Share

Bab 3

Nada bicaranya terdengar tidak acuh, tetapi suaranya terdengar sangat menggoda. Jadi, pria ini yang bersamanya malam itu?

Meskipun malam itu seperti mimpi, Paula tidak bisa melupakan betapa gila dan nakalnya pria itu, bahkan terlihat seperti ingin melahapnya hidup-hidup, jauh berbeda dari penampilan dinginnya ini.

Rhea merasa dirinya telah mendapatkan persetujuan dari Darwin. Dia buru-buru membawa Paula ke lantai atas sambil berkata, "Terima kasih, Paman. Aku bawa Paula ke atas dulu."

Ketika mereka berpapasan, langkah kaki Darwin sontak terhenti. Dia mengernyit, lalu menatap gaun Paula dan bertanya dengan dingin, "Kenapa bisa ada darah?"

Rhea segera menjelaskan, "Paula nggak sengaja terjatuh, makanya terluka. Aku akan membantunya mengoleskan obat nanti."

Setelah mengatakan itu, Rhea langsung membawa Paula pergi. Tangga agak sempit, jadi Paula bisa mencium aroma segar tubuh Darwin. Paula pun berusaha untuk menghindar, tetapi tubuhnya tetap bergesekan dengan jubah mandi Darwin. Tekstur yang agak kasar itu membuat jantungnya berdebar-debar.

Setelah masuk ke kamar Rhea, Paula baru merasa lega. Sementara itu, Rhea khawatir Paula merasa tidak nyaman sehingga menghiburnya, "Paula, maaf. Pamanku biasanya jarang pulang, entah kenapa dia di rumah hari ini."

Paula berusaha menenangkan diri. Namun, setiap kali teringat pada pria itu, dia merasa ingin sekali kabur. Dia membalas, "Bukan salahmu, tapi sebaiknya aku tinggal di hotel saja."

Darwin memang paman Rhea sehingga Rhea tidak merasa ada yang aneh. Namun, Paula dan Darwin pernah bersetubuh, bahkan Paula melihatnya yang masih memakai jubah mandi hari ini. Kalau pria malam itu benar-benar paman Rhea .... Paula tidak berani membayangkan hasilnya!

Rhea tentu merasa cemas jika membiarkan Paula sendirian. Dia berkata, "Paula, tinggal saja di sini! Aku jamin pamanku itu nggak akan sering-sering datang. Aku nggak akan membuatmu merasa nggak nyaman. Dia cuma terlihat cuek, aslinya baik kok."

Rhea membawa Paula ke sofa, lalu meneruskan, "Jangan pikir yang aneh-aneh. Anggap saja rumahku adalah rumahmu. Lukamu harus diperban. Tunggu di sini, aku akan minta obat dari pamanku."

Selesai berbicara, Rhea langsung berbalik dan pergi, meninggalkan Paula yang merasa gelisah. Untuk sesaat, Paula tidak tahu harus bagaimana melanjutkan kehidupannya ....

Paula tiba-tiba hamil, dicampakkan calon suami, diusir oleh keluarganya, bahkan anak di perutnya mungkin adalah anak paman sahabatnya. Paula menunduk menatap perutnya yang masih rata. Rasa sakit yang sebelumnya sudah hilang. Entah bagaimana kondisi kandungannya setelah dirinya terjatuh dari tangga barusan.

Jika pria malam itu benar-benar Darwin, mungkin Paula tidak bisa mempertahankan kandungannya. Bagaimanapun, Rhea tidak pernah merahasiakan identitasnya dari Paula. Paula tentu tahu mereka adalah keluarga terkaya di ibu kota.

Darwin adalah pewaris baru Keluarga Sasongko sekaligus ahli medis terkemuka. Bisa dibilang, pria ini berada di puncak dunia. Sekalipun anak orang kaya seperti Richie bekerja keras, dia tidak mungkin sanggup melampaui Darwin.

Darwin adalah orang yang rendah hati, misterius, dan jarang pulang. Itu sebabnya, Paula tidak tahu seperti apa penampilan paman Rhea. Setelah melihat wajah Darwin, Paula baru sadar bahwa wajah pria ini persis dengan yang ada di mimpinya itu.

Paula tidak ingin merepotkan Rhea karena kehadiran anak ini. Dia memutuskan untuk merahasiakan semuanya dari sahabatnya. Apalagi, ekspresi Darwin terlihat sangat datar barusan. Pria ini pasti telah melupakan semuanya atau mungkin dia bukan pria malam itu?

Asalkan Paula tidak mengatakan apa pun, asalkan dia menggugurkan kandungannya, rahasia ini tidak akan diketahui siapa pun untuk selamanya. Sebenarnya, Paula juga merasa enggan karena dia baru mengetahui kehadiran anak ini.

Karena khawatir Rhea melihat kesedihannya, Paula pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah. Ada noda darah di tubuhnya, jadi dia memutuskan untuk melepaskan gaunnya dan mandi.

Akan tetapi, rambutnya malah tersangkut di ritsleting belakang. Paula kesakitan hingga mendesis, bahkan air matanya hampir menetes.

Tiba-tiba, terdengar suara pintu terbuka. Paula mengira Rhea telah kembali, jadi berkata, "Rhea, rambutku tersangkut. Bantu aku dong ...."

Paula tidak mendengar tanggapan apa pun, tetapi mendengar suara langkah kaki. Saat berikutnya, tercium aroma gaharu. Paula merasa punggungnya ditatap oleh tatapan tajam.

Jantungnya seketika berdetak kencang. Ketika hendak berbalik, sebuah tangan besar menggenggam bahunya, membuatnya tidak bisa bergerak.

"Jangan bergerak," ujar seorang pria dengan suara rendah. Begitu mendengarnya, Paula seketika membeku di tempatnya. Dia merasakan tekanan besar, bahkan pendengaran dan indranya menjadi lebih sensitif.

Paula bisa merasakan tangan besar itu menarik ritsletingnya. Sebelum sempat menahan, gaun itu sudah terlepas dari tubuhnya. Dia buru-buru hendak meraih, tetapi malah terpeleset.

Paula tidak merasakan sakit karena tangan besar pria itu menangkapnya. Lengannya yang ramping tampak menempel pada dada kekar si pria.

Rambut hitam Paula yang indah terlihat mengenai tulang selangka pria itu. Kulitnya yang putih mulus benar-benar menggoda, belum lagi pinggang, paha, mata, dan bibirnya.

Paula yang panik mencoba untuk melepaskan diri. Dia tidak pernah melakukan kontak sedekat ini dengan Darwin. Pada akhirnya, Paula berkata, "Maaf, aku kira Rhea tadi. Kenapa kamu bisa di sini?"

Paula hanya mengenakan bra dan celana dalam. Dia benar-benar malu, mengingat Darwin ini paman Rhea.

Darwin tidak melakukan apa-apa. Dia melepaskan tangannya, lalu melirik wajah Paula sekilas sambil menyahut, "Rhea membantuku menerjemahkan dokumen, jadi aku datang untuk membantumu mengoles obat."

Ketika merasakan tatapan Darwin tertuju pada pahanya, Paula menolak dengan malu. Dia bergegas membalut tubuhnya dengan handuk, lalu berkata dengan wajah merah, "Nggak perlu repot-repot, aku ...."

Paula tidak berani berduaan dengan Darwin, khawatir pria ini teringat pada kejadian malam itu, meskipun dia sendiri belum bisa memastikan identitas Darwin. Namun, setiap kali melihat wajahnya dan mendengar suaranya, adegan malam itu akan langsung muncul di benak Paula.

Di malam yang gelap dan indah, napas pria itu terasa kuat dan memburu. Paula sungguh kewalahan malam itu. Postur tubuhnya pun tidak karuan .... Pria itu benar-benar mematikan. Paula tidak akan pernah melupakannya. Namun, jika dibandingkan dengan Darwin yang sekarang, mereka seperti dua orang yang berbeda.

Paula tidak berani menatap Darwin. Dia ingin menghindar sejauh mungkin. Sebelum sempat pergi, Darwin tiba-tiba mengadang jalannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status