Ningyan termenung sepanjang perjalanan pulang. Apa maksudnya Shen Qi tidak akan menolak perjodohan itu? Tidak mungkin pria sepertinya tertarik pada Ningyan yang hanya putri pejabat tingkat empat.
“Nona, apakah ada yang mengganggumu?” Xiao Ci bertanya karena tak tahan melihat Ningyan melamun. “Xiao Ci, maukah kau menyelidiki sesuatu untukku?” “Katakan saja, Nona. Saya akan melakukannya.” “Selidiki alasan di balik Shen Qi bersikeras tidak mau menolakku.” “Baik, Nona.” Setelah pertemuan singkat itu, Xue Ningyan tidak berhenti memikirkannya. Suara tegas Shen Qi yang menunjukkan wibawa tinggi itu selalu masuk ke telinganya dengan lembut. Tatapan matanya yang senantiasa tajam juga tidak membuatnya takut atau terintimidasi. Ekspresi wajah yang datar itu juga membuat Ningyan merasa harus terus menatapnya dengan lekat. Dari pertemuan singkat itu, dia juga menyadari, Shen Qi tidak begitu keras seperti rumor yang Xiao Ci dengar, tidak begitu kejam seperti yang Xiao Ci ketahui. Ningyan merenung, apakah dia benar-benar bisa menilai perilaku seseorang hanya dari pertemuan pertama yang hanya berlangsung sepuluh menit itu? Bagaimana pun, alasannya menerima pernikahan dengan gadis dari keluarga rendah jelas tidak bisa dianggap biasa saja. Apalagi, terakhir kali sebelum pergi, Shen Qi bahkan menekankannya dengan jelas. Benarkah ini hanya permintaan Menteri Keuangan sebagai cara untuk menunjukkan kesetiaan terhadap faksi yang pernah menjadi musuh? *** Setelah pulang ke rumah, Xue Yuan langsung memanggilnya ke ruang baca. Padahal sudah selarut ini, tapi dia tidak menunggu hingga esok hari baru berbincang. “Ayah, apakah ada sesuatu yang ingin Ayah bicarakan denganku?” Xue Yuan menatapnya yang sudah berdiri di depan meja kerjanya. “Duduklah, Ayah ingin bicara panjang denganmu.” “Baik, Ayah.” Ningyan hanya bisa menurut dan menahan rasa kantuknya sebentar. “Apakah ada yang ingin kau sampaikan padaku sebelum kita memulai perbincangan ini?” tanya Xue Yuan. Ningyan terdiam, apakah ayahnya tahu kalau dia pergi semalaman untuk bertemu dengan Shen Qi? “Aku tidak ingin menikah dengan Tuan Muda Keempat, Ayah.” “Ningyan.” Xue Yuan menatap tajam. Ningyan tahu ini tidak akan mudah. “Pergi bertemu Shen Qi untuk memintanya menolakmu bukan keputusan yang tepat. Ayah memang tidak peduli dengan masa depanmu, tapi kau harus peduli dengan martabat keluarga kita yang di ambang kehancuran ini, bodoh!” Kepala Ningyan tertunduk, “Ayah benar ….” ‘Biasanya anak gadis memang selalu mendapatkan perjodohan politik dari orang tua mereka, kan? Mungkinkah ayahku juga sama? Hanya benar-benar pernikahan politik dan bukan berniat buruk denganku?’ “Baguslah kalau kau sudah tahu posisimu. Kembailah ke kamar, besok tukang jahit Keluarga Shen akan datang untuk mengukur gaun pernikahanmu.” Xue Yuan menutup dokumennya. “Baik, Ayah.” Ningyan kembali ke kamarnya dengan perasaan murung. Dia menghela napas beberapa kali untuk mengurangi gelisahnya. ‘Sejak awal, Ayah memang berencana menjauhkanku dari Keluarga Xue, kan? Dia bahkan menyerahkan kekasihku untuk Xue Fengzhi. Jika sekali saja Xue Fengzhi berkata kalau dia tidak menyukaiku, sangat mungkin jika Ayah sampai membuangku seperti ini.’ Langkahnya terhenti saat melihat bayangan seseorang di kejauhan. Dia memutuskan untuk mendekat karena mengenal siapa yang sedang berdiri di sana. Suara petir mulai terdengar. Ningyan berdiri di balik dinding lorong, melihat dari jauh Xue Fengzhi sedang berhadapan dengan Gu Shiyi, orang yang baru saja membuangnya. *** Kembali ke kamarnya, Ningyan menyembunyikan wajah sembapnya di balik selimut. Bahunya berguncang dan suara isak tangisnya terdengar samar. “Harusnya aku tidak perlu mendekat, padahal tahu akhirnya akan sesakit ini.” Ningyan menyeka pipinya berkali-kali. “Aku memang percaya Gu Shiyi tidak akan melakukan hal yang buruk di belakangku, tapi memangnya aku berhak apa pada dirinya? Aku bahkan sudah dijodohkan dengan pria lain dan dia akan menikah dengan adikku sendiri.” Ningyan menghela napas panjang, matanya terpejam rapat. Suara ketukan pintu terdengar. Ningyan mengangkat kepala, “Siapa?” “Nona, ini saya, Xiao Ci.” “Masuklah, Xiao Ci. Pintunya tidak terkunci.” Pintu berderit terbuka, Xiao Ci masuk dengan raut wajah serius. Kemarin, setelah meninggalkan Aula Leluhur, Ningyan memberikan tugas pada Xiao Ci untuk mengawasi Gu Shiyi. Tampaknya dia datang untuk melaporkan hasil pengamatan itu setelah melihat Gu Shiyi berada di kediaman ini bersama Fengzhi. “Apa yang kau dapatkan, Xiao Ci?” Xiao Ci menghela napas pelan. “Sesuai dengan dugaan Nona, Tuan Muda Gu memang berkolusi dengan Nona Kedua.” Ningyan menghela napas panjang, berusaha menahan air matanya. “Apakah mereka sudah menjalin hubungan dejat sejak lama?” “Berdasarkan kesaksian tetangga Kediaman Gu, Tuan Muda Gu sering sekali membeli perhiasan atau kain sutra berwarna cerah.” “Saya mencocokkannya dengan gaun yang biasa dipakai Nona Kedua. Ternyata sebagian besar gaun berkualitas mewah yang beliau pakai adalah pemberian dari Tuan Muda Gu.” “Sudahlah, tak perlu dijelaskan. Yang penting sekarang aku sudah tahu kalau pria itu sama sampahnya dengan pria yang tidak mau menolak perjodohan itu.” Ningyan merebahkan tubuhnya. “Saat keluar, bantu aku mematikan lampu.” “Nona …,” Xiao Ci bergumam gelisah. “Aku hanya tidak mau terlalu larut dalam kesedihan, Xiao Ci. Malam ini aku juga melihat sendiri bagaimana Gu Shiyi berbincang akrab dengan Xue Fengzhi. Aku tidak akan mengganggu lagi karena sudah tahu yang sebenarnya.” Xiao Ci menunduk, “Baik, Nona. Tapi apakah Anda baik-baik saja? Anda tidak merasa sakit hati? Sebenarnya, tidak apa-apa jika Anda menangis untuk melegakan hati yang sesak. Nona tidak perlu menyembuhkannya dari saya, saya yang akan menjaga rahasia demi kebaikan Nona.” Ningyan terdiam. Tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu yang selama ini tidak pernah berani ia pikirkan. “Nona, apakah ada sesuatu yang membuat Anda tidak nyaman?” Xiao Ci memiringkan kepalanya untuk melihat raut wajah Ningyan yang serius. “Xiao Ci …, apakah kau ingat, dulu aku siapa?” “Dulu Nona adalah Nona Besar yang sangat disayangi Tuan Besar dan Nyonya Besar.” Xiao Ci menjawab takut-takut. Itu adalah pembahasan yang tidak pernah Ningyan sukai setelah ibunya pergi. “Lalu, sejak kapan itu mulai berubah?” Xiao Ci benar-benar merasa takut untuk menjawabnya. Tapi Ningyan sudah bertanya. “Sejak kedatangan Selir Li dan sejak Selir Li melahirkan Nona Kedua.” Xiao Ci menunduk. Xue Ningyan mendongak menatap langit-langit kamarnya yang lusuh, “Aku kehilangan semua hal yang seharusnya menjadi milikku sejak Xue Fengzhi dan ibunya datang.” “Ibuku meninggal dan Ayah mulai mengasingkanku, bahkan tidak pernah mengizinkanku keluar untuk hadir di perjamuan bunga atau perjamuan festival keluarga bangsawan.” “Fengzhi hanya putri tidak sah, tapi dia mendapat perlakuan yang jauh lebih baik dari pada yang aku dapatkan saat kecil. Aku …, merasa sakit hati sampai sekarang.” Xiao Ci menjatuhkan lututnya perlahan dan mendongak menatap Ningyan dengan mata berembun. “Nona …, kenapa Anda tiba-tiba membahas hal buruk itu? Tidak biasanya Anda seperti ini.” “Xiao Ci. Apa pendapatmu jika aku berhasil merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milikku lewat pernikahan ini?” Ningyan menjawab mantap. “Apa? Nona, apa yang Anda bicarakan? Apakah saya tidak salah dengar?” Ningyan menyeringai tipis, “Kau tidak salah dengar, Xiao Ci. Daripada menyia-nyiakan hidup, aku akan memanfaatkan waktu dengan baik. Dalam waktu dua tahun, aku akan mendapatkan kembali apa yang seharusnya menjadi milikku, dan memberikan balasan kepada mereka yang sudah menyakitiku. Termasuk Gu Shiyi.”Musim panas tahun ini terasa berbeda di Istana Timur. Cahaya matahari jatuh lembut menembus dedaunan, membuat taman istana tampak seperti dilapisi emas. Aroma bunga teratai dari kolam memenuhi udara, bercampur dengan tawa riang yang seolah tak berkesudahan.Di tengah taman, empat anak bermain bersama. Shen Yan, yang kini berusia enam tahun, tampak gagah meski masih kecil. Di sampingnya, Putri Agung Anhe dengan wajah cantiknya berseri-seri, rambutnya diikat pita merah muda. Sementara dua bayi kembar, putra-putri Shen Qi dan Xue Ningyan yang diberi nama Shen Yu dan Shen Zhiyi, sedang belajar berdiri dengan bantuan dayang.“Kakak Anhe! Lihat, adikku bisa berdiri sendiri!” seru Shen Yan penuh semangat, menunjuk adik laki-lakinya yang berusaha menyeimbangkan tubuh kecilnya.Anhe menepuk tangan, tertawa riang. “Bagus sekali! Aku juga mau mengajari adikmu berjalan.”Shen Zhiyi, dengan pipi bulat merah merona, tiba-tiba menjatuhkan diri duduk. Shen Yan buru-buru menghampiri. “Aduh, jangan jat
Lima tahun kemudian.Musim semi datang dengan warna-warna baru di Istana Timur. Di taman Paviliun Teratai, bunga-bunga peoni bermekaran, menebar harum lembut yang terbawa angin. Paviliun kecil dengan pilar merah dan ukiran naga tampak ramai oleh tawa dua anak kecil yang sedang duduk bersama di atas tikar sutra.“A-Ying, baca bagian ini, cepat! Guru bilang kita tidak boleh lupa,” suara jernih Putri Agung Anhe terdengar, penuh semangat.Di sampingnya, seorang bocah lelaki berwajah tenang dengan alis tebal seperti ayahnya, Pangeran Ying, Shen Yan, yang kini berusia lima tahun, menghela napas panjang, lalu menatap papan kayu kecil di tangannya. “Baik, aku baca …, ‘Ren zhe ai ren, you zhe jing ren …’”Anhe terkikik, menepuk tangannya. “Bagus! Tapi nadamu salah. Ulangi, ulangi!”“Kakak Anhe, aku sudah membacanya dengan benar!” protes Shen Yan, wajahnya cemberut namun pipinya merah.Mereka berdua kemudian saling pandang, lalu meledak dalam tawa polos. Di sekitar mereka, dayang-dayang tersen
Berbulan-bulan tinggal di Istana Timur, nyatanya, Xue Ningyan dengan cepat terbiasa dengan kesehariannya. Shen Yan hampir setiap hari bersamanya, Xiao Ci adalah pengasuh Shen Yan secara resmi yang ditunjuk oleh Baginda Kaisar sendiri. Tampaknya, pria nomor satu di Dinasti Xia itu sudah benar-benar mengakui Shen Yan sebagai cucunya. Tapi, dia sama sekali tidak pernah mengunjungi Shen Qi atau memanggilnya ke istananya sejak hari penobatan itu. Dari kabar yang didengar Xue Ningyan dari Permaisuri Yitian, tampaknya Baginda Kaisar sedang tidak sehat. Dan semua pekerjaan istana sudah dilimpahkan pada Putra Mahkota dan Kanselir sebagai pembimbing utama. Setiap hari selama beberapa bulan belakangan, Shen Qi memang sering mengurung diri di ruang baca, dan hanya keluar saat waktu makan saja. Xue Ningyan merasa lega, Shen Qi benar-benar melakukan tugasnya dengan baik sebagai Putra Mahkota. Dan kerinduannya setiap harinya, semakin menumpuk karena waktu untuk bertemu, tentu saja menjadi sa
Hari itu, matahari bersinar cerah di atas Ibukota. Angin musim semi berembus lembut, seakan ikut merayakan dimulainya kehidupan baru bagi keluarga kecil Shen Qi.Setelah penobatan resmi, Baginda Kaisar menganugerahkan sebuah istana khusus untuknya, Istana Timur, kediaman yang sejak lama hanya diperuntukkan bagi Putra Mahkota. Bangunannya megah, berdiri di antara taman-taman penuh bunga yang ditata rapi, dengan kolam jernih di sisi barat, dan aula besar berlapis ukiran emas.Xue Ningyan terpaku ketika pertama kali memasuki gerbang utama bersama Shen Qi dan putra kecil mereka. “Astaga …,” lirihnya, matanya membesar menatap pilar-pilar tinggi yang dicat merah menyala. “Ini …, lebih besar dari seluruh kediaman kita dulu.”Shen Qi hanya tersenyum tipis. “Kau akan terbiasa.”“Terbiasa?!” Xue Ningyan hampir tersedak. “Butuh berapa tahun untuk terbiasa hidup di tempat sebesar ini? Kalau aku berjalan dari kamar ke taman, bisa-bisa Shen Yan sudah besar sebelum aku sampai!”Xiao Ci, pelayan pri
Tiga hari kemudian.Langit ibu kota diselimuti awan kelabu. Udara dingin menusuk, tapi di alun-alun utama, ribuan rakyat sudah berkumpul. Mereka berdiri rapat, menunggu peristiwa besar yang hanya sekali dalam seumur hidup bisa mereka saksikan.Bukan pesta.Bukan perayaan.Tapi eksekusi seorang Pangeran Kekaisaran.Wang Yuxuan, yang masih menyandang gelar Pangeran Pertama, akan dihukum penggal karena berani menodai nama keluarga kekaisaran dengan pemberontakan di malam tahun baru. Baginda Kaisar tidak mencabut gelarnya, justru sengaja membiarkannya terbawa sampai tiang eksekusi, sebagai pelajaran pahit bagi semua pihak, bahwa seorang Pangeran pun tak akan lolos dari titah mutlak jika bersalah.***Di panggung eksekusi, para pengawal kekaisaran berbaris rapi, tombak mereka tegak lurus. Genderang bertalu perlahan, menambah ketegangan yang menggantung di udara. Rakyat berdesakan, beberapa menutup mulut, sebagian lagi berbisik tanpa henti.“Seorang pangeran …, dihukum di depan umum.”“Ini
Istana Dinasti Xia akhirnya jatuh dalam keheningan. Setelah malam penuh darah dan teriakan, yang tersisa hanyalah jejak abu di udara. Para pejabat telah kembali ke kediaman masing-masing, membawa wajah pucat dan pikiran kacau. Semua orang tahu, sejarah baru saja bergeser, dan tidak ada seorang pun yang bisa menutupinya lagi. Wang Yuxuan sudah tidak lebih dari tawanan. Para pengawalnya dibubarkan, pasukannya dihancurkan. Yang tersisa hanyalah titah Baginda Kaisar sebelum pingsan, hukuman penggal tiga hari lagi, dan pengangkatan resmi Wang Ye sebagai Putra Mahkota. Meski sempat menolak, Shen Qi menerima nama itu dan gelar yang akan dianugerahkan padanya. Suasana yang mencekam itu kini berbalik menjadi keheningan yang asing. Para pelayan berjalan dengan langkah hati-hati, seolah takut suara langkah mereka membangunkan naga yang tidur. Angin malam mengusap dinding istana, membawa dingin yang menusuk tulang, namun di dalam kediaman Shen Qi di Kediaman Keluarga Shen, hangat ke