Share

Bab 3

Hah?

"Tentu saja! Jadi Hizkiel tidak akan kesepian lagi karena nanti akan ada mama baru dan juga calon adik di perut mama yang akan menemani Hizkiel!" 

Belum sempat Livy menjawab, Mila yang baru saja tiba di ruangan itu sudah menimpali ucapan bocah bernama Hizkiel.

"Oh, iya. Kemarin kita belum sempat berkenalan, ya. Habisnya, Kakak ipar sudah pergi saat kita kembali ke Apartemen!"

Mila mengulurkan tangannya ke arah Livy, "Kenalkan, aku Mila, adiknya Bang Marcho!"

Livy memaksakan senyumnya dan membalas uluran tangan Mila. “Ha–halo? Aku Livy.”

"Tak usah tegang begitu, kakak ipar. Asal kau tahu saja, kau adalah penyelamatku!” ucap adik atasannya itu dengan mata berbinar.

"Setelah kalian menikah, aku bisa segera kembali ke London dan meneruskan kuliahku di sana tanpa khawatir dengan keadaan abang dan juga keponakanku di sini!"

Livy hanya bisa menghela napas panjang, mendengar ucapan Mila.

Kini dia tau kenapa Marcho sampai mengajaknya menikah.

Ternyata, masalah ini benar-benar sudah melebar ke mana-mana dan menjadi semakin rumit.

"Apa kita bisa berbicara berdua saja, Mila?" tanya Livy pada akhirnya, "Ada hal yang ingin aku sampaikan kepadamu!" 

Dia harus memberitahu Mila jika kemarin ia salah masuk Apartemen dan menyudahi kesalahpahaman itu secepatnya.

Mila tampak mengangguk meski bingung.

Hanya saja, Marcho mendadak muncul dan berkata tegas, "Tidak bisa! Mila harus segera pulang ke Apartemen bersama dengan Hizkiel untuk mempersiapkan sambutan kedatangan Mommy."

Pria itu seketika menatap adik dan putranya. "Jadi, kalian berdua pulanglah dulu! Aku akan menjemput Mommy ke Bandara dengan Livy nanti!" titahnya.

Kedua orang itu pun langsung menurut dan meninggalkan ruangan tersebut– menyisakan Marcho yang langsung berjalan mendekati Livy.

"Jangan pernah mengakui tentang kesalahan yang kau perbuat kemarin dengan siapa pun itu, termasuk Mila, Hizkiel, bahkan juga pada Mommyku!” 

“Jika kau berani mengatakannya pada mereka, maka aku tidak segan-segan untuk mengirimmu ke penjara dan menuntutmu seumur hidup!" ancamnya seketika yang membuat Livy bergidik ngeri.

Kriminal kah pria ini?

Tidak bisa dibiarkan!

"Tapi Tuan, saya mohon maafkanlah kesalahan saya kali ini! Saya berjanji tidak akan menampakkan diri di hadapan Tuan maupun keluarga Tuan!" pinta Livy pura-pura memelas.

Sayangnya, permintaannya itu sama sekali tidak diindahkan oleh Marcho.

"Keputusanku kali ini sudah tidak bisa diganggu gugat, Livy! Aku akan membawamu ke salon sebelum kau bertemu dengan Mommy. Dan setelah itu kita berdua akan menjemput mommy di bandara."

“Jadi, kuharap kau dapat bekerja sama dengan baik!”

Boom

Livy merasa dunianya runtuh seketika.

Rasanya, dia ingin meminta bantuan Cintya. Tapi, entah di mana ponselnya sekarang.

“Astaga! Bagaimana tanda tangan kontrakku?” lirihnya panik.

Benar saja, sahabat Livy itu kini tampak mondar-mandir di depan kantor HRD Hotel menunggu kedatangannya untuk tanda tangan kontrak.. Dia cemas karena Livy tidak kunjung menjawab panggilannya.

"Cintya, kita sudah menunggu hampir satu jam. Di mana temanmu itu?" tegur HRD Hotel.

"Tunggu 5 menit lagi, ya, Pak. Saya pastikan sahabat saya akan datang!" pinta Cintya sambil terus mendial nomor ponsel Livy.

"Oke, 5 menit lagi dan jika dia tidak datang, maka terpaksa saya harus memberi kesempatan yang lainnya untuk bergabung."

"Baik, Pak!" jawab Cintya menahan panik.

Sayangnya, lima menit berlalu dan Livy tak kunjung datang.

Tak menunggu lagi, HRD Hotel membatalkan perjanjian kerja dengan Livy dan memanggil kandidat lain.

****

Senyum Livy merekah, bola matanya berbinar memperlihatkan rasa kagum saat melihat seisi tempat itu.

Namun reaksi Livy yang sedikit berlebihan justru membuat Marcho melirik sinis kearahnya, "Kampungan!" sarkasnya pelan, namun tetap bisa di dengar oleh Livy.

"Cih! Aku bukannya belum pernah datang ke tempat seperti ini. Hanya saja, sudah cukup lama!" gumam Livy pelan.

Marcho menautkan alisnya, "Kau bilang apa stadi?"

"Hah? A-apa? Memangnya aku bilang apa? Mungkin kau salah dengar," ujarnya berpura-pura bodoh.

Melihat kedatangan Marcho yang merupakan tamu VVIP di sana, pemilik salon pun menyapa Marcho secara langsung.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanyanya.

Marcho mengangguk, "Urus dia."

Stylist itu pun mengangguk patuh dan mempersilahkan Livy untuk mengikutinya.

****

"Tuan, sudah selesai!" tukas sang Stylist sembari menggandeng Livy dalam balutan dress maxi yang elegan. Rambut panjang yang terurai indah dan polesan makeup natural juga membuatnya tampak semakin mempesona.

Marcho terdiam dan memandang Livy cukup lama sampai akhirnya ucapan pedas terlontar dari mulutnya, "Tidak buruk!” 

“Hah? Tapi menurut saya Nona Livy sangat can–”

Marcho langsung menatap sinis asistennya. "Fredy, bayar semua tagihannya dan kita berangkat  ke Bandara sekarang juga!" titahnya cepat.

Tanpa basa-basi, asistennya itu mengangguk dan melaksanakan perintah Marcho.

Lagi-lagi, Livy berakhir berdua dengan pria itu.

"Kayaknya bukan cuma otaknya aja yang rusak, tapi matanya juga!" gumam Livy pelan.

Marcho yang tak mendengar jelas ucapan Livy, "Kau bilang apa?"

"Tidak ada. Lupakan saja," ujarnya.

"Pastikan, kau bersikap baik di depan mommyku! Jika sedikit saja kau berbuat ulah, maka aku tidak akan segan-segan menjebloskanmu ke penjara!" ancam Marcho mendadak.

Livy hanya bisa mengangguk sambil menggerutu dalam hati.

Siapa sangka dia berakhir menjadi tawanan duda dingin anak satu macam novel-novel yang sering dibaca Cintya?!

Pipi Livy menggembung tanpa sadar–kebiasaanya kalau sedang kesal.

Dia bahkan tak menyadari bahwa Marcho menahan senyum dan berusaha menyembunyikan telinganya yang sedang merah!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rosemarry
tsundere -_-
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status