Kini ia benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Air matanya keluar tanpa diminta. Ia menangis tanpa memedulikan harga dirinya di depan Qin Wanzhi lagi. Dan wanita paruh baya itu dengan senang hati memeluk dan menenangkannya. Ini pertama kalinya Xue Ningyan merasa ada orang yang bersedia menghiburnya saat dia merasa sedih. “Aku …, senang sekali Ibu datang ke sini. Jadi aku punya alasan untuk menangis, dan tahu dengan siapa aku menangis,” dengan wajah yang masih basah, Xue Ningyan tersenyum dan mendapat pelukan hangat Qin Wanzhi. “Ibu memutuskan untuk kembali ke Bingzhou hari ini, Xue Ningyan. Kalau kamu merasa tidak bisa tinggal di rumah saat hari itu tiba, rumah Ibu di Bingzhou akan menyambutmu dengan hangat, kau boleh datang kapan pun.” Xue Ningyan menyeka pipinya, mengangguk, “Aku sungguh baik-baik saja, Ibu. Aku bisa bertahan karena Shen Qi tidak mengabaikanku. Jadi kurasa, sampai bertahun-tahun kemudian pun, aku akan baik-baik saja.” “Kau baik sekali …, Putriku.” “Xue Ningya
“Ehm, Tuan Muda. Sudah saatnya Anda kembali ke Biro Informasi.” “Sebentar, Zhong Li. Meski sudah datang berkali-kali dalam beberapa minggu terakhir, aku sama sekali tidak terbiasa dengan pekerjaan itu.” “Apanya yang Biro Informasi? Mereka bukan hanya menerima informasi penting yang rahasia, tapi juga hal-hal kecil seperti berapa tahi lalat yang dimiliki Baginda Kaisar, apakah itu tidak berlebihan?” Shen Qi melotot kesal. Zhong Li memejamkan mata seolah menanggung rasa malu seluruh ummat manusia di Bumi, “Tidak sampai seperti itu, Tuan Muda …, informasi paling mudah hanyalah berapa jumlah wanita penghibur di rumah—”“Kau pikir itu penting?!” Shen Qi benar-benar melotot marah kali ini. “T-tapi kan, semua pekerjaan tidak penting itu bukan Anda yang mengerjakan. Sekarang informasi-informasi rahasia yang masuk masih menumpuk dan belum Anda periksa, Yang Mulia.”Shen Qi mengembuskan napas pasrah. “Aku mau mengerjakan tugas di rumah saja.” “B-baik ….”“Lagi pula ada hal yang sangat ingi
Dua jam kemudian. Xue Ningyan berdiri diam di samping Shen Qi yang mulai tertidur lelap berkat sebuah pil yang menurut Zhong Li adalah obat penenang. Sejak tadi, ia menunggu Zhong Li untuk menjelaskan apa yang baru saja terjadi pada Shen Qi secara tiba-tiba itu? Tapi tampaknya, Zhong Li terlalu santai untuk dikatakan cemas dengan yang baru saja terjadi itu. “Kenapa kau tidak memanggil Tabib?” tanya Xue Ningyan pada akhirnya. Zhong Li menyelimuti Shen Qi dan meletakkan dupa aromaterapi di atas meja sebelum menjawab pertanyaan Xue Ningyan. “Mari ikuti saya, Nyonya Muda.” Zhong Li berkata dengan pelan sambil berjalan keluar dari kamar. “Tapi Nona Xiao Ci dan Tuan Tang Yan harus menunggu di tempat lain. Saya ingin berbicara empat mata dengan Nyonya Muda,” dia bahkan berpesan secara khusus. “Baiklah. Xiao Ci, lanjutkan latihanmu.” Xue Ningyan memberi perintah tanpa menoleh ke belakang. “Baik ….”Zhong Li membawanya menuju ruang kerja Shen Qi yang sekarang sepi dan berantakan. “Seb
Xue Ningyan membuka mata saat merasakan sesuatu yang basah dan lembap menyentuh dahinya. “Nyonya Muda, Anda sudah bangun?”Wajah Tang Yan terlihat pertama kali. Ia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. “Nyonya Muda tiba-tiba pingsan di tengah jalan saat kembali dari kamar Tuan Muda semalam,” Tang Yan membantu menjawab. “Benarkah? Terima kasih karena sudah membawaku ke sini.” “Tidak, sebenarnya …,—”“Bagaimana kamu bisa bangun pada waktu seperti itu, Tang Yan? Aku keluar dari sana pukul dua pagi.” Xue Ningyan duduk dan bersandar pada sandaran ranjang. Tang Yan menghela napas, “Hanya kebetulan saja saya melihat Anda saat sedang lewat, Nyonya Muda ….”“Selain itu …, yang menemukan Nyonya Muda bukanlah saya, tapi Tuan Zhong Li.”Xue Ningyan terdiam, “Zhong Li, sudah kembali dari Istana Selatan?” “Ya, Nyonya Muda. Beliau kembali setelah satu hari. Dan tampaknya Anda beruntung karena Tuan Zhong Li kembali tepat saat Anda keluar dari kamar Tuan Muda.”“Ah …, benarkah? Kalau begitu
Shen Qi membuka matanya. Kembali terjaga dari mimpi yang belakangan ini selalu menghampirinya. Ia menatap langit-langit kamar yang remang. Lalu mulai mengingat apa yang terjadi sebelum ia tertidur. Ia tiba-tiba merasakan sakit luar biasa di seluruh tubuhnya. Seolah ada energi panas yang entah datang dari mana dan membuat seluruh tulangnya seperti dibakar bara api. Hingga ia pun menjadi ingat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya yang terbilang cukup kuat ini. Shen Qi menatap kedua telapak tangannya sendiri, ‘Ini adalah ‘jamuan selamat datang’ yang diberikan Pangeran Pertama padaku tiga tahun yang lalu.’ Ia meringis pelan, memegangi kepalanya yang terus berdenyut, memaksa ingatan-ingatan yang selama ini lenyap untuk terus berdatangan lagi. Ia mengedarkan pandangannya sedikit, melihat Zhong Li tertidur lelap di kursi panjang di dalam kamarnya.Lalu tatapannya jatuh ke tempat kosong di sampingnya tidur. “Xue Ningyan,” ia bergumam pelan.Ia terdiam cukup lama. Dan mengingat semu
Kediaman Xue. Xue Ningyan berdiri berhadapan dengan ayahnya, Xue Yuan. Meski terkejut, Xue Yuan tidak sampai mengusirnya karena tidak suka. Apalagi Xue Ningyan bersama beberapa orang dari Kediaman Tuan Muda Keempat. Begitu melihat barang bawaan Xue Ningyan, dia memerintah, “Siapkan kamar untuk Nona Pertama beristirahat.” “Baik, Tuan Besar ….”Karena tidak punya anak laki-laki, begitu kedua putrinya menikah, Xue Yuan hanya tinggal berdua di kediaman ini dengan istrinya, dan sesekali menerima tamu dari besannya. Xue Fengzhi terbilang cukup sering pulang ke rumah karena kerinduannya terhadap kedua orang tua yang menyayanginya, jadi Xue Yuan lebih sering menyambutnya dari pada Xue Ningyan. Xue Ningyan sendiri, cenderung tidak punya alasan untuk berlama-lama mengunjungi kediaman orang tuanya karena merasa tidak ada yang mengharapkan kedatangannya. Kini pun, dia datang karena memiliki maksud lain. Xue Ningyan duduk berhadapan dengan ayahnya di aula utama. Xue Yuan tidak menunjukkan
Xiao Di terdiam saat melihat seorang pria yang tak dikenalnya menghampiri Xue Ningyan yang hampir terjatuh, dan memeganginya supaya tidak tidak terjatuh. Pria itu adalah Pangeran Pertama, sedang menatapnya yang berdiri mematung.“Apakah kau mengenalnya?” tanya Xiao Di. Pangeran Pertama tersenyum hingga gigi gingsul di sudut bibir kirinya terlihat dan matanya menyipit, “Ya, dia adalah Nyonya Muda Keempat Shen, Xue Ningyan.” Xiao Di membulatkan mata dan berlari menghampirinya. “Kalau begitu, kau pasti temannya Nona Xue, kan?” “Tentu saja, aku berteman dekat dengannya. Sekarang kondisi tubuhnya tidak baik, aku ingin membawanya ke rumahku untuk diobati, jadi kau tidak perlu khawatir.” Pangeran Pertama menenangkan Xiao Di yang memang sedang mencari orang untuk menyelamatkan Xue Ningyan. “Kalau begitu, kebetulan sekali, aku akan menyerahkan Nona Xue padamu. Sedangkan aku akan mencari Nona Xiao Ci untuk segera menjemput Nona Xue di kediamanmu. Ah, bisakah kau beritahu aku di mana rumahm
Liu Ling tiba di Kediaman Tuan Muda Keempat pada siang hari. Dan langsung menemui Shen Qi yang sudah duduk di ruang kerja. Liu Ling mendengus pelan, “Kudengar kau baru bangun setelah dua hari tertidur.” “Itu tidak bisa dinamakan tidur.” Shen Qi mengelak. “Bagaimana keadaanmu? Sepertinya kau juga lupa tentang racun itu, ya.” Liu Ling mengambil posisi duduk di kursi panjang yang ada di sisi kiri ruang kerja. Itu biasanya digunakan untuk menerima tamu karena disediakan kompor kecil untuk menyeduh teh. “Kau juga memilikinya?” tanya Shen Qi. Dengan sengaja masih merahasiakan tentang ingatannya yang sudah sepenuhnya pulih.“Tidak. Aku sudah sembuh sejak pergi ke Qingzhou.” Liu Ling menyeduh teh untuk dirinya sendiri. Shen Qi mendengus pelan, lalu beralih duduk di hadapan Liu Ling untuk mengobrol lebih banyak dengannya. Liu Ling mulai memasang wajah serius, “Shen Qi. Aku tidak ingin menikah denganmu.” Shen Qi menghentikan gerakannya yang baru saja membalik cangkir. Ia menatap Liu Lin
“Xue Ningyan.” Pangeran Pertama memanggil namanya. Xue Ningyan mendongak, mendapati Pangeran Pertama sudah berdiri di hadapannya entah sejak kapan. “Sa-salam untuk Yang Mulia Pangeran Pertama …, semoga kesejahteraan dan panjang umur senantiasa mengikuti Anda ….”Pangeran Pertama tertawa kecil, “Aku sudah memanggilmu lebih dari lima kali, tapi kau terlihat lebih terkejut dari pada saat pertama kali bangun semalam. Bahkan salammu sampai lengkap begitu …, lucu sekali.” Xue Ningyan memalingkan wajah karena merasa malu, “Sejak kapan Yang Mulia ada di sini?” “Sudah sangat lama sekali.” Xue Ningyan membulatkan mata “K-kalau begitu, Anda harus segera duduk. Ah …, saya juga sudah menyeduhkan teh untuk Anda, Yang Mulia …. Silakan diminum.” Xue Ningyan segera menuangkannya ke dalam cangkir. Asap lembut mengepul samar-samar. Pangeran Pertama menatap teh yang sudah tidak terlalu panas itu, “Kenapa kau tidak langsung antarkan ke kamarku saja?” “Itu karena …, saat itu Anda sedang membicarak
Kediaman Shen Qi. Ying Shi menyusup ke dalam setelah mencuri setelan seragam pelayan pria dan membawa sebuah keranjang berisi pakaian yang baru saja dicuci. Biasanya saat malam, para pelayan wanita akan meninggalkan keranjang berisi cucian itu di samping sumur. Lalu pelayan pria memindahkannya ke halaman belakang untuk kemudian dijemur esok harinya oleh pelayan wanita. Ying Shi cukup familier dengan kediaman ini dan sudah tahu secara lengkap kegiatan setiap orang yang menghuninya. Lalu pada waktu yang tepat, dia pergi ke ruang kerja Shen Qi untuk mengganti wadah tinta yang sudah habis. Setelah itu mengambil pakaian kotor di dalam kamar Shen Qi untuk ditaruh di samping sumur. “Hei kamu, mau ke mana?” Ying Shi bahkan dengan santai menyapa pelayan pria yang lain.“Mau ke belakang.” “Kalau begitu, bisakah sekalian membantuku meletakkan keranjang cucian ini samping sumur?” ia mengulurkan keranjang berisi cucian kotor yang memenuhi tangannya. “Kau mau ke mana?” “Entahlah, ada yang
Gu Wan terkekeh pelan, “Hehe …, Yang Mulia. Maaf, sepertinya saya sudah salah dengar, saya mengira Anda menyuruh saya untuk menyiapkan makanan Nona di ruang makan karena Anda ingin makan berdua dengannya …, saya minta maaf.” Pangeran Pertama memijat pelipisnya, merasa kesal dengan orang menyebalkan ini. “Pindahkan makanannya ke kamarnya sendiri. Aku sudah bilang kalau dia butuh istirahat total, kan?”Gu Wan tidak menyerah untuk membuat majikannya makan bersama kekasih yang baru dibawanya itu. “Ta-tapi beliau kan sudah berada di sini. Melelahkan sekali bagi tubuh lemahnya kalau harus kembali ke kamar sekarang, setidaknya kalau tidak mau makan bersama, Anda bisa menyuruhnya duduk sebentar untuk menemani Anda makan, kan?” Pangeran Pertama menghela napas kasar, “Kau yang harus bertanggung jawab memikirkan caranya. Jangan lupa ingatkan aku untuk menghukummu besok pagi.” “Yang Mulia ….” Gu Wan memasang wajah memelas. “Anu …, Yang Mulia,” Xue Ningyan bersuara untuk menghentikan perdebat
Lengang. Xue Ningyan mengedipkan mata beberapa kali seolah tidak percaya tentang penglihatannya sendiri. Pangeran Pertama menyeringai lebar, “Selamat malam, Xue Ningyan. Apakah kau bisa melihatku?” Suara itu terdengar lagi. Membuat Xue Ningyan tersadar bahwa ini sama sekali bukan ilusi. Sebenarnya kalau itu adalah ilusi, Xue Ningyan pun tidak mengerti kenapa dirinya tiba-tiba memikirkan Pangeran Pertama sampai-sampai berhalusinasi bahwa orang itu ada di hadapannya. Tapi sekarang ini, yang terjadi benar-benar nyata. “Yang Mulia …, Pangeran Pertama?” Xue Ningyan bergumam, sekali lagi memastikan. Pangeran Pertama mengangguk, “Aku tak sengaja melihatmu pingsan di jalan, Xue Ningyan. Jadi aku membawamu ke vilaku untuk diobati. Kebetulan jaraknya tak terlalu jauh dari tempat aku menemukanmu,” jelas Pangeran. Akhirnya, Xue Ningyan mengingat apa yang sudah terjadi, ia buru-buru duduk dan menjatuhkan lututnya di lantai sambil berkata. “Sa-salam untuk Yang Mulia Pangeran Pertama. Mohon
“Dia …, dia sedang mengandung, Yang Mulia! Se-sedang hamil! Ada janin di dalam perutnya, ca-calon bayi!” Gu Wan menjatuhkan dahinya di lantai dan terus bersujud. “Saya mohon, Yang Mulia. Katakan pada saya kenapa Anda melakukan tindakan bodoh itu? Anda menghamili wanita dari keluarga mana? Bahkan tubuhnya sangat lemah untuk bisa melahirkan bayi, tapi Anda menghamilinya? Astaga, Dewa …, atau siapa pun yang ada di Langit …, berkatilah Yang Mulia kami, dan berikanlah—”“Cukup, Gu Wan. Hentikan celotehan tidak jelasmu. Bawa aku padanya.”“Ya-Yang Mulia?” “Sekarang.” Pangeran Pertama segera meninggalkan ruangan itu dan kembali ke kamar Xue Ningyan. Tatapannya sangat serius sampai dahinya terus berkerut. Xue Ningyan masih belum sadarkan diri, dan masih tidak tahu kalau dia dibawa pergi oleh Pangeran Pertama ke vilanya tanpa persetujuan. “Wajahnya pucat sekali, Yang Mulia. Wanita ini mungkin punya penyakit bawaan lahir yang tidak bisa disembuhkan. Dan kondisi itu membuatnya tidak memungki
Liu Ling tiba di Kediaman Tuan Muda Keempat pada siang hari. Dan langsung menemui Shen Qi yang sudah duduk di ruang kerja. Liu Ling mendengus pelan, “Kudengar kau baru bangun setelah dua hari tertidur.” “Itu tidak bisa dinamakan tidur.” Shen Qi mengelak. “Bagaimana keadaanmu? Sepertinya kau juga lupa tentang racun itu, ya.” Liu Ling mengambil posisi duduk di kursi panjang yang ada di sisi kiri ruang kerja. Itu biasanya digunakan untuk menerima tamu karena disediakan kompor kecil untuk menyeduh teh. “Kau juga memilikinya?” tanya Shen Qi. Dengan sengaja masih merahasiakan tentang ingatannya yang sudah sepenuhnya pulih.“Tidak. Aku sudah sembuh sejak pergi ke Qingzhou.” Liu Ling menyeduh teh untuk dirinya sendiri. Shen Qi mendengus pelan, lalu beralih duduk di hadapan Liu Ling untuk mengobrol lebih banyak dengannya. Liu Ling mulai memasang wajah serius, “Shen Qi. Aku tidak ingin menikah denganmu.” Shen Qi menghentikan gerakannya yang baru saja membalik cangkir. Ia menatap Liu Lin
Xiao Di terdiam saat melihat seorang pria yang tak dikenalnya menghampiri Xue Ningyan yang hampir terjatuh, dan memeganginya supaya tidak tidak terjatuh. Pria itu adalah Pangeran Pertama, sedang menatapnya yang berdiri mematung.“Apakah kau mengenalnya?” tanya Xiao Di. Pangeran Pertama tersenyum hingga gigi gingsul di sudut bibir kirinya terlihat dan matanya menyipit, “Ya, dia adalah Nyonya Muda Keempat Shen, Xue Ningyan.” Xiao Di membulatkan mata dan berlari menghampirinya. “Kalau begitu, kau pasti temannya Nona Xue, kan?” “Tentu saja, aku berteman dekat dengannya. Sekarang kondisi tubuhnya tidak baik, aku ingin membawanya ke rumahku untuk diobati, jadi kau tidak perlu khawatir.” Pangeran Pertama menenangkan Xiao Di yang memang sedang mencari orang untuk menyelamatkan Xue Ningyan. “Kalau begitu, kebetulan sekali, aku akan menyerahkan Nona Xue padamu. Sedangkan aku akan mencari Nona Xiao Ci untuk segera menjemput Nona Xue di kediamanmu. Ah, bisakah kau beritahu aku di mana rumahm
Kediaman Xue. Xue Ningyan berdiri berhadapan dengan ayahnya, Xue Yuan. Meski terkejut, Xue Yuan tidak sampai mengusirnya karena tidak suka. Apalagi Xue Ningyan bersama beberapa orang dari Kediaman Tuan Muda Keempat. Begitu melihat barang bawaan Xue Ningyan, dia memerintah, “Siapkan kamar untuk Nona Pertama beristirahat.” “Baik, Tuan Besar ….”Karena tidak punya anak laki-laki, begitu kedua putrinya menikah, Xue Yuan hanya tinggal berdua di kediaman ini dengan istrinya, dan sesekali menerima tamu dari besannya. Xue Fengzhi terbilang cukup sering pulang ke rumah karena kerinduannya terhadap kedua orang tua yang menyayanginya, jadi Xue Yuan lebih sering menyambutnya dari pada Xue Ningyan. Xue Ningyan sendiri, cenderung tidak punya alasan untuk berlama-lama mengunjungi kediaman orang tuanya karena merasa tidak ada yang mengharapkan kedatangannya. Kini pun, dia datang karena memiliki maksud lain. Xue Ningyan duduk berhadapan dengan ayahnya di aula utama. Xue Yuan tidak menunjukkan
Shen Qi membuka matanya. Kembali terjaga dari mimpi yang belakangan ini selalu menghampirinya. Ia menatap langit-langit kamar yang remang. Lalu mulai mengingat apa yang terjadi sebelum ia tertidur. Ia tiba-tiba merasakan sakit luar biasa di seluruh tubuhnya. Seolah ada energi panas yang entah datang dari mana dan membuat seluruh tulangnya seperti dibakar bara api. Hingga ia pun menjadi ingat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya yang terbilang cukup kuat ini. Shen Qi menatap kedua telapak tangannya sendiri, ‘Ini adalah ‘jamuan selamat datang’ yang diberikan Pangeran Pertama padaku tiga tahun yang lalu.’ Ia meringis pelan, memegangi kepalanya yang terus berdenyut, memaksa ingatan-ingatan yang selama ini lenyap untuk terus berdatangan lagi. Ia mengedarkan pandangannya sedikit, melihat Zhong Li tertidur lelap di kursi panjang di dalam kamarnya.Lalu tatapannya jatuh ke tempat kosong di sampingnya tidur. “Xue Ningyan,” ia bergumam pelan.Ia terdiam cukup lama. Dan mengingat semu