Home / Rumah Tangga / Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan / BAB 32 : PERGI DENGAN RADJA

Share

BAB 32 : PERGI DENGAN RADJA

Author: Langit Parama
last update Last Updated: 2025-06-19 08:04:36

Mobil SUV hitam yang mengantar Savana baru saja tiba, berhenti tepat di depan gedung kampus.

Sebelum turun dari mobil hitam milik suaminya, supir pribadi langsung membukakan pintu untuk Savana, membuat beberapa mahasiswa yang lewat menoleh penasaran.

"Terima kasih, pak," ucapnya pelan sebelum melangkah cepat menuju gedung kampus. Dia sedikit menunduk, berusaha menutupi rasa kikuk.

Savana terus berjalan menuju kelasnya. Ia masuk dan melihat Rinka yang sudah lebih dulu datang duduk di bangku kelas. Ia langsung melambai begitu melihat Savana datang.

“Savaaa! Sini duduk!” panggil Rinka nyaring, dengan ekspresi cerah sebelum mata kuliah di mulai.

Savana duduk di sampingnya lalu mengulas senyum, “Tumben dateng awal?”

“Biasa maba, masih semangat-semangatnya sebelum digempur sama tugas kuliah,” canda Rinka sambil nyengir nakal.

Savana langsung menggeleng pelan, bibirnya mengulas senyum kecil. “Hari ini kita belajar anatomi, kan?”

“Yup! Katanya dosennya killer tapi super kece. Aku udah stalkin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 43 : DARYAN KE CAFE

    Sore harinya, setelah pertemuannya dengan Daryan, Ameer langsung menyusul Savana ke tempat kerjanya. Pria paruh baya itu menunggu hingga putrinya dengan perasaan campur aduk. Savana baru saja keluar dari ruang ganti karyawan, membawa nampan kosong dan bersiap kembali ke bar. Namun langkahnya terhenti ketika melihat sosok tak asing berdiri menunggunya di dekat pintu belakang cafe. “Papa?” ucapnya pelan, merasa terkejut dengan kehadiran ayahnya. Ameer menatapnya tajam. Kali ini tidak ada senyum lembut atau nada halus seorang ayah, yang ada hanya tekanan dan kemarahan. “Kita perlu bicara,” ucapnya dingin, menarik lengan Savana paksa menuju area kosong di balik tangga gudang. Savana tersentak, berusaha melepaskan diri. “Pa, jangan kasar! Ini tempat kerja." “Tempat kerja?” Ameer mendesis rendah, “Kamu pikir papa ga tahu kamu kerja di sini diam-diam? Kamu pikir kamu bisa mutusin kontrak seenak jidat seolah kamu yang punya kuasa?” Savana mengerutkan alis, “Aku ga ngerti kenapa papa ma

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 42 : JANGAN IKUT CAMPUR

    Minah baru saja menyajikan sarapan di meja ketika Savana sampai di ruang makan. Savana duduk di kursinya seperti biasa, mengenakan kemeja hitam dan jeans, rambut dikuncir kuda. Di samping tas selempangnya, terselip apron coklat yang sudah terlipat rapi. Daryan datang beberapa menit kemudian, duduk tanpa berkata apa-apa. Tapi matanya langsung menangkap apron itu. “Kamu kerja pagi hari ini?” tanyanya datar. Savana mengangguk sambil menuang teh ke cangkirnya, “Iya. Hari ini shift pagi, pulang jam dua siang.” Daryan menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, menatapnya dalam. “Kamu tahu kamu belum pulih total. Kaki kamu masih bengkak,” ucapnya. Savana hanya tersenyum kecil, “Saya masih bisa jalan, mas. Saya ga cocok jadi Nyonya yang diem terus di rumah, tapi cuma ngabisin duit.” Daryan tak langsung menjawab. Tapi napasnya terasa lebih berat. Ia meletakkan sendoknya lalu berkata perlahan. “Berhenti kerja.” Savana menoleh cepat, “Apa?” “Saya bilang berhenti. Kamu ga perlu kerja. Fokus k

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 41 : AKHIRI KONTRAK NIKAH

    "Ma-mas ...." suara Savana tercekat di tenggorokan. "Saya tanya, dari mana kamu?" Nada bicaranya dingin, raut wajahnya datar tanpa ekspresi. "Bi Minah ga ada kasih tahu mas? Saya udah ninggalin sticky notes di pintu kulkas, apa mungkin bi Minah ga lihat?" Tanyanya dengan nada gemetar. Melihat tatapan dingin Daryan, Savana menelan ludah. "Saya cek dulu sticky notesnya masih ada atau ga." "Tinggal jawab apa susahnya!" Nada bicara Daryan terdengar tajam membuat langkah Savana yang hendak menuju dapur terhenti, "Sekali lagi saya tanya, dari mana kamu?" “Dari luar,” jawabnya singkat. “Luar yang mana?” Daryan berdiri. Suaranya tenang tapi penuh tekanan. “Kampus? Tapi saya lihat kamu tidak bawa tas laptop." Perlahan Daryan melangkah menghampirinya. Sepasang mata elangnya yang tajam tertuju pada pakaian Savana, termasuk hoodie yang seperti menyembunyikan sesuatu di baliknya. Savana memalingkan pandangan dan berjalan mundur. Tapi, pria itu semakin mendekat, membuatnya mundur beberapa

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 40 : ORANG KAYA GABUT?

    Sore itu suasana cafe masih tenang ketika Savana melangkah masuk dengan langkah hati-hati. Kakinya masih terasa nyeri, tapi sudah jauh lebih baik dari pagi tadi. Seragam hitam dan apron coklat sudah dia kenakan dibalik hoodienya, rambut diikat rapi seperti biasa. Radja yang sedang merapikan stock cup di balik bar langsung menoleh saat mendengar suara pintu. Begitu melihat siapa yang datang, ekspresinya berubah. “Lho.” Radja memicingkan mata, keningnya mengerut. “Lo?” Savana tersenyum kecil, mencoba terlihat santai meski langkahnya belum bisa sepenuhnya normal. “Hai,” sapanya pelan, senyumnya manis. Radja berjalan pelan menghampiri, ekspresinya bingung. “Tadi pagi lo izin ga masuk kuliah, katanya sakit. Kenapa sekarang malah masuk kerja?” “Udah mendingan kok. Lagian kalau diem di rumah terus malah suntuk.” Radja menyilangkan tangan, menatapnya lama. “Savana, ini kerjaan fisik. Lo bakal berdiri lama, jalan bolak-balik. Lo yakin?” Savana hanya mengangguk kecil, “Aku butuh gerak,

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 39 : PURA-PURA SAKIT?

    Pagi itu, Minah sudah menata dua piring di meja makan lengkap dengan dua gelas jus jeruk. Daryan duduk lebih dulu, pakaiannya sudah rapi dengan setelan jas mahal berwarna abu-abu muda. Tak lama, Savana keluar dari kamar. Langkahnya pelan, sangat pelan. Kakinya yang terluka membuat langkahnya tidak bebas. Daryan yang sedang menyendok nasi goreng menoleh. Matanya langsung jatuh ke kaki Savana yang masih berbalut perban. “Masih sakit?” Savana menoleh, “Engga, cuma ga bisa jalan bener. Jadi harus pelan-pelan.” Daryan mengerutkan kening. Jelas-jelas jalannya pincang begitu, kenapa dia harus pura-pura kuat begitu? Dia mendengus pelan, tapi memilih tidak berkomentar. “Sarapan dulu. Kamu kuliah hari ini?” Savana mengangguk sambil mulai menyendok nasi ke piringnya, “Iya. Jadwal padat dari pagi. Kalau telat, bisa ketinggalan materi.” Mata Daryan kembali tertuju ke kaki Savana yang dari tadi digeser-geser seolah mencari posisi nyaman. “Izin ga masuk hari ini,” kata Daryan, nada bicaran

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 38 : KECAPEKAN

    Pukul setengah tujuh malam, suara pintu terbuka pelan, disusul langkah kaki yang terdengar lelah dan berat. Savana masuk ke dalam penthouse, menutup pintu tanpa suara, lalu melepas sepatu sambil menunduk. Minah tengah sibuk menata lauk di atas meja. Aroma masakan hangat memenuhi ruangan. Daryan, yang saat itu sedang berjalan menuju meja makan, menghentikan langkahnya. Tatapan Daryan langsung jatuh pada sosok Savana . Gadis itu tampak berbeda. Wajahnya sedikit pucat, rambutnya lepek oleh keringat, dan tubuhnya terlihat lunglai. Tapi dia berusaha tetap tenang berjalan ke dalam seperti biasa, seolah tak ada yang berubah. Daryan memicingkan mata. “Dari mana?” Suaranya berat dan dalam. Savana melirik sebentar lalu menjawab cepat, “Habis dari acara himpunan.” Nada suaranya sengaja dibuat tenang. Tapi gestur tubuhnya tidak bisa bohong. Dia sangat kelelahan. Minah yang berdiri di meja makan ikut menimpali dengan suara lembut. “Baru pulang, Non? Mau makan malam dulu bareng Tuan?” Savan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status