Home / Romansa / Ditolak Bekerja, Dilamar CEO Tampan / 9. Dia Bukan Orang Sembarangan.

Share

9. Dia Bukan Orang Sembarangan.

Author: A. D. Liris
last update Last Updated: 2025-07-24 21:40:01
Pagi itu datang tanpa ampun. Matahari baru saja naik di balik jendela lebar kamar apartemen, tapi tubuh Naira terasa seperti tak sempat benar-benar terlelap. Rasa sesak di dadanya masih tinggal sejak malam sebelumnya, sejak Arvin mengucapkan kalimat yang terus bergaung dalam pikirannya:

“Pastikan kau tidak menyimpan apa pun dariku, Naira. Apalagi sesuatu yang bisa mengguncang reputasi atau membahayakan nama keluargaku. Karena kalau ada yang mencoba menghancurkan rencana ini dari dalam … aku tak akan memberi peringatan kedua. Dan aku selalu tahu.”

Kalimat itu dingin. Dan tajam seperti sembilu.

Naira menatap bayangannya sendiri di cermin meja rias. Ada lingkaran samar di bawah matanya, tapi yang membuatnya merasa lebih tak berdaya adalah tatapan itu, tatapan orang yang menyimpan terlalu banyak hal, dan tak punya tempat untuk berbagi. Tangannya gemetar saat merapikan kancing terakhir di blus putih bersih yang Arvin minta ia kenakan.

"Agar terlihat netral dan profesional," katanya tadi pag
A. D. Liris

Duhh kira-kira siapa ya?

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ditolak Bekerja, Dilamar CEO Tampan   10. Rekaman.

    Naira langsung menoleh. “Kau tahu siapa?”Arvin menatapnya sejenak sebelum menggeleng pelan. “Belum pasti. Ricard sedang menyelidikinya.”“Ricard?” Alis Naira terangkat tinggi. “Ricard yang itu?”Arvin mengangguk santai, seolah menyebut nama Ricard bukan sesuatu yang luar biasa. “Ya.""Tapi... kau bilang dia tidak tahu kontrak kita.""Dia memang tidak tahu soal kontrak kita, seperti yang pernah kubilang. Tapi dia yang paling bisa kuandalkan untuk urusan seperti ini. Aku memintanya menyelidiki siapa yang sedang mencurigai pernikahan kita.”Naira menahan napas. Otaknya bekerja cepat, memutar ulang setiap interaksi yang pernah ia alami dengan Ricard. Tatapan lelaki itu, ucapannya, intonasinya yang nyaris selalu terdengar ambigu.“Aku pikir… Ricard mencurigakan,” gumamnya. “Dia terlihat... mengetahui sesuatu tentang pernikahan kita dan dia juga selalu mempertanyakan tentang pernikahan ini, seolah tidak mempercayaimu.”Arvin menghela napas, kali ini terdengar lebih berat. “Ricard memang ti

  • Ditolak Bekerja, Dilamar CEO Tampan   9. Dia Bukan Orang Sembarangan.

    Pagi itu datang tanpa ampun. Matahari baru saja naik di balik jendela lebar kamar apartemen, tapi tubuh Naira terasa seperti tak sempat benar-benar terlelap. Rasa sesak di dadanya masih tinggal sejak malam sebelumnya, sejak Arvin mengucapkan kalimat yang terus bergaung dalam pikirannya:“Pastikan kau tidak menyimpan apa pun dariku, Naira. Apalagi sesuatu yang bisa mengguncang reputasi atau membahayakan nama keluargaku. Karena kalau ada yang mencoba menghancurkan rencana ini dari dalam … aku tak akan memberi peringatan kedua. Dan aku selalu tahu.”Kalimat itu dingin. Dan tajam seperti sembilu.Naira menatap bayangannya sendiri di cermin meja rias. Ada lingkaran samar di bawah matanya, tapi yang membuatnya merasa lebih tak berdaya adalah tatapan itu, tatapan orang yang menyimpan terlalu banyak hal, dan tak punya tempat untuk berbagi. Tangannya gemetar saat merapikan kancing terakhir di blus putih bersih yang Arvin minta ia kenakan."Agar terlihat netral dan profesional," katanya tadi pag

  • Ditolak Bekerja, Dilamar CEO Tampan   8. Rahasia Diantara Kita.

    “Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?”Naira tidak langsung menjawab. Tenggorokannya tercekat, dan ia masih bisa merasakan degup jantungnya menabrak tulang rusuk, seakan ingin melarikan diri lebih dulu darinya sendiri.“Aku hanya lelah,” ucapnya pelan, tanpa menatap Arvin.Arvin tak berkata apa-apa. Ia hanya berdiri di ambang pintu kamar mandi, memperhatikan Naira yang masih membelakangi cermin. Sorot matanya menusuk, namun suaranya tetap tenang saat ia berkata, “Kalau kau menyembunyikan sesuatu, lebih baik kau pikirkan baik-baik. Aku tak suka kejutan.”Kemudian ia berbalik dan pergi, membiarkan pintu kamar mandi terbuka.Naira menunggu hingga suara langkah kaki itu menjauh, lalu buru-buru mengambil ponsel yang tadi disembunyikan. Ia membuka kembali pesan dari nomor asing itu. Kata-katanya masih sama. Singkat. Penuh ancaman terselubung.“Ini baru permulaan. Kita lihat sampai kapan kau mampu bertahan. Naira.”Tangannya bergetar. Ia tidak tahu harus percaya pada siapa. Dan yang paling

  • Ditolak Bekerja, Dilamar CEO Tampan   7. Ini baru Permulaan.

    Langit Zurich cerah, tapi tidak lebih tenang dari pikiran Naira. Ia duduk terpaku di dalam mobil hitam yang membawa mereka dari bandara menuju sebuah hotel mewah, tempat yang telah disiapkan untuk kunjungan bisnis dan juga pengukuhan hukum pernikahan mereka.Arvin duduk di sampingnya. Diam. Tatapannya tertuju ke luar jendela, ke deretan bangunan klasik yang berdiri rapi seperti barisan penjaga rahasia.“Aku tidak menyangka tempat ini akan terasa… dingin,” gumam Naira, mencoba mencairkan suasana.Arvin menoleh, suaranya pelan tapi tegas. “Tempat ini sangat tepat untuk hal yang penting, Naira. Pengukuhan pernikahan kita secara hukum internasional akan dilakukan di sini. Setelah itu, kau resmi menjadi bagian dari hidupku. Bukan hanya secara sosial, tapi legal dan global.”Kata-kata itu seharusnya membuat Naira lega. Tapi yang ia rasakan justru sebaliknya. Jantungnya justru berdetak lebih cepat.“Apa karena ... hal itu?” tanyanya pelan.Arvin menyandarkan tubuhnya, menatap lurus ke depan.

  • Ditolak Bekerja, Dilamar CEO Tampan   6. Kukuh Di Mata Dunia

    Daniel menatapnya sambil tetap tersenyum ke arah kamera, ekspresi yang seolah tak menyimpan apa pun—kecuali rahasia gelap yang baru saja dia sematkan ke telinga Naira."Aku tahu siapa kau."Naira membeku.Senyumnya menegang. Ia bahkan lupa harus menatap ke arah fotografer. Jantungnya berdetak kencang, begitu keras hingga ia takut Arvin bisa menangkap suara itu. Tangan Arvin yang menggenggam pinggangnya terasa jauh, seperti bukan lagi milik seseorang yang memayungi, tapi seperti dinding es yang mendadak mengurung.Suara kamera terdengar lagi. Blitz menyala. Namun dunia Naira terasa teredam. Seakan semua kebisingan pesta berubah menjadi dengung samar. Ia tidak bisa berpikir jernih. Sekujur tubuhnya menegang, matanya tidak fokus, dan napasnya mulai dangkal.Ia berpikir cepat, tapi pikirannya berkabut. Siapa Daniel? Sejauh mana dia tahu? Apa dia mengenal Nadine secara langsung? Atau... lebih buruknya, apakah dia tahu Naira adalah adik tiri Nadine? Jika iya, dari mana? Sejak kapan dia tahu

  • Ditolak Bekerja, Dilamar CEO Tampan   5. Aku Tahu Siapa Kau.

    Suara denting alat rias dan bisikan pelan memenuhi ruangan. Naira duduk di depan cermin besar dengan lampu-lampu bulat yang memantul di kulitnya. Wajahnya telah diberi alas, mata dihias lembut, dan rambutnya disanggul rapi oleh para perias profesional. Gaun putih gading menggantung di sisi ruangan, seperti menunggu giliran untuk menjadi saksi sebuah ikatan yang—bagi orang lain—terlihat suci.Bagi Naira, semuanya terasa seperti mimpi buruk yang dibungkus pita mewah.“Tinggal sedikit lagi. Dan ya, kau cantik sekali,” ujar salah satu perias muda sambil menyemprotkan setting spray.Cantik? Mungkin. Tapi tidak ada yang tahu apa yang ia rasakan di dalam dada.Pintu ruang rias terbuka. Seorang wanita berbisik pelan pada perias senior yang kemudian menghampiri Naira dan menunduk sedikit.“Sebentar lagi pengantin pria akan masuk ke aula. Tamu-tamu sudah mulai berdatangan. Kami akan bantu kamu berganti gaun sekarang.”Naira hanya mengangguk, menelan ludah pahit. Gaun itu berat, baik secara fisi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status