ini mimpi?' batin Evan begitu Aira dan Mei melewatinya.Beberapa menit kemudian Aira kembali menghampiri Evan yang masih bingung."Kak," panggil Aira dari samping membuat Evan langsung menoleh."Ayok ke kamar," ajak Evan lalu berjalan terlebih dahulu yang diikuti oleh Aira.Begitu mereka masuk Aira langsung menutup pintu dan Evan merebahkan putrinya di ranjang."Ai maksud kamu apa?" tanya Evan kesal. Tapi Aira malah tersenyum membuat Evan semakin kesal."Ai kamu tahu kan Mei itu-" ucapan Evan terhenti saat Aira membungkam mulutnya."Shut ... jangan keras-keras ngomongnya nanti dia dengar," ucap Aira pelan yang dibalas anggukan oleh Evan.Kemudian Aira memberi tahu tujuannya pada Evan. Sedangkan Evan hanya bisa mengangguk mendengar penuturan Aira."Apa kamu yakin itu akan berhasil?" bisik Evan."Kita liat aja nanti," jawab Aira sambil melipat kedua tangannya membu
Bagitu Aira sampai di ambang pintu kamar, ia melihat Evan sedang menggendong Zalfa sambil melantunkan sholawat. Aira tersenyum lalu ia perlahan mendekati keduanya.Begitu sudah sampai di belakang Evan, ia langsung melingkarkan tangannya di pinggang Evan lalu ia menoleh dari samping."Kak," panggil Aira lembut membuat Evan sedikit menoleh."Hem," lagi-lagi Evan hanya mendehem membuat Aira langsung bingung. Aira langsung melepaskan tangannya dari pinggang Evan lalu berjalan ke depan Evan.Aira mengambil alih Zalfa dari gendongannya lalu ia kembali merebahkan Zalfa ke ayunan. Setelahnya Aira langsung berdiri di depan Evan sambil menatap manik itu dalam-dalam."Kok di rebahin sih, saya masih mau gendong," ucap Evan, Aira langsung senyum lalu menggeleng."Kakak kenapa? Ada masalah kah?" tanya Aira lembut, Evan yang mendengar itu langsung duduk di sisi ranjang yang diikuti oleh Aira."Mei," jawab Evan singkat membuat Aira langsung mengangkat kedua alisnya."Perempuan gatal itu ganggu Kakak
"Andi," sapa Evan tidak percaya melihat Andi datang pagi-pagi begini."Abang ngapain pagi-pagi ke sini? Emang nggak ngajar? tanya Aira bingung."Nggak, mata kuliahnya batal," jawab Andi santai."Terus Naya mana? Kenapa nggak ikut sekalian? tanya Evan."Naya masih di kantor mungkin siangan saya jemput," jawab Andi."Kalau cuma sendirian ngapain datang sih," ucap Aira dengan nada kesal membuat Evan terkekeh mendengarnya."Apaan aku datang bukan mau liatin kamu, tapi mau lihatin ponakanku, minggir!" Ketus Andi lalu ia masuk begitu saja."Tuh kan, pagi-pagi udah bikin kesal," rengek Aira sambil menarik tangan Evan membuat Evan tersenyum."Yuk istirahat lagi kamu nggak boleh stres dulu, bawa santai aja," ucap Evan sambil membantu Aira jalan."Aira," panggil seseorang membuat mereka kembali berbalik, detik kemudian Aira tersenyum."Alhamdulillah, akhirnya Ibu datang juga ini siapa Bu?" tanya Aira karena bingung Ibunya membawa perempuan yang masih muda seumuran Evan."Oh ini namanya Meisari,
Sampai di rumah, Farra langsung turun dan berlari masuk ke rumah. Di ambang pintu ia melihat Tio sedang duduk menyadarkan tubuhnya ke sisi sofa sambil memejamkan matanya.Perlahan Farra mendekatinya, ia melihat satu kaki Bayu celananya di lipat hingga ke lutut. Farra duduk disampingnya suaminya tersebut lalu tangannya terulur memegang tangan Tio."Mas," panggil Farra lembut membuat Tio membuka matanya, lalu menoleh ke samping."Kamu udah pulang sayang," ucap Tio yang dibalas anggukan oleh Farra."Mas kecelakaan dimana? Kok bisa kecelakaan? Kata tukang urutnya Mas kenapa?" cecar Farra sambil air matanya mulai menggenang. Tio yang mendengar itu langsung tersenyum, lalu tangannya terulur mengusap wajah Farra."Jangan nangis nggak apa-apa kok, tadi aku sama Dian buru-buru mau ngambil berkas ke perusahaan lain. Jadi naik motor biar cepat, tapi itulah nasib kami tabrakan. Mas kakinya keseleo tapi Dian nggak kenapa-kenapa," terang Tio membuat Farra menangis."Harusnya aku nungguin Mas dulu t