Share

PoV Adnan

last update Last Updated: 2023-12-17 06:28:15

Bab 5: 

PoV Adnan

  "Ayo kita menikah." 

 Aku menyodorkan cincin lamaranku padanya, berlutut di hadapan Aisyah, juga memberikan sekuntum bunga  merah muda yang kupesan jauh-jauh hari bersama cincin itu.  

 "Hah? Kapan? Sekarang?" jawabnya menggemaskan. Matanya membulat, wajahnya memerah, dia tersenyum senang kemudian menangis terharu setelah aku mengucapkan kalimat yang paling ingin didengarnya setelah kami menjalin hubungan selama tiga tahun. 

 "Haha, bukan. Maksudnya, aku ingin segera menikah denganmu. Aku pikir tiga tahun cukup untuk saling mengenal.  Orang tua kita juga sudah merestui." 

 "Mas Adnan bicara begini serius, ‘kan? Tidak bercanda?" 

 "Mana mungkin aku bercanda. Aku ingin kita segera ke tahap yang lebih serius, Aisyah." 

 "Mas, terima kasih.  Aku terharu juga bahagia. Selama ini pun kamu tidak pernah merendahkan martabatku." 

 "Tentu saja, Aisyah. Tidak ada alasan untuk aku melukai harga diri dan perasaan dari orang yang aku cintai. Kalaupun itu terjadi, artinya aku sudah gila atau terlalu kecewa." 

 Kami saling berbincang dari hati ke hati di sebuah kafe yang menawarkan pemandangan indah, menyegarkan dengan tema taman-taman bunga. 

 Beberapa hari ini aku sibuk mengurus bisnisku yang semakin berkembang. Dan sekarang menumpahkan semua perasaan rinduku dengan meluangkan waktu dengannya, Aisyah, wanita cantik dan terhormat yang sangat aku cintai. 

 "Bagaimana? Kamu belum menjawab lamaranku, loh. Aku tidak sabar mendengarkan jawabannya. Lututku sudah keram," ucapku dengan nada bercanda. 

 Aisyah tersenyum lebar, sudut bibirnya membentuk lengkungan sempurna. Dia menarik napas panjang sebelum akhirnya menjawab, "Bismillah, aku terima, Mas! Aku terima lamaranmu," jawabnya diiringi tetesan air mata.

Walaupun baru lamaran yang belum melibatkan keluarga besar, tetapi itu cukup membuat hatiku bahagia. Impian untuk hidup dengan Aisyah tak lama lagi akan menjadi kenyataan. Secinta itu aku terhadapnya.

  Tiga hari kemudian, sedikit mendadak. Kami melakukan acara lamaran sederhana. Setelah lamaran itu disetujui, kami sekeluarga sepakat agar pernikahannya dilakukan sekitar dua bulan kemudian untuk melakukan persiapan yang matang. 

 Isi pikiranku semuanya mengenai wanita berhijab itu. Aku mendambakan kehidupan yang harmonis bersamanya. Hari-hari bahagia yang akan kujalani bersama Aisyah, selalu terbayang jelas setiap detik dalam benakku …. 

 Penantian selama tiga tahun ini … pasti akan berbuah manis. Insya Allah.

 *** 

 Menurut prakiraan cuaca, seharusnya hari ini cerah tanpa hujan atau awan mendung. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. 

 Aku bersiap untuk  sarapan sebelum berangkat ke kantor untuk mengurus beberapa hal. 

 "Aku rindu dengan Aisyah. Dia sedang apa, ya? Apa aku coba telepon saja? Tapi ini masih terlalu pagi. Mungkin dia masih istirahat," ucapku. Padahal kami baru bertemu kemarin untuk makan malam bersama keluarga besarnya.  

 Sedikit taburan garam di atas telur mata sapi, semangkuk sereal, dan segelas air putih hangat, aku siap untuk sarapan.

 Tak sampai tiga puluh menit, aku telah tiba di kantor. Suasana masih cukup sepi, aku langsung naik dengan menggunakan lift khusus petinggi perusahaan.

“Selamat pagi, Pak Adnan,” sapa Nita--sekertarisku--begitu aku melewati mejanya yang terletak di depan ruanganku.

“Pagi, Nita. Gimana? Ada update apa kemarin setelah saya pulang?” tanyaku.

“Tidak ada, Pak, hanya datang satu paket saja yang ditujukan untuk Bapak dan sudah saya simpan di atas meja,” sahutnya.

“Paket? Dari?” tanyaku penasaran.

“Tidak ada nama pengirimnya, Pak, tapi ada kartu terselip.”

“Oke, baiklah, terima kasih, ya, Nit.”

“Sama-sama, Pak.”

Kulanjutkan langkah menuju ruang kerjaku dan benar saja, saat pintu didorong tampak terlihat sebuah buket bunga yang sangat cantik dan satu buah kotak kecil yang dihias pita gold. Aku membuka kotak yang begitu menarik perhatianku. Namun, apa yang ada di dalam kotak itu benar-benar membuat otakku mendidih.

Bagaimana tidak? Kotak itu berisi beberapa lembar foto yang menampilkan perbuatan dua anak manusia di atas ranjang yang pemeran wanitanya adalah ... Aisyah! Calon istriku!

 "Astagfirullah hal adzim!.”

Perasaan marah, kecewa, dan runtuh karena foto-foto itu. Kepercayaan yang aku berikan selama tiga tahun ini telah dikhianati oleh wanita yang sangat aku cintai. Semua waktu, kasih sayang, dan pengorbanan yang aku berikan dibalas secara kontan oleh Aisyah dengan pengkhianatannya. 

 "Aisyah! Tega kamu melakukan ini. Padahal kamu selalu bilang bahwa kamu bahagia karena aku memperlakukanmu dengan hormat! Tidak pernah berpikiran mesum tentangmu apalagi mencoba untuk menyentuhmu. Tapi kenapa? Kenapa kamu yang bersyukur karena sikapku itu malah memberikan tubuhmu pada pria lain? Kenapa kamu memadu kasih dengan pria lain padahal kamu bilang bahwa kamu mencintai aku? Apa itu semua bohong? Jadi, selama tiga tahun ini kamu menipu aku dengan sikap manismu, Aisyah?!" 

 Aku memukul meja, frustrasi. Tidak tahan rasanya melihat wanita yang akan segera kunikahi malah berbuat asusila dengan pria lain. 

 Selama satu minggu sebelum pernikahan, aku mengurung diri di rumah. Kutolak semua panggilan telepon dari semua orang, termasuk Aisyah. Chat darinya juga kuabaikan karena terlalu sakit hati. 

 "Tidak! Daripada seperti ini terus tanpa kebenaran yang jelas, sebaiknya aku periksa saja foto ini kepada ahlinya."

 

Ya,aku akan mendatangi seorang pakar telematika, untuk memastikan kebenarannya. aku mencoba bertabayun dengan semua ini. Setelah membuat janji, sore ini merupakan jadwal pertemuan kami. 

Dengan berpakaian asal-asalan dan membasuh muka ala kadarnya, aku yang tidak pernah menjamah makanan berat selama satu minggu ini melajukan mobil dengan menahan rasa sakit yang membelenggu jiwa.  

 "Tolong periksa keaslian foto ini," ujar ku tegas. 

 "Baiklah, tunggu sebentar." 

 Beberapa waktu menunggu, akhirnya beliau angkat bicara. 

 "Sudah dicek berkali-kali pun, saya tidak dapat menemukan bagian mana yang palsu atau dimodifikasi. Semuanya asli." 

 Dia menatapku dengan iba. Lalu menawarkan, "Apa Anda mau agar saya mengeceknya lagi? Mungkin ada kesalahan—" 

 "Tidak!" 

 Aku mengambil kasar semua foto-foto itu tanpa tertinggal satu pun. Kemudian pergi dengan membawa rasa sakit yang teramat sangat.  

 "Aisyah! Aku tak tidak bisa terima dengan semua pengkhianatanmu. Baiklah, kamu akan menuai apa yang telah kamu lakukan padaku!" 

Hingga tiba waktunya hari yang sejak lama kita impikan, kamu begitu cantik dan anggun dengan pakaian pengantin itu, tiba saatnya aku mengucap ijab, sumpah setia, dan serangkaian acara sakral untuk menjadikan kita sebagai pasangan halal.

“Adnan Malik, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak perempuan saya, Aisyah Medina Suryadinata dengan mas kawin seperangkat alat salat dan uang tunai lima puluh juta rupiah dibayar tunai.”

“Saya terima nikah dan kawinnya Aisyah Medina Suryadinata dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”

Tunai. Ya, tunai sudah janjiku untuk menikahimu, Aisyah. Aku bukan lelaki yang dengan mudah mengingkari janji. Namun, aku juga bukan manusia yang memiliki keluasan hati untuk menerima rasa sakit ini. Kutunaikan janjiku, lalu kukembalikan kita pada semula. Kamu dengan orang tuamu dan aku kembali kepada orang tuaku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ditalak Lima Menit Setelah Akad   Bab 40

    Bab 40Kisah Kelam Hidup Azmina. “Azmina! Keluar sebentar, aku mau bicara! Aku minta maaf soal yang tadi. Aku benar-benar minta maaf, Sayang! Aku mohon, buka pintunya, kita bicarakan baik-baik.” Ketukannya di pintu rumah tidak juga berhenti. Dia berulang lagi memencet bel agar aku keluar. “Aku tahu kamu ada di dalam, Sayang. Sebentar saja, aku minta maaf.” Karena kasihan, aku turun dari ranjang kamar menuju ruang depan dan membuka pintu rumah perlahan. Begitu pintu terbuka, Raja langsung memelukku sangat erat. Dia mengusap rambutku dan berulang kali mengucapkan kata maaf meski kuabaikan semua itu. “Mau apa kamu kemari, Raja? Tidak ada gunanya kamu minta maaf. Semuanya sudah terlanjur terjadi,” ucapku melemah karena sikapnya. “Kalau begitu, kamu mau aku bagaimana agar kesalahanku bisa dimaafkan? Apa pun! Kamu bisa meminta atau menyuruhku melakukan apa pun, Sayang, asalkan kamu memaafkanku.” Aku menggeleng. Membuka lebar-lebar pintu rumah. “Aku cuma minta satu hal. Selama b

  • Ditalak Lima Menit Setelah Akad   Bab 39

    Bab 39PoV Azmina. Mataku memerah, menatap nyalang pada sosok pria yang selama ini sangat kupercaya. Sosoknya yang kuanggap sebagai rumah tempat berpulang dari semua rasa sakit dan kekejaman takdir, malah menipuku untuk bertemu dengan wanita sialan itu! “Tidak ada sisi dalam kehidupanku yang adil, Raja! Semuanya buruk, semuanya sial! Semuanya membuatku muak! Tapi, kamu masih juga menipuku demi membantu wanita itu? Kenapa? Kenapa Raja? Kenapa semua orang berpihak padanya? Kenapa semua orang menganggapnya spesial sementara aku tidak? Kenapa dia dianggap sebagai pembawa keberuntungan, anak manis dan cantik yang suci dalam semua hal, sementara aku? Aku begini karena takdir, Raja! Wanita mana yang mau hidup hina sepertiku jika bukan karena keadaan?!” Semua emosi terpendam dalam diriku luruh seketika setelah mengatakan semua itu. Aku menangis sesenggukan, menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Azmina, aku tidak bermaksud untuk menipumu atau apa. Justru, aku mau membantu mereka agar s

  • Ditalak Lima Menit Setelah Akad   Bab 38

    Bab 38Pertemuan tak berkesan “Raja!” Kami bertiga sontak menengok ke arah sumber suara. “Azmina ….” Mataku membelalak terkejut. Saat melihatnya langsung, aku seperti melihat diriku sendiri tanpa hijab, secara keseluruhan kami memang sangat mirip, bahkan terlalu mirip! Azmina sangat cantik. Kulitnya putih bersih. Dia memakai gaun sederhana sepanjang lutut dan memakai sepatu hak tinggi. Melihatnya, aku langsung bangkit dari tempat duduk agar bisa melihat Azmina dengan lebih jelas. Saat mata kami bertatapan, dia itu berhenti tersenyum. Matanya membulat besar, langkah kakinya terhenti di seperempat jalan. “Kamu …,” ucapnya. Gegas aku berlari menghampiri Azmina yang masih terkejut dengan situasi ini. Aku membuka lebar-lebar tanganku dan hendak meraihnya ke dalam pelukan. Namun, dia menepisku dengan kasar! “Apa-apaan ini?! Kamu bilang mau bertemu dengan klien, apa mereka klien nya?!” tanya Azmina dengan marah tanpa menatapku sama sekali. Dia mengabaikan aku dan menghampir

  • Ditalak Lima Menit Setelah Akad   Bab 37

    Bab 37Kembar Identik Usai mengucapkan salam tanpa menunggu jawaban dari Yudha, aku menutup sambungan telepon itu secara sepihak. Lelah dengan informasi yang tiba-tiba ini, aku merebahkan diriku di kasur. Bingung apakah aku harus datang ke sana dan bertemu dengan Azmina walau tidak siap, atau berdiam diri saja di rumah? “Bukannya apa, aku cuma masih takut jika harus bertemu dengan Azmina. Kami pasti bakalan canggung, kan? Apalagi bertemunya bukan karena moment haru seperti kebanyakan orang, tapi karena suatu masalah.” “Dan, bagaimana jika ternyata pelakunya bukan Azmina? Bagaimana kalau selama ini aku salah menduga dan cuma menuduhnya sebagai pelaku tanpa bukti yang kuat … bagaimana kalau ternyata, dia juga korban dari kejadian ini, aku harus melakukan apa kalau kenyataannya berbeda dari yang selama ini aku pikirkan?” Kepalaku sakit memikirkan jawabannya. Aku memutuskan untuk tidur. Namun, Ibu masuk kamar dengan raut wajah khawatir. “Nak, kamu belum makan malam? Ibu panggil

  • Ditalak Lima Menit Setelah Akad   BAB 36

    Bab 36:Rencana “Saya butuh bantuan Anda … mengenai keberadaan Azmina—” “Tidak! Dia tidak mungkin melakukan hal yang buruk! Elo jangan menuduhnya sembarangan tanpa bukti!” ucap Raja kesal memotong perkataanku. Dia menarik rambutnya frustrasi, melihat lagi foto-foto itu dengan teliti. “Kenapa? Anda ingat sesuatu?” tanyaku. “Foto-foto ini … memang benar asli, gue ingat sering memesan hotel untuk kami berdua, tapi pelaku yang menyebarkannya ….” “Saya menduga pelakunya adalah Azmina.” “Apa?” Mata Raja membesar, menatapku dengan marah. Napasnya memburu, dia menarik kerah pakaianku dan memojokkanku. “Hei! Gue bilang jangan sembarangan menuduh! Menuduh tanpa bukti itu adalah kejahatan! Lagi pula, orang sinting mana yang mau menyebarkan foto mereka sendiri dengan adegan seperti ini pada orang banyak? Tidak ada?!” Aku melepaskan cengkeraman Raja dan balas melakukan hal yang sama padanya, kali ini aku berbicara dengan nada yang cukup tinggi, “Karena itu saya butuh bantuan Anda u

  • Ditalak Lima Menit Setelah Akad   BAB 35

    Bab 35 Terbongkar ( PoV Yudha ) “Sebentar! Wanita itu … A-Aisyah??! Aku telah bersiap untuk menangkis serangan Adnan, tetapi saat dia mengucapkan kalimat itu, arah pandanganku berubah mengikuti arah tatapan matanya. Mataku membelalak kaget! Wanita yang dimaksud oleh Adnan adalah Azmina! Meski wajahnya terhalang oleh tubuh CEO gila itu, perawakannya sangat mirip dengan Aisyah! Gegas aku mengejarnya menggunakan mobil. Kulihat Adnan pun melakukan hal yang sama. Kami melakukan kejar-kejaran di jalan raya. Aku memojokkan mobil yang dinaiki oleh Azmina di sebelah kanan, kemudian Adnan melakukannya di sebelah kiri. Sialnya, tidak beberapa lama kemudian, Adnan menghentikan aksinya dan malah tertinggal di belakang. Astagfirullah, bagaimana ini? Bisa-bisa aku kehilangan jejak! Benar saja! Saat ada sebuah truk yang melintas di depan, mobil yang kukejar raib entah ke mana. Si*l! “Ke mana perginya mobil itu?” Kuedarkan pandangan ke sekitar, sayangnya mobil itu tidak kunjung kutemu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status