Share

Diriku Seutuhnya
Diriku Seutuhnya
Penulis: April

Bab 1

Penulis: April
Baru saja sampai di depan pintu vila, aku mendengar suara Felix dari belakang. Suaranya tetap seperti biasa, begitu rendah dan penuh wibawa,

“Nana, tinggalkan kalung obsidian di lehermu.”

Aku terdiam di tempat.

Kalung itu peninggalan nenekku.

Sebongkah batu vulkanik yang belum dipoles, ditempa dari api dan kesedihan, dikirim langsung dari Kota Binto.

Kalung itu tak pernah lepas dari leherku. Bahkan di hari pernikahan kami, saat Felix memelukku erat dan untuk pertama kalinya berbisik bahwa dia mencintaiku, kalung itu tetap menggantung di sana.

Dia melangkah lebih dekat, nada bicaranya terdengar ringan, tapi justru membuatku tidak nyaman.

“Celine selalu merasa nggak enak badan selama hamil. Mungkin kalung itu bisa bantu menenangkan perasaannya.”

Sejenak, aku mengira dia sedang bercanda.

Namun, tatapannya terlihat begitu serius.

Aku menggenggam erat kalung obsidian itu. Tepiannya yang bergerigi menusuk telapak tanganku, tapi rasa itu masih kalah dengan perih di dadaku.

Saat mata kami bertemu dan melihat mataku yang berkaca-kaca, pria itu mengalihkan pandangan dan menghela napas,

“Begini saja, Nana. Sebutkan saja harganya, aku akan membayarnya untukmu.”

Sembilan tahun pernikahan yang hina dan penuh luka, berapa nilai yang setara?

Aku malas menghitungnya.

Yang aku tahu, terakhir kali aku menolak meminjamkan pelindung lutut untuk Celine di arena ski, akibatnya….

Anak buah Felix menarik jaketku, membiarkanku berdiri di luar pondok kecil bersuhu minus, sementara Celine duduk santai di dekat perapian sambil menyeruput cokelat panas.

Jadi kali ini, di hadapan semua orang, aku melangkah ke arah Celine dan memakaikan kalung itu ke leher rampingnya.

Dengan suara rendah, aku berkata, “Semoga kamu dan bayimu baik-baik saja.”

Mendengar ucapanku, akhirnya Felix memperlihatkan senyuman tipis, memberikan ekspresi yang sedikit bersahabat.

“Nana, selama kamu patuh, anakku juga akan menjadi anakmu. Tak ada yang bisa menggantikan posisimu.”

Usai mengatakan itu, entah karena kebetulan atau takdir mendengar, tiba-tiba tali kalung Celine putus. Obsidian itu jatuh ke lantai dan pecah menjadi serpihan.

Salah satu serpihan tajam melukai pergelangan kaki Celine.

Dia langsung menjerit kesakitan.

Felix reflek melompat dan menggendongnya, seakan-akan dia rapuh seperti kaca.

“Panggil dokter!” teriaknya pada kepala pelayan.

Lalu, dia melirikku dan pandangannya seakan menyalahkanku.

Pria yang dulu rela tak tidur tiga malam saat aku flu, menggenggam tanganku dan menyanyikan lagu nina bobo, kini menatapku seperti seorang penjahat.

Dan yang lainnya? Orang-orang dari kalangan old money, berpakaian merek-merek mewah, orang-orang yang dulu pernah kusebut sebagai teman.

Mereka semua menatapku dengan tatapan mengejek yang penuh sindiran.

Mereka menyaksikan perubahan diriku dari seorang wanita yang dulu duduk di sisi kanan pemimpin mafia, kini jatuh sampai harus berlutut di kakinya.

Bukan hanya mereka, bahkan aku pun menganggap pemandangan ini sangat menyedihkan.

Aku menggenggam erat gagang koper dan hendak pergi, tapi Felix mencengkeram pergelangan tanganku dengan keras. Tulangku terasa hampir hancur.

“Minta maaf atas kesalahanmu.”

Tanpa peduli pada perkataan dan perlawanan tubuhku, dia melemparku ke arah kaki Celine yang sudah duduk kembali.

Lututku menghantam pecahan tajam dan darah mengalir membasahi lantai marmer.

Melihat noda darah dan ekspresi kesakitanku, akhirnya Felix melepaskan genggamannya.

“Kamu sengaja menjatuhkan kalung itu dan membuat Celine terluka, ‘kan? Bukankah seharusnya kamu minta maaf padanya?”

Selama setahun terakhir, aku sudah mengatakan lebih banyak kata ‘maaf’ daripada seumur hidupku.

Maaf, masakanku nggak cocok dilidahmu.

Maaf, aku khawatir kamu mabuk dan mengganggumu lewat pesan.

Maaf, aku nggak sengaja membaca pesan Celine yang mengajakmu ke hotel. Aku melanggar privasimu….

Aku menegakkan tubuhku, bibirku berdarah karena kugigit terlalu keras. Aku takut air mataku akan jatuh kalau diriku bicara.

Lalu, aku membungkuk 180 derajat ke arah Celine.

Satu kali.

Dua kali.

Dan tiga kali.

Aku menatap Felix dengan datar dan bertanya pelan,

“Sudah cukup?”

Tatapannya tertuju pada darah di bibirku dan dadanya terlihat naik turun menahan emosi.

Dia meraih wajahku, menyeka darah itu dengan kasar, mencengkeram daguku dan berkata,

“Nana, ketua yang paling kamu andalkan itu lagi nggak ada di sini, sandiwara menyedihkanmu ini mau ditunjukkan ke siapa?!”

Belum sempat aku menjawab, dokter keluarga datang dengan cepat membawa kotak P3K lengkap.

Felix tidak lagi melihat ke arahku.

Dia membawa dokter itu ke arah Celine, melangkahi noda darahku, seolah-olah itu tidak berarti apa pun.

Saat seluruh perhatian Felix hanya tertuju pada Celine, aku perlahan berdiri, mengusap darah di tubuhku dengan sapu tangan.

Saat melangkah keluar rumah, aku melemparkan sapu tangan yang berlumuran darah ke tempat sampah, seolah juga membuang sesuatu yang yang lain bersamanya.

Benar.

Felix, kamu sudah tidak penting lagi bagiku.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Diriku Seutuhnya   Bab 11

    Mendengar teriakan histeris dan tangisan memilukan Celine, Felix tak mengernyit sedikit pun. Dia pun menjawab dengan begitu dingin, “Celine, aku hanya membiarkanmu merasakan apa yang telah kamu lakukan pada Anna. Itu nggak keterlaluan, ‘kan?”“Oh iya, nanti juga nggak akan ada anestesi atau obat penghilang rasa sakit. Mulai sekarang, kamu juga nggak akan pernah bisa punya anak lagi. Bersiaplah.”Telepon di seberang sunyi senyap beberapa detik, lalu tiba-tiba Celine mulai memohon dengan panik,“Felix… Felix! Kamu nggak boleh melakukan itu padaku! Tolong lepaskan anak kita! Aaa….!”Mendengar jeritan tajam Celine yang tiba-tiba, tubuhku langsung gemetar.Felix menutup telepon, wajahnya masih tersenyum penuh harap padaku.Wajah Felix yang pucat luar biasa, menggenggam tanganku dan menempelkannya ke pipinya.“Anna, nanti mereka akan kirimkan rekaman video operasi itu padaku. Kalau kamu mau, aku juga bisa menyuruh mereka mengirimkan janin yang sudah mati itu ke sini. Setelah melihat dengan

  • Diriku Seutuhnya   Bab 10

    Dalam perang tanpa senjata yang terpaksa dimulai ini, orang pertama yang kehilangan kendali adalah Justin.Malam itu, sepulang dari pesta, aku dan Justin melihat Felix dari kejauhan sedang berdiri di bawah lampu gerbang, sambil memeluk biola di pelukannya.Jalan kecil menuju rumah dipenuhi taburan kelopak mawar.Begitu turun dari mobil, langit malam di belakangku tiba-tiba meledakkan puluhan ribu kembang api yang menyala bersamaan.Dalam dentuman kembang api itu, Felix memainkan lagu [Pujaan Hati] dengan biolanya.Justin pernah menyiksa dirinya sendiri dengan menonton berkali-kali rekaman saat Felix melamarku.Waktu itu, aku masih muda dan polos, mudah luluh oleh pertunjukkan kembang api yang memukau dan pertunjukkannya yang penuh perasaan.Di atas hamparan kelopak mawar yang membentuk karpet, aku pun menerima lamarannya.Kini, saat melihatku menoleh karena tertarik perhatian kembang api, akhirnya Justin tak tahan lagi dan langsung melayangkan pukulan ke wajah Felix.“Brengsek! Kenapa

  • Diriku Seutuhnya   Bab 9

    Saat Felix terbangun, jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas.Di nakas samping ranjang ada segelas air hangat. Felix meminum habis air itu dengan penuh suka cita, lalu berjalan keluar kamar dengan gembira, berusaha menahan rasa tidak nyaman di tubuhnya, demi bisa bertemu istrinya dan berbicara lagi dengannya.Namun, saat menaiki tangga spiral dengan keringat membasahi wajahnya dan sampai di atap.Yang dia lihat adalah istrinya tengah berciuman dengan pria bernama Justin.Seketika, jantungnya terasa nyeri seperti ditusuk.Felix menekan bibir pucatnya, melangkah maju dan mencengkeram kerah baju Justin, sambil menggertak, “Kurang ajar! Apa yang kamu lakukan pada Anna?!”Sampai di titik ini, Felix sudah tidak bisa lagi membohongi dirinya sendiri dengan mengira Anna hanya sekadar tertipu Justin.“Siapa yang mengizinkan kamu menyentuh Anna?!”Justin tersenyum mengejek.“Cih, kamu yakin sudah memperlakukan Anna dengan layak sebagai seorang istri?”Belum sempat Justin melanjutkan lagi,

  • Diriku Seutuhnya   Bab 8

    Merasa tubuhku menegang, Justin memelukku lebih erat.“Felix, aku tahu kamu. Kamu suaminya Nana.”Justin menatapku sambil tersenyum, “Apa yang membuatmu tertarik padanya dulu? Dari penampilannya jelas dia nggak sekeren aku.”Felix langsung merasa agak sesak napas, seolah dadanya terpukul dengan keras beberapa kali. Tatapannya terpaku pada tangan Justin yang melingkari pinggangku. Kalau ini terjadi di wilayah kekuasaannya sendiri, mungkin detik berikutnya dia sudah mengeluarkan pistol dan menembak tangan itu.Justin melepaskan tangannya dari pinggangku dan berkata, “Jangan lihat tanganku seperti itu, nggak sopan. Tapi, aku juga harus sopan dan memperkenalkan diri. Perkenalkan, namaku Justin.”Felix mengenakan setelan jas rapi, kini tampak malang dan kehilangan wibawa, “Kamu anak yatim yang diadopsi keluarga Nana, ‘kan? Hanya anak angkat saja, memangnya pantas mendekati Nana?”Justin hanya mengangkat bahunya santai, tampak tak peduli.Namun, aku mulai mengernyit, “Felix, jangan asal bica

  • Diriku Seutuhnya   Bab 7

    “Sayang, dengarkan aku dulu.”Celine memohon dengan panik, “Aku dan anak kita nggak bisa hidup tanpamu. Meskipun marah padaku, kamu nggak seharusnya membenci anak kita!”“Kalau Nana benar-benar mencintaimu, seharusnya dia bisa menerima anak ini seperti anaknya sendiri! Dia sendiri nggak bisa hamil, kamu lupa?! Lagipula, dia juga yang merusak pesta ulang tahun Harris, membuat kamu dan dia dipermalukan di depan banyak orang! Dia sudah sejahat itu, kamu masih….”Melihat wajah Felix yang membeku seperti es, suara Celine semakin lama semakin pelan.“Aku rasa kamu sudah lupa diri.”Felix merapikan lengan bajunya. Hari ini, dia sengaja memakai manset kemeja pemberian Nana, bukan dari Celine. Seolah sedang menyiratkan sesuatu. “Celine, dulu aku mengira kamu hanya agak manja, jadi aku selalu membiarkan apa pun yang kamu lakukan, pura-pura nggak lihat.”“Benar yang kamu bilang. Nana memang nggak bisa hamil, itu sebabnya aku mencari kamu. Karena anak dalam kandunganmu yang aku inginkan. Tapi, ka

  • Diriku Seutuhnya   Bab 6

    Menghadapi pertanyaan tajam Harris, Felix menekan bibirnya, lalu menjelaskan,“Belakangan ini Nana sibuk menyiapkan sesuatu, sampai kecapekan dan membuat asmanya kambuh. Dia benar-benar kecapekan, jadi aku menyuruhnya untuk istirahat dulu.”Harris menoleh ke arah Celine yang sedang berbincang dengan orang lain tak jauh dari sana. Tatapannya tajam, seolah peka dengan segalanya.Dua jam pun berlalu.Para anggota keluarga sudah selesai memberi salam dan hadiah. Felix menatap layar ponselnya yang penuh pesan belum terbaca dan semakin kuat rasa gelisah di hatinya.Dengan alasan keluar untuk merokok, Felix berjalan ke balkon dan mencoba menelepon Nana. Namun, yang dia dapat hanyalah suara operator berulang kali.Jantungnya mencelos. Dia mencoba menelepon lagi, tetap mendapat jawaban dingin yang sama.Dirinya diblokir.“Sialan!” Felix meninju dinding dengan keras.Sementara itu, di dalam aula pesta yang mewah, seorang anak buah datang menyerahkan tiga buah hadiah.Di bawah tatapan penasaran

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status