Share

BAB 49 : SINISNYA AJENG

Author: Langit Parama
last update Last Updated: 2025-06-27 08:02:58

Besok malamnya, seorang MUA profesional datang ke penthouse. MUA itu akan mendandani Savana sesuai perintah Daryan sebelumnya.

Savana duduk diam di depan cermin, wajahnya muram sejak awal dirias.

Ia tidak terbiasa dengan make-up setebal itu. Terakhir kali berdandan seperti ini saat pernikahannya. Padahal dia sudah request make-up look simple, tapi tetap saja terasa berat di wajahnya.

Setelah make-up selesai, rasa kesalnya bertambah. Gaun biru dongker tanpa lengan yang sempat ia tolak kemarin, kini membalut tubuh mungilnya. Ditambah set perhiasan mewah pilihan Daryan yakni berlian dengan safir biru yang mencolok dan mahal juga terpasang di tubuhnya.

Bukannya kemarin kita sudah sepakat dengan masalah perhiasan? Gerutu Savana tapi tak berkata apa-apa ketika perhiasan itu dipakaikan.

“Nyonya, sepatunya,” ucap asisten, menyerahkan high heels 7 cm.

Savana buru-buru menolak saat wanita itu hendak membantunya memakaikan. “Saya bisa sendiri,” sahutnya cepat.

Begitu selesai, Savana menat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rini Siti aisyah
bella dan ajeng tuh duplikat kah?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 220 : MULAI DEWASA

    Savana kembali masuk ke rumah, perlahan menutup pintu dengan hati yang sedikit bimbang. Pikirannya masih berputar tentang percakapan tadi dengan Daryan—terutama soal ponsel baru yang akan dibelikannya. Suaminya memang selalu perhatian dengan cara yang berbeda dengan laki-laki pada umumnya, meskipun cara dia terasa terlalu mengatur, bahkan sedikit berlebihan. Tapi Savana tahu, itu demi kebaikannya dan karena Daryan sayang padanya. Saat itu, Hana, yang masih duduk di sofa, menatap putrinya dengan senyum menggoda. "Waduh, nganter suami sampe depan rumah apa sampe kantornya? Lama banget," godanya, membuat Savana tersenyum tipis dan berjalan mendekat. "Ma, jangan gitu. Aku cuma nganter Mas Daryan bentar sambil ngobrol," jawab Savana sambil duduk di sebelah ibunya. Hana mengangkat alisnya, tampak jelas dia sedang menikmati momen tersebut. "Iya, iya, Mama tahu." Savana menghela napas, sedikit bingung. "Iya, Ma, tapi … aku bingung. Gak tahu kenapa tiba-tiba dia ngatur begitu banyak

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 219 : DARYAN PROTEKTIF

    Pagi itu, sinar matahari menyusup lembut melalui jendela ruang tamu rumah baru Daryan dan Savana. Hana melangkah masuk dengan tas kecil di tangan, wajahnya memancarkan senyum hangat yang tak bisa menyembunyikan sedikit kebahagiaan. Savana menyambut ibunya dengan pelukan erat, sesekali menatap sekeliling ruangan yang masih terasa asing namun penuh harapan. "Ayo duduk dulu, Ma," ajak Savana seraya menarik lengan ibunya menuju sofa. Daryan muncul dari ruang kerjanya—sudah lengkap dengan setelan jas mahal yang membalut tubuh tegapnya, ia berjalan dengan langkah tegas sambil menampilkan senyum ramah. "Ma," sapa Daryan sembari menghampiri ibu mertuanya. "Kamu beli rumah mendadak apa gimana? Kok Mama gak dikasih tahu? Sengaja buat dijadiin kejutan untuk istri kamu, ya?" Goda Hana sambil tersenyum kecil. "Gak mendadak juga, Ma. Udah lama saya minta Revanza buat cari-cari. Cuma gak sempat aja mau kasih tahu. Jadi, tahu-tahu langsung pindah semalam setelah hubungan kami membaik," ja

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 218 : RUMAH BARU

    Daryan melirik arloji mahal yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah lewat sepuluh menit sejak sang istri pamit ke toilet, tapi Savana tak juga kunjung kembali. Baru saja bangkit dari duduknya untuk menyusul ke toilet, terlihat Savana muncul dari lorong. Senyum wanita itu merekah sambil berjalan mendekati sang suami. "Mas," ia mengulurkan tangannya yang disambut oleh Daryan dengan genggaman. "Kenapa lama?" Tanya Daryan sambil melangkah pergi. Savana meliriknya sekilas, kemudian menunduk. "Tadi sempet ketemu temen, dan ngobrol sebentar. Mas pasti bosen ya nunggu kelamaan?" "Gak bosen, cuma khawatir aja. Takutnya ada apa-apa," jawab Daryan tenang, tapi matanya tak sedikit pun teralihkan dari sang istri. "Aku terlalu excited setelah dokter bilang aku masih bisa hamil. Aku berharap banget, Mas. Tapi kalau terlalu berharap, malah ...." "Sstt ...," potong Daryan dengan desisan pelan. "Jangan ngomong sembarangan, ingat ... ucapan itu adalah doa sayang. Jadi ngomong y

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 217 : SEPERTI ADIK SENDIRI

    "Mas, tunggu di sini ya, aku mau ke toilet dulu bentar," ujar Savana pada Daryan begitu keluar dari ruangan dokter kandungan. Daryan mengangkat alis, "Aku anter aja, ya?" ucapnya pelan, tangannya langsung meraih lengan istrinya. Savana mengulas senyum kecil, "Gak usah, Mas. Aku bisa sendiri kok, Mas tunggu di sini aja," ia mengusap bahu suaminya pelan sebelum berbalik menuju toilet di ujung lorong. Daryan hanya menatap punggung istrinya yang mulai menjauh sejenak, kemudian memilih menunggu di kursi tunggu yang terletak di depan ruangan dokter kandungan. Savana berdiri di depan cermin kamar mandi, tatapannya tenggelam dalam bayang-bayang kata-kata dokter yang baru saja didengarnya. "Kamu bisa hamil lagi," gema kalimat itu berputar di benaknya, membawa perasaan lega yang hangat sekaligus air mata haru yang hampir tumpah. Perlahan, dia membasuh wajahnya dengan air dingin, merasakan dinginnya menyapu setiap ketegangan dan kecemasan yang selama ini membelit hatinya sejak kehilang

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 216 : PROGRAM HAMIL

    Minah sedang sibuk merapikan piring kotor dan gelas di meja ruang tengah ketika tiba-tiba bel apartemen berbunyi kencang. Jantungnya berdegup cepat, ia buru-buru melangkah ke pintu dan segera membukanya. Saat pintu terbuka, sosok Hana berdiri dengan senyum hangat seperti biasa. "Bu Hana, kirain siapa yang dateng," Minah tersenyum kecil dan membuka pintu lebih lebar agar Hana dapat masuk, "Silakan masuk, Bu." "Terima kasih," balas Hana seraya melangkah masuk sambil menenteng beberapa barang belanjaan untuk putrinya. "Savana ada di kamarnya, Minah?" tanyanya cepat, matanya menyapu ruangan seperti mencari sesuatu yang hilang. Minah menutup pintu terlebih dahulu sebelum menyusul Hana, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya membuka cerita. "Tadi pagi, Tuan Daryan ada di sini, Bu. Saya kaget banget, tiba-tiba mereka udah sarapan bareng di dapur," ucapnya sambil menatap Hana, mencoba menangkap reaksi wanita itu. Wajah Hana berubah sedikit tegang, tapi ia tetap berusaha t

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 215 : ANCAMAN DARYAN

    "Arfan," suara Daryan begitu dingin dan menusuk, mengeras seperti palu godam yang menghantam dada Arfan, "Kamu merasa berhak menghubungi istriku setelah semua yang terjadi? Padahal aku sudah bilang ke Revanza, kalau kamu sudah tidak punya urusan lagi dengan keluarga Ardhanata termasuk istriku. Atau ... cek yang pernah Revanza berikan ke kamu nilainya kurang?" Arfan, yang sebelumnya sudah siap dengan pembelaan, terdiam sesaat. Suara di seberang telepon itu begitu tegas, dingin, penuh arogansi dan intimidasi, memaksa setiap kata keluar dengan kekuatan yang tak bisa diabaikan. "Seharusnya aku yang kamu hubungi setelah melihat video itu, bukan istriku. Aku yang bakar jumper itu, dengan sengaja," lanjut Daryan, suaranya semakin tajam, setiap kata seperti pisau yang mengiris. Ia menarik napas dalam, sebelum menghembuskannya perlahan, "Kamu pikir kamu bisa mengisi ruang yang aku tinggalkan? Kamu pikir bisa jadi pahlawan bagi istri orang lain hanya dengan satu atau dua pertemuan di luar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status