Accueil / Romansa / Diputus Pacar, Dinikahi CEO / Bab 5. Permintaan Arini

Share

Bab 5. Permintaan Arini

Auteur: Agniya14
last update Dernière mise à jour: 2023-12-13 12:30:46

Pagi hari Arini bersiap akan ke kantor. Dia membuka lemari untuk memilih pakaian. Wisnu melihat itu lalu menghampiri Arini.

"Kamu mau ke mana, Rin?"

"Ke kantor, Mas, aku mau kerja."

Dahi pria itu berkerut saat tahu istrinya tetap akan ke kantor. "Dokter bilang kamu harus istirahat di rumah. Kandungan kamu lemah, belum boleh banyak gerak dulu."

Pria itu ingin Arini lebih memikirkan diri sendiri dan kehamilannya daripada memikirkan pekerjaan. Kondisi kehamilan Arini masih rentan.

"Aku enggak bisa diem di rumah cuma tidur-tiduran gitu. Rasanya lebih capek."

Wisnu menarik lengan Arini lalu mengajaknya duduk di tepi ranjang. Dia harus membuat Arini berubah pikiran agar fokus pada kehamilannya.

"Lebih baik kamu di rumah ya. Mas takut terjadi apa-apa sama kandungan kamu. Kamu enggak mau kan kehilangan calon bayi kamu?"

Arini diam. Apa yang dikatakan Wisnu benar. Dia belum siap kalau harus kehilangan bayinya. Walaupun anak itu tidak diterima oleh ayahnya, dia tidak boleh egois hanya memikirkan diri sendiri. Belum lama calon bayi itu berada di rahimnya tetapi dia sudah sangat menyayanginya.

"Aku pengen ketemu Mas Gilang, Mas. Mau tanya soal kemarin."

"Kamu telepon saja dia. Jangan memaksakan diri untuk ketemu orang yang belum tentu mau ketemu sama kamu, ok?"

Wajah Arini berubah murung. Dia ingin sekali melihat wajah Gilang saat menanyakan langsung pada orangnya.

"Ya sudah nanti aku telepon Mas Gilang."

"Mas berangkat kerja dulu, ya. Kamu jaga diri baik-baik."

Pria itu mencium kening Arini dengan lembut. Ia tahu Arini mampu melewati semua ini.

***

Siang harinya, Arini baru selesai makan dan minim obat. Sebelum kembali beristirahat, ia menelepon Gilang. Panggilan pertama tidak ada jawaban. Namun, Arini terus mencoba menghubungi Gilang. Baru pada panggilan ketiga baru ada jawaban dari Gilang.

"Lagi sibuk, Mas? Aku bisa ngomong sebentar?"

"Iya, sebentar lagi mau meeting. Mau ngomong apa?" Suara pria itu terdengar ketus.

"Mas Gilang masukin apa di makanan sama minuman aku kemarin?"

"Aku enggak masukin apa pun ke dalam makanan dan minuman kamu."

"Bohong!"

"Aku enggak bohong, Rin."

"Terus kenapa dokter bilang aku minum obat penggugur kandungan. Kemarin aku baik-baik aja, tapi setelah ketemu Mas Gilang perut aku kram dan rasanya sakit banget."

"Kamu menuduh aku tanpa bukti? Mungkin saja kan kamu minum obat itu dengan sukarela."

Kesabaran Arini hampir habis mendengar ucapan Gilang. Ingin rasanya dia datang ke kantor lalu menampar mulut Gilang yang kurang ajar padanya.

"Mas Gilang enggak merasa berdosa sama sekali?"

"Dosa apa? Kamu seharusnya enggak boleh hamil. Bagus kalau kamu keguguran. Aku enggak perlu capek-capek maksa kamu lagi."

"Mas Gilang sekarang bukan Mas Gilang yang aku kenal dulu. Mas Gilang berubah menjadi seperti iblis yang tega sama darah daging Mas sendiri. Sekarang aku nyesel telepon kamu, Mas."

"Mulai detik ini kamu enggak perlu datang ke kantor lagi. Kamu aku pecat!"

Gilang menutup panggilan telepon sepihak. Arini merasa dadanya sesak. Ingin teriak, tetapi dia menahannya. Hanya tangisan keras yang bisa dia lakukan untuk mengurangi rasa sesak di dada.

Ratih masuk kamar Arini setelah mendengar isak tangis anaknya. Dia peluk tubuh Arini dengan erat. Sebagai ibu, Ratih pun merasakan sakit yang dirasakan anaknya. Perempuan paruh baya itu hanya bisa menenangkan anaknya.

***

Pada malam hari saat pulang kerja, Wisnu melihat wajah Arini semakin murung. Dia pun ikut merasakan sakit yang dirasakan Arini. Pria itu tidak mau Arini semakin larut dalam kesedihan karena akan berbahaya untuk kehamilannya yang lemah saat ini.

Ia ingin menghibur Arini agar lupa dengan kesedihan. Pria itu ingin membawa Arini liburan, tetapi kondisi Arini belum bisa untuk diajak pergi jauh.

"Rin, kamu lagi pengen apa beberapa hari terakhir ini? Mungkin ada makanan yang pengen kamu makan. Kali aja kamu ngidam apa gitu?"

Dengan bertanya soal makanan yang mungkin saat ini ingin dimakan Arini bisa membuat Arini melupakan kesedihannya.

"Lagi pengen banget makan yang asem-asem, Mas. Beberapa hari ini rasanya agak mual gitu."

Wisnu berpikir sejenak. "Makanan asem? Apa itu rujak? Biasanya ibu hamil suka makan rujak, kan?" tebak pria itu kemudian.

"Tapi aku enggak mau rujak, Mas. Maunya mangga muda."

"Mau sekarang?"

"Iya, kalau bisa sekarang."

Melihat perubahan wajah Arini menjadi sedikit ceria. Wisnu bertekad akan mencarikan mangga muda untuk Arini.

"Tunggu ya, Mas cariin dulu."

Pria itu mengambil jaket yang tergantung di tembok, dia segera menyalakan motor untuk mencari mangga muda.

Saat itu buah mangga sedang tidak masuk musimnya sehingga Wisnu harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan buah mangga di penjual buah yang dia temui di pinggir jalan.

Sudah lebih dari lima pedagang buah dia datangi dan dia pun sudah pergi jauh dari rumah. Akhirnya dia menemukan penjual buah yang menjual mangga muda. Itu pun hanya ada sedikit. Pria itu membeli semua mangga muda untuk disimpan di rumah. Apabila sewaktu-waktu Arini ingin makan buah itu, tidak perlu repot mencari lagi.

Wisnu kembali ke rumah. Dia tersenyum sepanjang jalan, berharap Arini pun akan menjadi bahagia mendapat mangga muda itu.

Namun, saat tiba di jalan depan rumah Ratih, Wisnu melihat pemandangan yang membuat hatinya terasa sakit. Baru saja dia lihat Arini ditampar oleh Gilang hingga Arini jatuh terduduk di jalanan.

Wisnu bergegas membantu Arini berdiri. Dia kemudian dia bawa perempuan itu masuk ke rumah, tetapi Gilang menghalangi langkahnya.

"Urusan saya belum selesai dengan Arini."

Wisnu menoleh pada Gilang. Dia marah pada pria itu yang sudah menyakiti Arini di depannya. Namun, Wisnu masih menahan amarahnya.

"Mau apalagi? Belum cukup kamu menyakiti perasaan Arini? Kamu itu manusia atau iblis? Enggak punya perasaan!"

"Saya harus memastikan Arini tidak mempertahankan anak itu!"

"Dasar manusia enggak punya hati! Jangan ganggu Arini lagi. Anak itu bukan anak kamu, tapi anak saya!"

Gilang tersenyum. Dia tidak menyangka ada pria lain yang mengaku jika anak itu bukan anaknya. Gilang merasa kesal pada Wisnu.

"Oh jadi Arini sengaja bilang anak itu anakku? Dasar perempuan jalang! Tidur dengan siapa pas hamil minta tanggung jawab ke orang lain. Untung kamu sudah saya pecat! Rugi perusahaan saya mempekerjakan orang seperti kamu!"

Hinaan dan makian yang dilontarkan Gilang tidak hanya menambah sakit hati Arini, tetapi juga Wisnu. Pria itu tidak rela perempuan yang dia cintai dihinakan seperti itu. Dia bawa Arini masuk rumah lalu menemui Gilang kembali.

"Pergi dari sini sekarang kalau kamu masih ingin hidup!"

Wisnu mengancam Gilang dengan penuh amarah yang sudah tidak bisa dia tahan lagi.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (2)
goodnovel comment avatar
Aqilanurazizah
Gak kerasa, udah 5 bab aja nih baca. Lanjut ah
goodnovel comment avatar
b3kic0t
kok ada Gilang dirunah bukanya dia tadi bilang mau rapat ......
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 85. Seratus Juta

    Wisnu masuk kamar Rasyid. Di usia Rasyid yang menginjak remaja, Wisnu dan Arini masih tinggal di rumah Ratih. Mereka ingin menjaga sang mama dan merenovasi rumah itu untuk menambah kamar untuk kedua anak mereka. Pria itu duduk di tepi ranjang anaknya. Rasyid duduk di meja belajarnya sambil membaca buku pelajaran. "Besok ada ulangan enggak, Syid?" tanya Wisnu memperhatikan anak itu membaca buku. Dia ingin bicara empat mata dengan anak itu saat itu juga. "Enggak ada sih, Pa, ada apa?" tanya Rasyid yang sebenarnya sudah tahu tujuan Wisnu masuk ke kamarnya. "Duduk sini dulu, dong!" Wisnu menepuk ranjang di sebelahnya. Rasyid bangkit dan berpindah tempat duduk menuruti perintah Wisnu. Dia pun duduk di sebelah papanya. Malam itu Rasyid belum siap mendengar kabar buruk tentang dirinya. "Papa mau tanya sesuatu. Tadi siang kamu ketemu siapa? Siapa yang bilang kalau kamu bukan anak kandung Papa?" tanya Wisnu dengan hati-hati agar tidak menyinggung perasaan anaknya. "Ada orang yang engga

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 85. Papa Kandung Rasyid

    Rasyid sudah berusia lima tahun dan Wisnu ingin memasukkan anak itu ke sekolah. Dia bertanya pada Arini rencana memasukkan Rasyid ke sekolah. "Rin, boleh enggak Mas masukin Rasyid ke sekolah TK yang bagus. Nanti dia sekolah dua tahun di sana, terus baru kita masukin ke SD, gimana menurutmu?" "Aku setuju aja. Nanti antar jemputnya gimana, Mas?" "Mas yang anter sekolah, pulangnya kamu naik ojek aja, nanti langganan sama salah satu ojek yang ada di pangkalan." "Ok. Terus kapan daftar sekolahnya, Mas?" "Minggu depan aja, nanti kita ke sekolah dulu buat daftar. Biar kamu tahu tempatnya di mana. Jadi, bisa jemput Rasyid pulang sekolah nanti." "Ok, Mas.""Kamu tuh dari tadi ok-ok aja, Rin," protes Wisnu pada Arini. "Ya kan memang jawaban yang tepatnya ok, Mas." Arini tertawa lebar. Keduanya setuju menyekolahkan Rasyid di usia lima tahun. Sementara putri kedua mereka sudah berumur dua tahun. Masih bermain di rumah bersama Arini. Tidak terasa anak-anak mereka cepat besar. Rasyid sudah

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 84. Anak Kedua

    Malam itu Wisnu sudah membuat reservasi di sebuah restoran mewah untuk makan malam bersama Ratih dan keluarganya. Ratih merasa sangat senang diajak jalan oleh Wisnu bersama Arini dan Rasyid. Seketika perempuan paruh baya itu merasa kebahagiaannya lengkap bersama anak dan cucu."Nu, Mama sudah bahagia bersama kalian. Semoga kehidupanmu dan Arini beserta anak kalian bahagia juga selalu."Wisnu tersenyum bahagia mendapat doa yang baik dari Ratih. Dia pun merasa kebahagiaannya lengkap bersama Airin dan Rasyid walaupun. Perjuangannya menunggu Arini tidak pernah sia-sia."Aamiin. Makasih doanya ya, Ma. Semoga kita semua selalu bahagia."Selesai makan malam, Wisnu tidak langsung mengajak pulang kembali ke hotel. Dia mengajak mertua, istri dan anaknya mengelilingi kota Bogor. Baru kemudian kembali ke hotel.Malam itu Ratih tiba-tiba ingin mengajak Rasyid tidur bersamanya."Nu, tolong bawa Rasyid ke kamar Mama. Mama lagi enggak pengen tidur sendiri. Biar kamu menikmati waktu bersama Arini mala

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 83. Jalan Bersama Ratih

    Saat Rasyid sudah berusia dua tahun, Wisnu mulai mengajak Arini untuk membicarakan soal anak kedua pada Arini. Namun, Arini masih enggan untuk hamil lagi apalagi menambah jumlah anak. Wisnu terus membujuknya untuk memikirkan soal anak kedua. "Ayolah. Rin. Rasyid kan sudah dua tahun. Kasian dia kalau sendirian terus. Jadi, enggak ada teman mainnya." Begitulah salah satu cara Wisnu membujuk Arini. Arini menghela napas. "Mas, aku masih ingat gimana rasanya melahirkan itu. Jadi, aku masih belum mau hamil dan melahirkan lagi dalam waktu dekat." Arini sedikit trauma dengan yang namanya melahirkan itu. Dia masih berusaha untuk menghindarinya. "Gitu, ya? Ya sudah deh nanti aja kalau gitu." Arini tahu suaminya kecewa dengan penolakannya, tetapi dia memang masih belum mau untuk hamil lagi. Kali ini dia masih berusaha menolak sebisanya sebelum, tetapi jika nanti ternyata Arini hamil, dia akan menerima itu bukan karena terpaksa. Sebisa mungkin dia akan menghindari perasaan itu. ***Wisnu su

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 82. Berdamai Dengan Baskara

    Wisnu sudah menyerahkan hasil pemeriksaan tes DNA pada Baskara. Pria itu menunggu jawaban dari sang papa saat setelah membaca hasil pemeriksaan itu.'Maaf katena sudah berbohong, Pa, tapi Rasyid juga butuh pengakuan. Jangan abaikan dia hanya karena dia bukan anak kandungku,' ucap Wisnu dalam hati sambil berdoa semoga hati Baskara mau melunak."Jadi, Rasyid benar anak kandungmu?" tanya Baskara untuk memastikan apa yang dia baca itu adalah benar adanya."Iya, Pa. Kan aku sudah bilang Rasyid itu anakku. Sekarang Papa percaya kan setelah melihat hasil tes DNA ini?""Sekarang Papa percaya jika Rasyid adalah cucu Papa. Maaf karena sudah mengabaikannya selama ini. Untuk urusan berita murahan itu kamu tidak usah khawatir lagi, Nu. Semua sudah selesai.""Iya, Pa."Baskara menepuk lengan Wisnu beberapa kali. "Kerja bagus. Kalau ada waktu main ke rumah bawa Arini dan Rasyid sekalian. Papa mau bertemu dengan mereka."Wisnu diliputi perasaan bahagia. Dia belum pernah sebahagia itu bisa mempertemuk

  • Diputus Pacar, Dinikahi CEO    Bab 81. Tes DNA

    "Karena cuma kamu yang tahu arini hamil dan itu anak kamu, tapi selama ini kamu selalu mengelak dan tidak mengakui kalau itu anakmu, lantas kenapa sekarang kamu bilang anak Arini bukan anakku?" Wisnu tahu jika Gilang memang sengaja melakukan itu untuk mendapatkan sesuatu. Entah itu menghancurkan citra PT. Kalingga atau meminta uang. "Karena aku mau melihat kamu hancur!" Gilang tertawa di hadapan Wisnu. Jika Wisnu bisa hancur, Gilang akan merasa senang karena bisa membalaskan dendamnya pada pria itu. "Kamu tidak akan pernah bisa menghancurkanku!" Wisnu jelas tidak mau kalah dengan Gilang. Memang dia bersama Arini sudah membalaskan dendam Arini pada Gilang, sekarang setelah dia hancur dia pun tidak tinggal diam melihat Wisnu hidup bahagia bersama Arini. "Oh ya, mumpung kita sudah ketemu, aku akan mengakui. Memang aku yang menyebarkan berita itu dan aku juga bisa menyetop tersebarnya berita itu semakin luas lagi. Aku ada penawaran menarik buat kamu, gimana kalau kita barter aja?" Wis

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status