Share

DYHTAL-7

Allah memudahkan kita mengambil keputusan yang sulit dengan cara meminta petunjuk kepadaNya lewat shalat istikharah. Dan itulah yang Izz dan Indri lakukan selama satu bulan ini. Setiap malam mereka melantunkan doa-doa agar diberikan petunjuk mana yang terbaik bagi hubungan mereka ke depannya.

Bagi orang lain yang melihat apa yang mereka lakukan, mungkin akan berkata mereka sudah gila dan di butakan oleh cinta. Apalagi seorang Izandra yang notabene orang yang memiliki ilmu agama yang baik yang harusnya lebih bisa berpikir positif dan bijak dalam mengambil sikap. Bukan malah terlena dalam cinta yang belum usai. Padahal di mata orang awam, sekelas Kyai harus memiliki iman yang kuat, tak mudah goyah oleh hawa nafsu. 

Tapi apalah daya.. Izandra tetap lah seorang manusia yang memiliki hati, dia pikir siapa yang bisa membolak-balikan hatinya kecuali atas kehendak Allah. Itulah yang membuatnya yakin untuk melakukan istikharah selama satu bulan penuh, agar apa yang akan dia putuskan kini, adalah murni dan yakin hasil dari istikharah nya selama satu bulan penuh tersebut, bukan hanya karena hawa nafsu semata. 

"Gimana hasil istikharah nya, A?" tanya Indri pada Izz saat Izz meneleponnya untuk menanyakan kabar, setelah satu bulan mereka menahan diri untuk tak saling berkomunikasi sampai mendapat keyakinan atas hubungan mereka ke depannya akan seperti apa. "Apakah Aa udah nemuin jawabannya?" lanjut Indri penasaran.

"Alhamdulillah.. Udah.. De, sendiri, gimana?" tanya Izz. "Kalau Aa, sih.. Malah tambah yakin mau nikahin, De. Yaa, Aa harap.. De, juga nemuin jawaban yang sama dengan Aa. Jujur dari awal, Aa takut mengambil keputusan atas dasar hawa nafsu Aa saja. Tapi setelah satu bulan ini Aa setiap malam meminta petunjuk, Allah malah semakin memantapkan hati Aa untuk meminang kamu menjadi makmum kedua Aa," sambung Izz kemudian.

"Entahlah, A. De merasa yakin gak yakin. De masih takut dan kepikiran banyak hal kedepannya," lirih Indri. Hatinya memang masih ada tersirat banyak ketakutan. Apalagi Indri tahu bahwa Izz adalah seorang Kyai yang cukup tersohor karena pernah mengikuti ajang pemilihan Da'i di televisi. Indri takut, jika kelak dia ketahuan menikah siri dan menjadi istri kedua Izz, maka dirinya dan Izz akan Viral di seluruh indonesia dan itu membuat nama baiknya juga nama baik pesantren Izz tercemar. Bahkan Indri takut, Izz akan di usir oleh saudara-saudara sepupunya yang sekarang pun seperti menunggu kesempatan untuk menjatuhkan Izz dan mendepaknya dari ke pemimpinan pesantren saat ini.

Belum lagi Indri memikirkan restu dari sang Ayah yang harus menjadi wali nikahnya, jika memang kelak dia benar-benar akan menikah dengan Izz. Pasti takkan mudah meminta restu pada sang Ayah yang memiliki sifat sangat keras. Indri takut, ayahnya murka jika tahu bahwa Indri di jadikan istri kedua oleh Izz. Apalagi.. Dulu saat pacaran pun, ayah Indri memang tak begitu menyukai Izz dan sempat menolak hubungan mereka berdua.

"De udah ngobrol sama Mama De. Kalo Aa emang mau serius, Aa berani gak ngobrol sama Mama?" Indri ingin menguji ke seriusan Izz untuk melamarnya dengan menantang Izz meminta restu pada sang mama. Tapi tanpa diduga, ternyata Izz berani untuk bilang sama mama Indri untuk meminta restu.

"Mana coba, Aa mau ngomong sama mama nya De." Kali ini justru Indri yang ketar-ketir dan malu sendiri pada sang mama. Indri memang selalu terbuka pada sang mama tentang segala hal. Bahkan sekalipun itu tentang Izz yang memiliki niat menjadikannya istri kedua. Dan itu sontak membuat mama Indri sangat kaget mendengarnya.

"Assalamu'alaikum.." sapa Mama Indri pada Izz di seberang telepon.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.. Apa kabar tante? Masih inget sama Izz, kan, tante?" jawab Izz basa basi.

"Alhamdulillah.. Tante baik, sehat.. Iya, tante pasti inget sama Izz.. Gimana gak inget, Izz kan dulu sering main ke rumah. Gimana Izz sehat? Ada angin apa telpon tante, nih?" tanya Mama Indri langsung to the point.

"Alhamdulillah.. Izz juga sehat. Syukurlah kalau tante masih inget sama Izz.. Jadi gini tante.. Sebenernya Izz ngerasa agak kurang sopan kalau ngobrol hal yang penting seperti ini lewat telepon, tapi mungkin Indri sebelumnya udah cerita soal niat baik saya sama dia untuk melamarnya menjadi istri saya. Dan Indri juga mungkin udah cerita ke tante soal status saya saat ini seperti apa.. Kira-kira.. Tante berkenan menerima lamaran saya untuk Indri atau enggak, ya, tan? Emmm.. Tapi enaknya sih, kalo tante ada waktu, bisa kita bertemu. Biar lebih afdhol gitu, tan," jelas Izz panjang lebar. Mama Indri mendengar kesungguhan dari kata-kata Izz.. Dan Mama Indri pun akhirnya lebih memilih untuk bertemu langsung dengan Izz daripada lewat telepon seperti ini.

"Ya.. Tante juga maunya ngobrol langsung sama Nak Izz.. Kapan aja Nak Izz ada waktu, tante sama Indri bisa luangin buat kita bertiga bertemu. Banyak hal yang ingin tante sampaikan juga sebenarnya." kata Mama Indri.

"Kalau besok, gimana, tante? Ada waktu gak? Lebih cepat lebih baik." tanya Izz mantap.

"Boleh, nanti besok tante sama Indri kabari Izz lagi jam berapa sama dimana kita bertemu.. Ya?"

"Iya, tante, terima kasih."

"Sama-sama. Tante tutup ya teleponnya.. Assalamu'alaikum?" Setelah mendapat jawaban salamnya, Mama Indri sengaja mengakhiri telepon tersebut alih-alih memberikannya kembali pada Indri. Ia pikir lebih baik mereka berdua jangan dulu terlalu sering berkomunikasi. Agar tak terlalu banyak harapan-harapan, jika pada kenyataannya kelak mereka tak bisa bersatu.

Mama Indri memang merasa kurang setuju jika anak perempuan satu-satunya itu, harus menikah dengan seorang pria beristri. Tapi di sisi lain, Mama Indri tahu sekali bahwa Indri dan Izandra masih sangat saling mencintai. Terbukti dari Indri yang berulang kali di perkenalkan oleh kakak ipar nya dengan beberapa pria, berharap ada satu yang cocok dengan Indri dan bisa membuat Indri move on dari kegagalan rumah tangganya yang kemarin.

Entah sudah berapa kali Indri menolak dan merasa tak pernah cocok dengan pria-pria yang mengajaknya berkenalan. Mulai dari seorang pengusaha, guru, pejabat, dokter, dan banyak lagi. Tapi setiap kali Indri istikharah, meskipun si pria sudah melamarnya, Indri justru malah mundur teratur dan merasa tak siap. Berbeda jika dengan Izz, Mama Indri justru melihat binar kebahagiaan di mata Indri ketika tahu bahwa Izz datang kembali dalam kehidupan nya, meskipun Indri tahu bahwa Izz sudah memiliki istri dan empat orang anak.

Bagi seorang Ibu, ini adalah pilihan yang sulit bagi Mama Indri.. Apakah dia harus merelakan anak kesayangan nya pada seorang pria beristri.. Atau kah dia harus menahan anaknya dan mengubur cinta mereka berdua dengan tidak memberikan restu. Apalagi di sini sekali lagi banyak yang harus menjadi pertimbangan. Dan bagaimana nasib Indri ke depannya, itulah yang Mama Indri sangat khawatir kan. Mama Indri tak ingin anaknya mengalami kegagalan rumah tangga untuk yang kedua kalinya.

Besok adalah hari yang menegangkan, entah itu bagi Mama Indri, bagi Indri ataupun bagi Izandra. Entah keputusan seperti apa yang akan Mama Indri berikan. Tapi di dalam hati Izandra dan Indri yang paling dalam, mereka berharap, Mama Indri mau memberikan lampu hijau untuk mereka berdua bersatu. Setidaknya, jika begitu, satu beban di pundak mereka akan terasa lebih ringan lagi. Tinggal memikirkan beban yang lainnya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status