Ku menghela nafasku, lalu ku lanjutkan membuat kue tanpa bantuan dari mbok ani karena dia sedang membersihkan halaman belakang, Aku mixer semua bahan-bahan untuk membuat kue, lalu setelah hampir 3 jam ku ada di dapur, kue pun jadi lalu ku potong-potong dan ku tata di piring. Setelah itu, ku tutup dengan penutup makanan. Dan yang terakhir ku tata kue lain yang mama beli di piring juga dengan rapi.
Aku melihat jam di ponselku sudah pukul 12 siang, ini waktunya anakku kresna pulang. Aku pun mengambil cardigan ku di kamar. Kemudian, aku keluar dari kamarku dan mendapati mama sedang menata makanan dia atas meja yang aku tata tadi.“Ma, aku jemput kresna ya ma,” ijinku pada mama.“Eh ehh kamu beresin ini aja, biar aku yang jemput,” jawab mama padaku.“Eh tapi ma,”“Udah, sama aja kan? Yang bersih dan rapi loh,”pesan mama padaku.Mama pun mengambil tas nya lalu dia keluar rumah dan mobilnya melaju menuju ke sekolah anakku. aku pun menuruti mama membereskan tempat arisannya disini. Ku tata kursi lalu ku tata makanannya juga beserta gelas dan piring kecil.15 menit kemudian …Masih ku sibuk menata bunga, merapikan taplak dan hiasan meja, ku lihat pintu rumah terbuka, ternyata itu mama dan anakku kresna yang masuk. Kresna melihatku dan berlari ke arahku.“Mama ..."panggilnya sambil berlari.“Halo sayang,”jawabku dengan memeluknya.“Mama, ini hadiah buat mama,” kata anakku dengan menyerahkan selembar kertas gambarnya.“Apa ini sayang?” tanyaku.“Buat mama, kresna buat di sekolah,”Ku lihat gambar yang kresna buat, gambar dengan 4 manusia yang saling bergandengan, di gambar bajunya itu ada tulisan mama, papa, ka abhi, kresna. Lucu sekali, ini pertama kalinya anakku menggambar seperti ini.“Bagus sekali, mama pajang ya nanti di kamar,”ucapku dengan mengelus rambut anakku.“Oke mama … Yes mama pajang gambar kresna yeee …” sorak kresna dengan gembira.“Apa ini? Kok nenek ga gada?” tanya mama pada kresna anakku.“Kresna lupa nek hehe” jawab anakku.“Seharusnya nenek disini juga dong,” ucap mama lagi dengan mengambil gambar kresna dariku dan mencoretnya.“Ehh maa,” ucapku ingin menghentikan mama mencoretnya.“Ya ga papa dong, ga papa kan kresna?”ucap mama menggampangkan.“i-yaa nek,” jawab kresna dengan menunduk.Dengan pulpen dia menambah gambar kresna, kini ada 2 orang lagi di samping abhi yaitu mama dan papa mertua. Padahal hanya sebuah gambar, tapi mama segitunya tak mau kalah karena dia dan suaminya tak digambar oleh kresna. Ku tau dia sangat sayang pada cucunya tapi tak begini juga kan merusak gambar yang sudah anakku gambar dengan susah payah. Ku lihat wajah kresna menjadi murung, mungkin dia sebenarnya tak ingin gambarnya di rusak.Setelah mama menggambar sesuka hatinya, dia pun mengembalikannya padaku lagi.“Nih, jadi bagus kan? Oh ya, ayo cucu nenek makan yuk makan” ajak mama dengan mengulurkan tangan pada kresna.Dengan berat hati, anakku meraih uluran tangan mama mertua dan mereka pun menuju ke dapur. Aku pun lanjut membereskan meja ini lagi. Namun aku tak sadar bahwa aku sama sekali belum memasak apapun untuk makan siang.“RINA!” teriak mama.“Ada apa ma?” jawabku mendekat.“KAMU BELUM MASAK? ANAK KAMU MAU MAKAN APA! DARI TADI DI DAPUR GA MASAK SEKALIAN? GIMANA SIH GA BECUS BANGET! LIHAT ANAK KAMU KELAPARAN!” ucap mama dengan nada marah.“Belum ma, rina baru masak nasi aja kan dari tadi rina bikin kue dan lain-lain ma,” ujarku.“HALAH ALESAN! MASA GA BISA DISAMBI MASAK MAKAN SIANG! KAMU INI MEMANG LELET SEKALI RINA!” bentak mama lagi.“Tapi ma, bikin kue nya kan memang lama dan banyak ma, jadi ga bisa disambi,”“KAMU INI KALAU DIBILANGIN ORANG TUA PASTI ADA AJA JAWABAN NYA, SUDAH LAH KAMU BELIKAN MAKAN INI BUAT ANAK KAMU SETELAH ITU KAMU MASUK KAMAR JANGAN KELUAR LAGI SAMPAI ACARA MAMA SELESAI” perintah mama padaku.“Iya ma,”Aku pun keluar rumah dan melajukan motorku membeli makanan untuk anakku. Dan ku berhenti di sebuah kedai ayam yang agak ramai. Aku pun memarkirkan motorku, ku putuskan untuk membeli ayam bakar dan ayam goreng untuk anakku.“Mang, 2 ayam goreng dan 3 ayam bakar ya mang,” Pesanku.“Oke bu, sesuai antrian ya bu, silahkan tunggu dulu,”Aku pun duduk di tempat tunggu bersama orang lain yang sedang menunggu pesanannya juga.“Ibu, itu gendut banget yah hihihi, kursiku tadi diduduki juga separo sama dia, bau lagi maka nya aku pindah kesini bu” bisik seorang anak yang tadi duduk di sebelahku dan pindah Ketika aku duduk di sebelahnya.“Huss jangan gitu” jawab ibunya.Hati yang sudah tertancap pedang, pisau ini didorong lagi sampai sedalam-dalamnya. Aku tau aku gendut, aku tau aku besar dan aku tau aku bau, tapi bisakah tak menyakiti hati ku? Jika tidak suka kenapa tak menghindari ku saja, kenapa harus berkata yang menyakitkan seperti itu? Sangat sakit, jika aku bisa memilih ku lebih baik sakit badan ku daripada sakit hati. Ku tahan tangis ku dan ku kepalkan tanganku, ku alihkan pandangan kearah lain, tak lama kemudian, ibu dan anak itu dipanggil oleh penjual, dengan menutup hidung, anak itu melewati ku ngumpet di belakang ibunya. Dan setelah itu, aku pun dipanggil oleh penjual.“Bu, sudah ini pesanan nya,” ucap mang penjual.“Iya mang, berapa ya?”“Semua 60 ribu, bu …”“Ini mang,” jawab ku dengan menyerahkan selembar uang 100 ribuan.“Ini bu kembaliannya, terima kasih datang kembali bu,”Aku tersenyum lalu ku berbalik dan ku kaitkan kresek di dasbor motor lalu ku hidupkan motorku dan ku melajukan motor menuju ke rumah. Beberapa menit kemudian, disaat ku berbelok dari kejauhan, aku melihat mobil mas hanif sedang terparkir di depan rumah. Kenapa mas hanif siang-siang sudah pulang? Ini tak seperti biasanya, ku percepat laju motor ku dan setelah sampai ku segera parkirkan motorku dan masuk kedalam. Di ruang tamu, ku lihat ada mama dan seorang wanita yang tak tau siapa, dia cantik memakai rok pendek putih yang pres dengan tubuhnya dengan blouse warna pink. Aku dulu suka juga pakai pakaian itu tapi sekarang sudah tak muat lagi. Aku pun berjalan mendekati mereka. Namun tiba-tiba mama menyuruhku berhenti.“Berhenti disitu!” ucap mama.“Kenapa ma? Mas hanif kemana?” tanya ku.“Kenapa tanya-tanya? Sudah kamu sana suapi anak kamu saja” ucap mama.Aku pun berbelok menuju ke dapur untuk menyiapkan makan siang untuk anakku kresna. Ku masih mengamati mama dan perempuan itu yang sepertinya sangat asik mengobrol. Ku ambil nasi dan ayam nya ke dalam piring. Lalu setelah itu, aku letakan dulu diatas meja makan lalu aku naik ke atas untuk memanggil anakku. Ku buka pintu kamar anakku, dan mendapati anakku sedang mengganti bajunya.~Bersambung …“Sayang, anak mama yang pinter, sudah selesai gantinya?” tanya ku.“Mama … jangan ngintip, kresna lagi ganti baju ma,” jawab anakku dengan menutupi tubuhnya dengan kedua tangan nya.“Hahaha oke, oke mama keluar nih, kalau sudah selesai keluar ya makan siang” ucap ku lalu ku menutup pintu kembali.“Iya maa…” jawab anakku.Ku menunggu di depan kamarnya, lalu setelah beberapa menit, anakku pun keluar“Udah ma, ayo makan” ucap anakku dengan menggandeng tanganku.“Iya ayoo ...” jawabku.Kami pun turun dari lantai atas menuju ke meja makan. Dari atas aku melihat mas hanif keluar dari kamar dan bergabung dengan mama dan wanita itu. aku pun mengantar anakku dulu untuk makan sendiri.“Sayang, kamu makan sendiri bisa kan?” ucapku.“Bisa mama …” jawab anakku.“Oke, ini ayam goreng kesukaan kresna, terus ini mama ambil nasi nya. Kresna makan sendiri ya sebentar, mama mau kesana dulu ya, ini minum nya ya sayang,” ucapku.“Oke mama,” jawab anakku dengan mengacungkan kedua jempolnya.Aku pun meningg
Dengan gemetar, aku pun berdiri dan berusaha menarik gerbang rumahku yang besar dan tinggi ini. Ku lebarkan pintu gerbang itu lalu mas hanif pun melajukan mobilnya keluar dari rumah dengan cepat. Ku tarik kembali gerbang itu namun ku masih gemetar tak karuan, aku pun terjatuh dan air mataku yang lain tak tertahankan lagi. Segitunya mas hanif menyakiti hatiku, apa selama ini kenangan kita tak ada harganya di matamu mas? Kesetiaan ku padamu, mengurus kamu, melayani kamu, dan mengerjakan semua pekerjaan rumah tak ada apa-apanya untukmu mas?“huhuhuhuhuu” tangis ku dengan memegang dadaku yang terasa sesak.Aku menangis terduduk di bawah gerbang tak lama kemudian, tiba-tiba mama keluar dan memarahi ku.“RINAAAAA! Kamu apa-apaan ini? Nasi berserakan, cepat bereskan! Sebentar lagi teman-teman ku mau pada datang,” teriak mama padaku.Air mata ku masih ingin mengalir, dadaku juga masih sangatlah sesak. Aku tak bisa menjawab teriakan mama itu. Akan tetapi, mama malah menjambak rambutku dengan k
Ku tak tau kenapa menangis, ku sangat terharu melihat anakku yang masih kecil tapi dia sudah harus melihat yang seperti ini. Aku bersyukur memiliki anakku.“Maafin mama ya nak …” ucapku.“Mama kenapa minta maaf? Seharusnya nenek yang minta maaf ke mama, nenek jahat” ucapnya.“Abhi sayang, anak mama, mama bersyukur masih punya abhi” ucapku meneteskan air mata.“Mama … mama jangan nangis ma … mama yang paling hebat, abhi sayang mama” jawab nya.Abhi memelukku, setelah beberapa menit kemudian, tiba—tiba ada mobil yang datang. Dan seseorang itu pun turun dari mobilnya. Aku dan abhi bersama-sama melihat siapa orang itu.“Rina …” ucap seseorang itu.Ku kaget ternyata dia adalah adik kandung mama yang bernama tante sofi. Dia mendekati aku dan anakku. Aku hapus air mataku dan aku juga hapus air mata abhi. Aku hanya tak ingin orang lain tau kami berdua menangis.“Rina, udah lama ya ga ketemu … kamu gimana kabarnya?” tanya dia dengan memegang tanganku.“Ka
Aku hanya mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Ku tak ingin melihat tante, bahwa aku ingin menangis. Aku hanya bisa menunduk agar dia tak melihat air mataku yag akan menetes. “Hanif itu yah ga tau di diri sekali, Apa kamu tidak menasehati nya mba? Semua ini salah. Apa salah rina pada hanif? Ini pasti salah hanif,” ucap tante membelaku.“Eh sofi, apa mata kamu buta? Lihat dia! Kenapa kamu nyalahin aku dan hanif? Kamu lihat dia, semua yang ada padanya adalah sebuah kesalahan,” ucap mama mertua dengan nada tinggi.Aku mendekati tante sofi dan ku coba agar tante sofi tak bertengkar dengan mama mertuaku. Namun aku melirik anakku abhi yang terlihat ketakutan melihat para nenek nya ribut. Aku pun berbisik dan berkata pada anakku, “Abhi, kamu temani kresna lagi makan ya sayang sekalian kamu makan juga, abhi bisa ambil nasi dan makan sendiri?” ucapku pada anakku abhi. “Tapi ma, abhi takut mama di sakiti lagi sama nenek ma,”jawabnya. “Engga sayang, mama gak papa, nanti mama nyusul abhi dan k
(Di dalam kamar)“Sayang, duduk di sini. Mama ingin bicara pada kalian,” ucapku dengan menyuruh kedua anakku duduk.“Mamaa …” panggil anakku kresna seperti ketakutan.Dengan menghela nafas, aku pun berkata padanya, “Sayang, mama hanya ingin tau apa benar yang menyemprot saos dari botol ke baju tante itu adalah kalian? Sayang, coba jujur pada mama, kenapa kalian seperti ini? Apa mama pernah mengajari kalian jahil seperti ini?” “Maaf ma, ini salah abhi bukan salah kresna ma. Abhi hanya tidak suka bibi itu datang ke rumah kita ma. Tadi bibi itu mencubit lengan abhi ma, bibi itu jahat,” ucap abhi.“Mencubit? Maksud nya bagaimana sayang? Kenapa bisa-bisa nya mencubit?” tanyaku lagi.“Iya ma, bibi itu jahat matanya meloto ke kresna ma, kresna takut sembunyi di belakang kakak,” lanjut kresna menjelaskan. “Iya maksud mama itu, kok bisa tiba-tiba mencubit itu bagaimana awalnya?” “Nenek pertama datang ma ke dapur, terus bibi itu tiba-tiba berbicara dengan nenek kalau mama akan di usir dari s
Kami yang mendengar suara mas hanif menjadi saling menatap dan bingung akan hal yang membuat marah mas hanif. “Ayo rin, coba kita keluar saja, kita lihat pasti mertua kamu menyuruh hanif pulang atau bahkan wanita itu yang cepuin hal ini ke hanif,” ucap tante menganalisa.“Tidak tau tan, coba lihat saja bagaimana dia,” jawabku dengan singkat.Aku dan tante sofi pun berdiri dan keluar dari kamarku, dari kejauhan aku melihat mas hanif yang berdiri melotot ke arahku dengan kedua tangannya di pinggang nya. Semakin dekat, aku melihat mama mertua dan wanita itu duduk di sofa dengan melirik dan meremehkan ku. Aku dan tante sofi berhenti, mas hanif menyuruhku agar mendekatinya. “Kemari!” ucapnya. “Kenapa mas? Kamu mau apakan aku dengan wajah penuh kemarahan seperti itu? Apa salahku mas?”Mas hanif makin melotot dan berjalan mendekati ku, semakin dekat dan semakin dekat denganku. Setelah dia sudah berdiri di hadapan ku, ku melihat matanya yang penuh kebencian padaku. Aku tak menyangka mas ha
“PAPA!” teriak anakku dan berlari mendekatiku.Kami semua menengok ke arah anak ku abhi yang terlihat marah pada papa nya. Anakku berlari lalu berkata lagi, “Papa jahat … Jangan sakiti mama, Papa udah berubah, Papa gak sayang lagi sama abhi, Jangan dekati mama,” ucap abhi dengan berteriak lalu dia mencoba meninju perut mas hanif. Namun karena abhi masih kecil tentu dia kalah, kedua tangan nya di cengkram oleh mas hanif. Aku dan tante sofi mencoba melepaskan tangan mas hanif dari tangan anakku, namun tidak berhasil. “Kamu masih kecil! Lebih baik kamu kembali ke kamar mu dan belajarlah agar tidak menjadi bodoh seperti ibu mu, sana!” bentak mas hanif.“Gak mau! Papa yang seharusnya belajar! Belajar memperlakukan istri papa dengan layak,” jawab anakku abhi.Mas hanif mendekat lagi pada abhi, dia mengayunkan tangannya kepadanya. Abhi bukan nya menghindar malah makin menantang papa nya. “Tampar pa! papa tau, hal yang papa lakukan pada mama dan abhi dan juga kresna adalah dosa besar. Kata
“Mira,” panggil mama mertua pada wanita itu.Mereka saling menatap dan saling mengkode sesuatu. Ku merasa itu hal yang buruk. Dan benar saja, wanita itu dan mama menerobos ku, membuka semua lemari beserta laci-laci di lemari bajuku dan di meja riasku. Mereka tak tau kalau kotak itu sudah aku masukan kedalam koper. Karena mereka sibuk mencari kotak perhiasanku, aku menyeret kedua koperku dan keluar dari kamarku. Setelah keluar dari kamarku, ku lihat mas hanif yang sedang duduk di sofa sendirian. Dia menatapku, lalu dia berkata padaku, “Aku akan berbaik hati memberikan sebagian hartaku untuk kedua anakku, Dan setiap bulan aku akan memberikan bantuan untuk anakku. Tapi kamu, jangan mengharapkan apapun dariku,” ucapnya.Aku terus bejalan tanpa menatap matanya lagi. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu? Berbaik hati? Bukan kah itu memang kewajibannya? Abhi dan Kresna kan juga anak-anak nya. Tapi tanpa bantuan dari mas hanif pun aku akan terus berusaha mencukupi semua kebutuhan anak-anakk