Share

Bab 3. Aku mulai dijadikan suruhan oleh mama mertua ku

Ku menghela nafasku, lalu ku lanjutkan membuat kue tanpa bantuan dari mbok ani karena dia sedang membersihkan halaman belakang, Aku mixer semua bahan-bahan untuk membuat kue, lalu setelah hampir 3 jam ku ada di dapur, kue pun jadi lalu ku potong-potong dan ku tata di piring. Setelah itu, ku tutup dengan penutup makanan. Dan yang terakhir ku tata kue lain yang mama beli di piring juga dengan rapi.

Aku melihat jam di ponselku sudah pukul 12 siang, ini waktunya anakku kresna pulang. Aku pun mengambil cardigan ku di kamar. Kemudian, aku keluar dari kamarku dan mendapati mama sedang menata makanan dia atas meja yang aku tata tadi.

“Ma, aku jemput kresna ya ma,” ijinku pada mama.

“Eh ehh kamu beresin ini aja, biar aku yang jemput,” jawab mama padaku.

“Eh tapi ma,”

“Udah, sama aja kan? Yang bersih dan rapi loh,”pesan mama padaku.

Mama pun mengambil tas nya lalu dia keluar rumah dan mobilnya melaju menuju ke sekolah anakku. aku pun menuruti mama membereskan tempat arisannya disini. Ku tata kursi lalu ku tata makanannya juga beserta gelas dan piring kecil.

15 menit kemudian …

Masih ku sibuk menata bunga, merapikan taplak dan hiasan meja, ku lihat pintu rumah terbuka, ternyata itu mama dan anakku kresna yang masuk. Kresna melihatku dan berlari ke arahku.

“Mama ..."panggilnya sambil berlari.

“Halo sayang,”jawabku dengan memeluknya.

“Mama, ini hadiah buat mama,” kata anakku dengan menyerahkan selembar kertas gambarnya.

“Apa ini sayang?” tanyaku.

“Buat mama, kresna buat di sekolah,”

Ku lihat gambar yang kresna buat, gambar dengan 4 manusia yang saling bergandengan, di gambar bajunya itu ada tulisan mama, papa, ka abhi, kresna. Lucu sekali, ini pertama kalinya anakku menggambar seperti ini.

“Bagus sekali, mama pajang ya nanti di kamar,”ucapku dengan mengelus rambut anakku.

“Oke mama … Yes mama pajang gambar kresna yeee …” sorak kresna dengan gembira.

“Apa ini? Kok nenek ga gada?” tanya mama pada kresna anakku.

“Kresna lupa nek hehe” jawab anakku.

“Seharusnya nenek disini juga dong,” ucap mama lagi dengan mengambil gambar kresna dariku dan mencoretnya.

“Ehh maa,” ucapku ingin menghentikan mama mencoretnya.

“Ya ga papa dong, ga papa kan kresna?”ucap mama menggampangkan.

“i-yaa nek,” jawab kresna dengan menunduk.

Dengan pulpen dia menambah gambar kresna, kini ada 2 orang lagi di samping abhi yaitu mama dan papa mertua. Padahal hanya sebuah gambar, tapi mama segitunya tak mau kalah karena dia dan suaminya tak digambar oleh kresna. Ku tau dia sangat sayang pada cucunya tapi tak begini juga kan merusak gambar yang sudah anakku gambar dengan susah payah. Ku lihat wajah kresna menjadi murung, mungkin dia sebenarnya tak ingin gambarnya di rusak.

Setelah mama menggambar sesuka hatinya, dia pun mengembalikannya padaku lagi.

“Nih, jadi bagus kan? Oh ya, ayo cucu nenek makan yuk makan” ajak mama dengan mengulurkan tangan pada kresna.

Dengan berat hati, anakku meraih uluran tangan mama mertua dan mereka pun menuju ke dapur. Aku pun lanjut membereskan meja ini lagi. Namun aku tak sadar bahwa aku sama sekali belum memasak apapun untuk makan siang.

“RINA!” teriak mama.

“Ada apa ma?” jawabku mendekat.

“KAMU BELUM MASAK? ANAK KAMU MAU MAKAN APA! DARI TADI DI DAPUR GA MASAK SEKALIAN? GIMANA SIH GA BECUS BANGET! LIHAT ANAK KAMU KELAPARAN!” ucap mama dengan nada marah.

“Belum ma, rina baru masak nasi aja kan dari tadi rina bikin kue dan lain-lain ma,” ujarku.

“HALAH ALESAN! MASA GA BISA DISAMBI MASAK MAKAN SIANG! KAMU INI MEMANG LELET SEKALI RINA!” bentak mama lagi.

“Tapi ma, bikin kue nya kan memang lama dan banyak ma, jadi ga bisa disambi,”

“KAMU INI KALAU DIBILANGIN ORANG TUA PASTI ADA AJA JAWABAN NYA, SUDAH LAH KAMU BELIKAN MAKAN INI BUAT ANAK KAMU SETELAH ITU KAMU MASUK KAMAR JANGAN KELUAR LAGI SAMPAI ACARA MAMA SELESAI” perintah mama padaku.

“Iya ma,”

Aku pun keluar rumah dan melajukan motorku membeli makanan untuk anakku. Dan ku berhenti di sebuah kedai ayam yang agak ramai. Aku pun memarkirkan motorku, ku putuskan untuk membeli ayam bakar dan ayam goreng untuk anakku.

“Mang, 2 ayam goreng dan 3 ayam bakar ya mang,” Pesanku.

“Oke bu, sesuai antrian ya bu, silahkan tunggu dulu,”

Aku pun duduk di tempat tunggu bersama orang lain yang sedang menunggu pesanannya juga.

“Ibu, itu gendut banget yah hihihi, kursiku tadi diduduki juga separo sama dia, bau lagi maka nya aku pindah kesini bu” bisik seorang anak yang tadi duduk di sebelahku dan pindah Ketika aku duduk di sebelahnya.

“Huss jangan gitu” jawab ibunya.

Hati yang sudah tertancap pedang, pisau ini didorong lagi sampai sedalam-dalamnya. Aku tau aku gendut, aku tau aku besar dan aku tau aku bau, tapi bisakah tak menyakiti hati ku? Jika tidak suka kenapa tak menghindari ku saja, kenapa harus berkata yang menyakitkan seperti itu? Sangat sakit, jika aku bisa memilih ku lebih baik sakit badan ku daripada sakit hati. Ku tahan tangis ku dan ku kepalkan tanganku, ku alihkan pandangan kearah lain, tak lama kemudian, ibu dan anak itu dipanggil oleh penjual, dengan menutup hidung, anak itu melewati ku ngumpet di belakang ibunya. Dan setelah itu, aku pun dipanggil oleh penjual.

“Bu, sudah ini pesanan nya,” ucap mang penjual.

“Iya mang, berapa ya?”

“Semua 60 ribu, bu …”

“Ini mang,” jawab ku dengan menyerahkan selembar uang 100 ribuan.

“Ini bu kembaliannya, terima kasih datang kembali bu,”

Aku tersenyum lalu ku berbalik dan ku kaitkan kresek di dasbor motor lalu ku hidupkan motorku dan ku melajukan motor menuju ke rumah. Beberapa menit kemudian, disaat ku berbelok dari kejauhan, aku melihat mobil mas hanif sedang terparkir di depan rumah. Kenapa mas hanif siang-siang sudah pulang? Ini tak seperti biasanya, ku percepat laju motor ku dan setelah sampai ku segera parkirkan motorku dan masuk kedalam. Di ruang tamu, ku lihat ada mama dan seorang wanita yang tak tau siapa, dia cantik memakai rok pendek putih yang pres dengan tubuhnya dengan blouse warna pink. Aku dulu suka juga pakai pakaian itu tapi sekarang sudah tak muat lagi. Aku pun berjalan mendekati mereka. Namun tiba-tiba mama menyuruhku berhenti.

“Berhenti disitu!” ucap mama.

“Kenapa ma? Mas hanif kemana?” tanya ku.

“Kenapa tanya-tanya? Sudah kamu sana suapi anak kamu saja” ucap mama.

Aku pun berbelok menuju ke dapur untuk menyiapkan makan siang untuk anakku kresna. Ku masih mengamati mama dan perempuan itu yang sepertinya sangat asik mengobrol. Ku ambil nasi dan ayam nya ke dalam piring. Lalu setelah itu, aku letakan dulu diatas meja makan lalu aku naik ke atas untuk memanggil anakku. Ku buka pintu kamar anakku, dan mendapati anakku sedang mengganti bajunya.

~

Bersambung …

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status