Share

6. siapa dia?

last update Last Updated: 2023-06-13 06:00:28

Atira mengerjapkan matanya pelan. “Aww, sakit!” desisnya saat ada rasa nyeri di bagian punggung. Ia terbangun dengan suara adzan yang saling bersahutan.

Atira pun berniat memeriksa pundak yang terasa sangat sakit, seperti habis tertimpa sesuatu.

“Hah? Apaan ini?” ucap Atira saat ia tidak bisa menggerakkan tangannya sama sekali. Hal ini pun membuat kesadaran Atira pulih sepenuhnya.

“Apaan ini?” lirih Atira saat ia mendapati tangan dan kakinya terikat.

Ia yang terikat tangan dan kaki dalam keadaan tertidur miring ke kanan, langsung duduk dan bergeser secepat yang ia bisa ke arah pintu. Untung saja, kondisi luar yang terang dengan lampu memudahkan ia mengetahui dimana posisi pintu.

Sesampainya di depan pintu, ia pun berusaha berdiri dan berhasil, meskipun sangat sulit. Ia khawatir orang yang mengikatnya adalah orang jahat dan nekad.

Karena tangannya diikat ke belakang, ia pun memunggungi pintu dan meraih gagangnya.

Atira memutar gagang pintu dan menariknya, namun usahanya gagal karena pintu terkunci. Ia pun mencoba peruntungannya dengan meraba lubang kunci, namun ternyata usahanya nihil karena kunci tak tergantung di lubang pintu.

“Aisshhh...” desisnya pelan.

Atira berpikir keras bagaimana caranya agar ia bisa bebas tanpa terluka sedikitpun.

“Gimana ini?” gumamnya di dalam hati.

Atira memindai ke dalam rumah, meskipun kali ini kondisi gelap, ia memperkirakan apakah penjahat yang masuk ke dalam rumahnya masih ada atau tidak.

"Padahal tadi terang," keluh Atira dalam hatinya. Karena tak ada suara dan pergerakan apapun, Atira memperkirakan bahwa kondisi rumahnya sudah aman. Urusan ada barang yang hilang akan ia pikirkan belakangan, yang penting kali ini adalah keselamatan nyawanya, demi kedua anaknya dan masih demi ibu mertuanya yang ia sayangi dengan setulus hati. Biarlah urusan pernikahannya saja yang hancur, tapi urusan ibu dan anak antara dirinya dan bu Asih ia anggap tak pernah hancur.

Dengan sekuat tenaga, Atira menggedor-gedor pintu dengan tangannya yang sengaja ia kepalkan. “Tolo.... ng!” teriaknya sekeras mungkin.

Karena hasil gedoran tangan yang terikat ia rasa tak cukup keras, ia pun menggedor-gedorkan tangannya. “Tolo... ng! Tolo... ng! Bu Retno...Pak Samsul, tolo... ng!” teriaknya sekeras mungkin. Bahkan meskipun kepalanya terasa sangat sakit, ia tak peduli sama sekali.

Tiba-tiba muncul seseorang dari dalam rumah sambil dengan berlari secepat mungkin. Di tangannya ada sesuatu yang ia bawa.

Melihat itu, Atira ketakutan karena bagaimana pun ia tak bisa melawan dengan tangan dan kaki yang terikat.

“Ampuunnn!” teriak Atira sambil berusaha menghindar.

Brukkk...

Atira pun terjatuh dengan posisi tengkurap karena kakinya terikat, sedangkan dengan refleks ia berusaha berlari.

“Aww, am...! Emmmm... “

“Berisik!” orang itu menyumpalkan kain ke dalam mulut Atira sehingga Atira tak dapat lagi berteriak apapun.

Mulut kecil Atira disimpal dengan kain yang cukup besar. Sakit, tentu saja sakit sehingga air matanya pun dengan cepat menganak sungai. Ditambah lagi rasa takut yang sangat, taruhannya adalah nyawa.

“Emmm...” Atira berusaha meronta dan berkata-kata, tapi ia tak bisa. Ia pun tak begitu yakin dengan siapa yang dilihatnya.

“Emmmm... “ semakin keras Atira meronta. Ia berharap orang yang telah mengikatnya itu mau berbaik hati untuk melepaskannya.

“Hallo!” orang itu berbicara, nampaknya dari sambungan telepon.

Atira menoleh ke arah suara demi mengenali siapa orang yang berbuat jahat kepadanya. “Perempuan.” desisnya.

“Mas! Pokoknya aku enggak mau tahu, sekarang juga harus datang! Aku enggak tahu apa yang harus aku lakukan sama perempuan ini,” ucap perempuan itu yang kemudian menjeda ucapannya.

“Aku enggak peduli mau sadar atau mau mati pun, enggak peduli. Ke sini sekarang juga!”

Atira mengernyitkan keningnya mendengar ucapan perempuan itu. “Siapa dia?” tanya Atira di dalam hatinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Haydar huzayfa
jangn2 itu selingkuhan si Bayu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT 188

    Atira menutup buku Yasin yang ia baca di depan makam bu Asih. Ia pun memandangi makam yang berada di sebelah kanannya, yang masih tertutup gundukan tanah merah, tanda makam itu masih baru. Sedangkan, sebelah kirinya ada makam kecil yang juga masih bergunduk tanah Merah, makam anak yang belum pernah lahir ke dunia bahkan belum diketahui jenis kelaminnya. Hanya saja, Zafran dan Atira sepakat menamainya dengan nama Ahmad, sebuah nama yang ia sandarkan kepada sosok agung yang ia kagumi. “Sayang, ayo!” Zafran meletakkan tangan di atas pundak Atira. Dengan penuh kelembutan, lelaki itu mengajak Atira untuk beranjak dari sana. Atira mengangguk tanpa menoleh. Ia pun menghapus sisa air matanya, kemudian ia bangkit dan berbalik, mengikuti langkah Zafran. Mereka pun berjalan ke arah mobil dengan bergandengan tangan. Zafran mempersilakan Atira untuk menaiki mobil jenis high MPV milik mereka terlebih dahulu. “Sayang, bagaimana dengan kasus mas Bayu dan... Emmhh... “ pertan

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT - 187

    “Jadi, kapan hubungan kalian putus?” tanya pak Hilman saat dokter Fajar baru duduk. “Mohon maaf, Pa! Saya belum sempat datang menghadap Papa!” ucap Fajar masih dengan kepala tertunduk. Sedari dulu, Ia memang begitu segan dengan pak Hilman yang merupakan cendikiawan dalam bidang kesehatan. Sedangkan, keluarga besarnya merupakan pejabat publik yang memiliki pengaruh besar di negri ini, mulai dari orang tua sampai saudara-saudaranya, semua merupakan pejabat pemerintahan. “Heemmmmhhh,” Pak Hilman menghembuskan nafas panjangnya. Ia diliputi perasaan kecewa, tapi ia pun tak bisa menuntut apapun karena ia mengetahui bahwa Yasmin lah yang salah. “Jadi, sesibuk apa kamu? Sampai-sampai tak sekalipun sempat untuk mengembalikan Yasmin padaku!” tanya pak Hilman tanpa menatap dokter Fajar, namun lelaki itu seolah ditelanjangi oleh pertanyaan lelaki paruh baya itu. “Maaf.” Hanya kata itu yang keluar dari mulut Fajar. Ia tak membela diri sedikitpun. “Kau juga sibuk mengejar istri orang.” Tiba

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT - 186

    “Ah, enggak apa-apa,” sangkal bu Retno yang merasa tak perlu banyak berbasa-basi dengan orang yang baru dikenalnya. Bu Retno memang tahu bahwa bu Nurul dan putranya adalah dua orang yang telah menyelamatkan Atira. Ia berbuat baik kepada wanita yang ia sayangi seperti anaknya sendiri, tapi ia belum mau begitu terbuka dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Ia masih harus berhati-hati. Bahkan, dirinya pun sudah pernah menjadi orang yang membahayakan bagi orang-orang yang berada di sekitar Atira. “Bu Asih,” lirihnya pelan. Ia masih merasakan sakit luar biasa saat mengetahui fakta bahwa bu Asih telah tiada. Padahal, ia pernah akan meracuni pak Suwardi dan istrinya, hanya untuk ditukar dengan keselamatan bu Asih. Janji orang jahat memang tak dapat dipercaya. “Kenapa, Bu?” tanya bu Nurul yang masih mendengar ucapannya, meskipun pelan. “Ah, emmhh... itu... “ bu Retno tergagap mendengar pertanyaan dari bu Nurul. “Nenek, ayo masuk!” seru Davin yang tiba-tiba mu

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT - 185

    “Mama! Mama!” Suara itu terdengar begitu nyata bagi Atira. Ia merasa mendengar panggilan dari kedua anak kesayangannya. “Heemmm.” Hanya ucapan itu yang mampu keluar dari mulutnya. “Mama!” Terdengar lagi panggilan itu, panggilan Davin dan Daffa yang kini terdengar lebih nyaring bagi Atira. “Hemmm.” Kembali, hanya suara itu yang mampu ia katakan untuk menjawab panggilan dari kedua anaknya. “Mama! Mama bangun, Ma! Mama jangan tinggalin kita!”“Iya, jangan tinggalin kita kaya Nenek! Bangun, Ma!” Atira tersentak dari ketakberdayaannya. Ia harus menggaris bawahi kalimat meninggalkan kami seperti Nenek. Apakah suara-suara itu isi hati Davin dan Daffa. Dengan keinginannya yang kuat, Ia meminta pertolongan Tuhan agar segera membawanya kembali. “Davin, Daffa!” lirihnya seraya membuka mata dan langsung mencari sosok orang yang ia cari. “Mama! Papa, Mama sadar,” pekik Davin sambil mengalihkan pandangannya ke belakang. Zafran

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT - 184

    “Tolong istri saya, Pak!” pinta Zafran seraya menunjuk ke arah Atira yang kini terkulai lemas di pangkuannya. “Dia Bos saya Pak, korban,” ucap Aji yang tiba-tiba muncul dari belakang polisi tersebut. “Kami butuh tenaga medis. Di dalam sudah kondusif,” ucap polisi tersebut berbicara lewat walkie talkie yang dia sampirkan di pinggangnya. Setelah itu, ia menodongkan senjata ke beberapa orang lain yang menjadi pelaku kejahatan. Beberapa polisi itu melumpuhkan mereka, menelungkupkan dan menyimpan tangan mereka di belakang. Suasana di dalam cukup menegangkan. Mirip seperti polisi kriminal yang sedang menangkap teroris. Untung saja Aji membersamai mereka sehingga Roni dan Zafran tak ikut dilumpuhkan. Aji menghampiri Zafran yang masih memeluk Atira, menguatkan wanita itu. Sedangkan Roni, ia membantu melepaskan ikatan Ressa, kemudian membantunya untuk duduk. Ressa melepas sendiri kain yang menyumpal mulutnya, sebelum akhirnya pecah tangisannya. “Yasmin! Yasmin!”

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT 183

    Atira langsung meninggalkan pekerjaannya untuk membuka tali yang mengikat kaki Ressa. Ia tak peduli apakah ia akan sempat menyelamatkan Ressa atau tidak, yang pasti ia harus secepatnya mencoba. Buggg... Prang... “Awww... “ Lelaki itu tersungkur tepat di depan wajah Ressa yang masih menangis tanpa bisa mengeluarkan suara, karena mulutnya masih tersumpal. Sedangkan kapak itu jatuh ke lantai, setelah sebelumnya sempat melukai orang ber-hoodie yang berada di sisi lain kepala Ressa. Yang saat terkena parang, ia sedang merapalkan mantra sambil menangkupkan kedua tangan di depan dadanya. Atira cukup kaget karena dia belum melakukan apapun kepada lelaki itu. Orang yang menggagalkan niat lelaki ber-hoodie untuk mencelakai Ressa adalah wanita ber-hoodie yang sudah dilumpuhkan oleh Atira di awal. Wanita ber-hoodie itu kembali terjatuh setelah melakukan aksinya tadi. Atira tak begitu peduli, ia langsung menyerang lelaki ber-hoodie yang saat ini masih tersungkur di depan Ressa. Buggg... A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status