Ningyan memasukkan selembar kertas yang baru saja ditulisnya ke dalam amplop coklat dan membubuhkan cap Keluarga Xue di tengahnya.
Xiao Ci, pelayan pribadinya menunggu di samping. Ningyan memberikan amplop itu pada Xiao Ci. “Berikan ini ke Kediaman Shen untuk Tuan Muda Keempat Shen.” “Baik, Nona.” Sepeninggal Xiao Ci, Ningyan terdiam merenung. Yang dia lakukan sekarang adalah berusaha bernegosiasi dengan calon suami yang tak dikenalnya. Dia mungkin tidak punya pilihan selain menerima perjodohan itu. Tapi Shen Qi yang seorang Kepala Biro Informasi sekaligus putra dari pejabat tingkat dua, tidak mungkin mau merendahkan diri dengan menikahi gadis lemah dari keluarga pejabat tingkat empat yang rendahan. Meski dia tidak bisa melakukan apa pun sendiri, jika menghubungi Shen Qi dan membicarakan hal itu dengannya, masih ada harapan untuk membatalkannya. Jika Shen Qi menolaknya, tidak ada hal yang bisa dilakukan ayahnya untuk mempertahankan perjodohan itu. Ningyan menghela napas, meski artinya dia benar-benar harus merendahkan harga diri dan membuat Shen Qi menolaknya. Surat itu berisi permintaan untuk bertemu di Restoran Taiji pukul tujuh malam ini. Satu jam kemudian, Xiao Ci melapor bahwa surat itu sudah tiba di tangan Tuan Muda Keempat. Namun, raut wajahnya tak terlalu bagus. “Apakah ada yang terjadi?” tanya Ningyan, melepas gaun berwarna biru pastel yang terpajang di salah satu sisi kamar. Xiao Ci menunduk, “Apakah Anda benar-benar berencana menemui Tuan Muda Ke-empat di Restoran Taiji?” Ningyan hanya mengangguk sekilas, menatap pantulan dirinya yang pucat di cermin sambil membiarkan Xiao Ci menyisir rambut panjangnya. “Tapi, Nona. Apakah Anda tahu, Tuan Muda Keempat Shen itu orang yang seperti apa?” Xiao Ci memasang wajah khawatir. “Apakah kau tahu, Xiao Ci?” Mendengar itu, Xiao Ci tahu kalau majikannya benar-benar tidak pernah mendengar apa pun tentang Shen Qi yang akan menikah dengannya. “Tuan Muda Keempat Shen itu anak angkatnya Selir Pertama Shen, Nona. Dia masuk ke Kediaman Shen saat usianya lima tahun. Dari yang kudengar, dia berwatak buruk, tidak punya perasaan, suka bertindak kejam.” “Dua tahun yang lalu, Pangeran Pertama mendirikan Biro Informasi dan menunjuknya sebagai kepala biro. Dia mulai terkenal di kalangan kelas atas setelah menjabat sebagai kepala biro.” “Dulunya, dia bahkan tidak pernah kembali ke Ibu Kota dan kecanduan menjelajah medan perang bersama pamannya, Jenderal Utara.” “Karena meski pun dia berasal dari Keluarga Menteri Keuangan, dia bukan putra sah mau pun putra selir, dia hanya orang luar yang diangkat menjadi anak setelah selir pertama diketahui mandul.” “Jadi, meski dia berusaha keras agar mendapat nilai tinggi di Akademi Kekaisaran, dia tetap tidak bisa menjadi pejabat karena banyak keluarga lain yang menentangnya.” “Beruntung Pangeran Pertama menyelamatkan masa depannya dengan menjadikannya kepala biro. Meski pun bukan Pejabat Kekaisaran resmi, dia mulai memiliki banyak kontribusi selama dua tahun terakhir. Ditambah pencapaiannya di medan perang sejak menjadi Wakil Jenderal Utara, dia termasuk orang yang tidak bisa disentuh.” “Nona, menurut saya, Nona cukup beruntung jika harus menikah dengan orang hebat itu. Kenapa Nona sangat ingin membatalkannya?” Xue Ningyan terdiam. Percapaian besar itu tidak begitu mengejutkan. Dia tetap bermarga Shen meski hanya anak angkat. Dan justru lebih mencurigakan kenapa orang sehebat itu mau menerima perjodohan dengan putri pejabat tingkat empat? “Xiao Ci. Dari penjelasanmu tadi, aku tahu betul Shen Qi itu bukan orang yang bisa ku dekati. Tidak, dia adalah orang yang tidak boleh didekati.” “Selama itu mungkin, aku akan mencoba segala cara untuk menemuinya dan memperbincangkan masalah itu dengannya. Pasti adalah alasan besar di balik kesediaannya menerima perjodohan denganku.” Xiao Ci mengangguk, dia menyematkan tusuk rambut giok di kepala Ningyan. “Semoga saja Anda bisa langsung bertemu dengannya dalam percobaan pertama.” *** Pukul sepuluh malam, Restoran Taiji. Xue Ningyan menghela napas. Suasana yang tadinya ramai semakin sepi seiring malam semakin larut. Tapi masih belum ada tanda-tanda Shen Qi akan datang. Xiao Ci yang merasa sudah tiba batasnya, mendekat untuk menasihati majikannya. “Nona, saya rasa Tuan Muda Keempat tidak akan datang.” “Dia pasti akan datang.” “Nona sudah menunggu selama tiga jam.” “Kau benar. Aku akan menunggu satu jam lagi.” Xue Ningyan menuangkan teh ke cangkirnya yang sudah kosong. “Nona, Tuan Muda Keempat Shen mungkin memang tidak berniat datang. Dia tidak memberikan surat balasan kepada Nona.” Xiao Ci menunduk, “Ini sudah malam, Nona. Sebaiknya kita pulang dulu dan mencoba lagi besok.” Ningyan menghela napas lagi, “Aku akan menunggu tiga puluh menit lagi saja.” Dia benar-benar bertekad untuk membuat Shen Qi menolak pernikahan itu. Tiga puluh menit kemudian. “Nona, Tuan Muda Keempat Shen masih belum datang. Anda harus menepati janji Anda pada saya untuk pulang ke rumah dan mencobanya lagi besok.” Xiao Ci membungkuk hormat. “Baiklah, aku menyerah.” Xue Ningyan berdiri, menghela napas kecewa. Tepat sebelum dia meninggalkan mejanya, dia melihat seorang pemuda berjalan memasuki Restoran Taiji yang sudah hampir tutup ini. Xue Ningyan menelan ludah, ‘Apakah itu pria yang selama ini ku tunggu?’ Xiao Ci yang terdiam di belakang Ningyan berbisik pelan, “Itu adalah Tuan Muda Keempat Shen, Nona.” Bola mata Ningyan membulat. Dia sudah berhadapan dengan pria yang sangat ingin ditemuinya itu. Dia membungkuk takzim dan memberi salam. “Salam kepada Tuan Muda Keempat Shen, saya Xue Ningyan yang ingin menemui Anda.” Shen Qi tidak menjawab dan hanya memasang ekspresi datar. “Kau yakin sekali aku datang ke sini untuk menemuimu.” “Saya yang mengirim surat ke Kediaman Shen untuk memohon bertemu dengan Anda.” Ningyan berdiri tegak dan terus menjaga tatapannya agar tidak menatap wajah Shen Qi secara langsung. “Benarkah? Sepertinya pengawalku membuang surat itu sebelum aku sempat membawanya.” Demi mendengar itu, Ningyan mengangkat kepalanya dan menatap Shen Qi dengan sorot tidak percaya. “Tuan Muda Keempat, apakah pengawalmu tidak mendapat lisensi resmi untuk menjadi pengawal? Dia cukup berani untuk membuang surat yang diperuntukkan bagi majikannya.” “Apakah kau meragukanku dalam merekrut orang?” Shen Qi menyergah. “Saya tidak bermaksud seperti itu. Jadi, apakah Tuan Muda Keempat bersedia mengobrol dengan saya selama tiga puluh menit? Ada hal yang ingin saya sampaikan pada Tuan Muda Keempat.” “Duduklah, tapi aku hanya memberi waktu sepuluh menit.” Ningyan terdiam, dia memilih meja lain di sebelah meja yang sebelumnya dia pakai untuk menunggu. “Silakan Tuan Muda Keempat membatalkan perjodohan dengan saya.” Suasana mendadak lengang. Ucapan spontan itu membuat Shen Qi terkekeh. “Benar-benar tanpa basa-basi. Apa alasanmu menolak perjodohan itu?” “Saya tidak punya alasan untuk menolaknya, tapi Tuan Muda Keempat pasti punya.” Ningyan menjawab mantap. Tidak ada satu pun keraguan di balik tatapannya yang datar. “Kau tidak takut tidak ada pria yang kau menikah denganmu karena sudah pernah ditolak?” “Anda tidak perlu memikirkan masa depan saya.” “Bagaimana pun, kan, tidak akan ada pria yang mau menikahi wanita yang sudah ditolak. Kau tidak keberatan?” Ningyan terdiam sejenak, dia akhirnya tahu kalau pemuda ini tidak benar-benar berniat mengabulkan keinginannya, “Apakah Tuan Muda Keempat tidak keberatan menikah dengan saya? Saya kan, hanya putri pejabat tingkat empat.” Kalimat itu seharusnya cukup untuk membuat Shen Qi menganggap dirinya menjijikkan, bukan? Ningyan berharap seperti itu. Shen Qi melangkahkan kakinya mendekati Ningyan dan mendekatkan wajahnya di telinga Ningyan. “Xue Ningyan. Aku tidak akan menolak perjodohan ini.”Musim panas tahun ini terasa berbeda di Istana Timur. Cahaya matahari jatuh lembut menembus dedaunan, membuat taman istana tampak seperti dilapisi emas. Aroma bunga teratai dari kolam memenuhi udara, bercampur dengan tawa riang yang seolah tak berkesudahan.Di tengah taman, empat anak bermain bersama. Shen Yan, yang kini berusia enam tahun, tampak gagah meski masih kecil. Di sampingnya, Putri Agung Anhe dengan wajah cantiknya berseri-seri, rambutnya diikat pita merah muda. Sementara dua bayi kembar, putra-putri Shen Qi dan Xue Ningyan yang diberi nama Shen Yu dan Shen Zhiyi, sedang belajar berdiri dengan bantuan dayang.“Kakak Anhe! Lihat, adikku bisa berdiri sendiri!” seru Shen Yan penuh semangat, menunjuk adik laki-lakinya yang berusaha menyeimbangkan tubuh kecilnya.Anhe menepuk tangan, tertawa riang. “Bagus sekali! Aku juga mau mengajari adikmu berjalan.”Shen Zhiyi, dengan pipi bulat merah merona, tiba-tiba menjatuhkan diri duduk. Shen Yan buru-buru menghampiri. “Aduh, jangan jat
Lima tahun kemudian.Musim semi datang dengan warna-warna baru di Istana Timur. Di taman Paviliun Teratai, bunga-bunga peoni bermekaran, menebar harum lembut yang terbawa angin. Paviliun kecil dengan pilar merah dan ukiran naga tampak ramai oleh tawa dua anak kecil yang sedang duduk bersama di atas tikar sutra.“A-Ying, baca bagian ini, cepat! Guru bilang kita tidak boleh lupa,” suara jernih Putri Agung Anhe terdengar, penuh semangat.Di sampingnya, seorang bocah lelaki berwajah tenang dengan alis tebal seperti ayahnya, Pangeran Ying, Shen Yan, yang kini berusia lima tahun, menghela napas panjang, lalu menatap papan kayu kecil di tangannya. “Baik, aku baca …, ‘Ren zhe ai ren, you zhe jing ren …’”Anhe terkikik, menepuk tangannya. “Bagus! Tapi nadamu salah. Ulangi, ulangi!”“Kakak Anhe, aku sudah membacanya dengan benar!” protes Shen Yan, wajahnya cemberut namun pipinya merah.Mereka berdua kemudian saling pandang, lalu meledak dalam tawa polos. Di sekitar mereka, dayang-dayang tersen
Berbulan-bulan tinggal di Istana Timur, nyatanya, Xue Ningyan dengan cepat terbiasa dengan kesehariannya. Shen Yan hampir setiap hari bersamanya, Xiao Ci adalah pengasuh Shen Yan secara resmi yang ditunjuk oleh Baginda Kaisar sendiri. Tampaknya, pria nomor satu di Dinasti Xia itu sudah benar-benar mengakui Shen Yan sebagai cucunya. Tapi, dia sama sekali tidak pernah mengunjungi Shen Qi atau memanggilnya ke istananya sejak hari penobatan itu. Dari kabar yang didengar Xue Ningyan dari Permaisuri Yitian, tampaknya Baginda Kaisar sedang tidak sehat. Dan semua pekerjaan istana sudah dilimpahkan pada Putra Mahkota dan Kanselir sebagai pembimbing utama. Setiap hari selama beberapa bulan belakangan, Shen Qi memang sering mengurung diri di ruang baca, dan hanya keluar saat waktu makan saja. Xue Ningyan merasa lega, Shen Qi benar-benar melakukan tugasnya dengan baik sebagai Putra Mahkota. Dan kerinduannya setiap harinya, semakin menumpuk karena waktu untuk bertemu, tentu saja menjadi sa
Hari itu, matahari bersinar cerah di atas Ibukota. Angin musim semi berembus lembut, seakan ikut merayakan dimulainya kehidupan baru bagi keluarga kecil Shen Qi.Setelah penobatan resmi, Baginda Kaisar menganugerahkan sebuah istana khusus untuknya, Istana Timur, kediaman yang sejak lama hanya diperuntukkan bagi Putra Mahkota. Bangunannya megah, berdiri di antara taman-taman penuh bunga yang ditata rapi, dengan kolam jernih di sisi barat, dan aula besar berlapis ukiran emas.Xue Ningyan terpaku ketika pertama kali memasuki gerbang utama bersama Shen Qi dan putra kecil mereka. “Astaga …,” lirihnya, matanya membesar menatap pilar-pilar tinggi yang dicat merah menyala. “Ini …, lebih besar dari seluruh kediaman kita dulu.”Shen Qi hanya tersenyum tipis. “Kau akan terbiasa.”“Terbiasa?!” Xue Ningyan hampir tersedak. “Butuh berapa tahun untuk terbiasa hidup di tempat sebesar ini? Kalau aku berjalan dari kamar ke taman, bisa-bisa Shen Yan sudah besar sebelum aku sampai!”Xiao Ci, pelayan pri
Tiga hari kemudian.Langit ibu kota diselimuti awan kelabu. Udara dingin menusuk, tapi di alun-alun utama, ribuan rakyat sudah berkumpul. Mereka berdiri rapat, menunggu peristiwa besar yang hanya sekali dalam seumur hidup bisa mereka saksikan.Bukan pesta.Bukan perayaan.Tapi eksekusi seorang Pangeran Kekaisaran.Wang Yuxuan, yang masih menyandang gelar Pangeran Pertama, akan dihukum penggal karena berani menodai nama keluarga kekaisaran dengan pemberontakan di malam tahun baru. Baginda Kaisar tidak mencabut gelarnya, justru sengaja membiarkannya terbawa sampai tiang eksekusi, sebagai pelajaran pahit bagi semua pihak, bahwa seorang Pangeran pun tak akan lolos dari titah mutlak jika bersalah.***Di panggung eksekusi, para pengawal kekaisaran berbaris rapi, tombak mereka tegak lurus. Genderang bertalu perlahan, menambah ketegangan yang menggantung di udara. Rakyat berdesakan, beberapa menutup mulut, sebagian lagi berbisik tanpa henti.“Seorang pangeran …, dihukum di depan umum.”“Ini
Istana Dinasti Xia akhirnya jatuh dalam keheningan. Setelah malam penuh darah dan teriakan, yang tersisa hanyalah jejak abu di udara. Para pejabat telah kembali ke kediaman masing-masing, membawa wajah pucat dan pikiran kacau. Semua orang tahu, sejarah baru saja bergeser, dan tidak ada seorang pun yang bisa menutupinya lagi. Wang Yuxuan sudah tidak lebih dari tawanan. Para pengawalnya dibubarkan, pasukannya dihancurkan. Yang tersisa hanyalah titah Baginda Kaisar sebelum pingsan, hukuman penggal tiga hari lagi, dan pengangkatan resmi Wang Ye sebagai Putra Mahkota. Meski sempat menolak, Shen Qi menerima nama itu dan gelar yang akan dianugerahkan padanya. Suasana yang mencekam itu kini berbalik menjadi keheningan yang asing. Para pelayan berjalan dengan langkah hati-hati, seolah takut suara langkah mereka membangunkan naga yang tidur. Angin malam mengusap dinding istana, membawa dingin yang menusuk tulang, namun di dalam kediaman Shen Qi di Kediaman Keluarga Shen, hangat ke