Semua orang tertawa mendengar perkataan tokoh hebat itu. Dia adalah tokoh hebat yang melarang Tirta tinggal di hotel tadi. Tokoh hebat itu berbicara dengan ekspresi sinis. Dia tidak menganggap kematian Kavindra berhubungan dengan Tirta.Begitu melontarkan ucapannya, tiba-tiba lehernya terasa gatal. Dia juga kesulitan bernapas. Kemudian, dia merasa pusing dan kepalanya jatuh ke tanah.Tirta berkata dengan ekspresi dingin, "Kamu nggak usah berikan 100 triliun lagi karena sudah mati. Siapa lagi yang nggak mau berikan 100 triliun? Langsung maju saja."Sekarang suasana menjadi hening. Semua orang tidak yakin itu adalah perbuatan Tirta, tetapi tidak ada yang berani mempertaruhkan nyawa mereka lagi.Hanya saja, para tokoh hebat juga tidak rela kehilangan 100 triliun hanya karena ancaman Tirta. Mereka memandang Thiago dengan ekspresi memelas.Thiago berkeringat dingin saat merasakan pandangan para tokoh hebat. Dia benar-benar panik.Thiago segera bersembunyi di belakang Shamit dan bertanya den
Menghadapi para tokoh hebat yang mempersulit dan menghinanya, Tirta tertawa sinis dan berkomentar, "Bagus! Sepertinya kalian menganggap aku nggak punya kekuasaan, jadi kalian merasa aku bisa dikendalikan dan dihina sesuka hati. Maaf, penilaian kalian salah."Tirta tahu sifat manusia memang seperti ini. Jika Tirta mengungkap hubungannya dengan Saba, dia yakin orang-orang ini pasti akan berbalik melawan Keluarga Hadiraja. Namun, Tirta tidak ingin berbuat seperti itu.Para tokoh hebat tertawa sembari menggeleng. Salah satunya membalas, "Penilaian kami salah? Apa kamu bisa menjatuhkan semua anggota Keluarga Hadiraja sendirian? Jangan mimpi!"Tatapan Tirta menjadi dingin. Dia menegaskan, "Ini bukan mimpi, tapi kenyataan. Aku sendiri bisa mengubah nasib Keluarga Hadiraja."Kavindra yang terus diabaikan marah-marah, "Sialan! Apa kamu nggak mengerti bahasa manusia? Aku lagi bicara denganmu!"Kavindra langsung maju dan hendak mencekik Tirta. Sementara itu, Tirta menyipitkan matanya begitu mende
Thiago melanjutkan, "Kamu harus tahu perintahku bisa menentukan nasibmu. Kalau kamu tahu diri dan membawa ketiga wanita di sampingmu ke ranjangku, mungkin aku bisa mengampunimu karena mengingat hubungan keluarga kita."Saat melihat Bella, Marila, dan Shinta, Thiago langsung terpesona dengan kecantikan mereka. Mereka bertiga jauh lebih cantik daripada Karla yang berada di pelukannya. Mana mungkin Thiago yang genit bisa menahan niat jahatnya?Sebenarnya Thiago tidak benar-benar ingin mengampuni Tirta. Dia hanya ingin mempermainkannya. Sebelum Tirta bicara, salah satu tokoh hebat dunia bisnis ibu kota yang datang bersama Thiago maju dan menggertak Tirta, "Hei, apa kamu sudah mendengar ucapan Pak Thiago tadi? Cepat bawa ketiga wanita di sampingmu ke ranjang Pak Thiago!"Tokoh hebat itu melanjutkan, "Namaku Haidar. Aku bisa membekukan semua asetmu dengan statusku sebagai direktur cabang Bank Canga Negara Darsia kalau kamu menentang! Semua pengeluaranmu akan dibatasi sehingga kamu nggak pun
Pada saat bersamaan, di halaman depan kediaman Keluarga Hadiraja. Terdengar jeritan histeris pada setiap tempat yang dilalui Tirta.Total ratusan bawahan Keluarga Hadiraja berkumpul untuk menghalangi Tirta. Namun, mereka sama sekali tidak mampu melawan Tirta. Seratus lebih bawahan yang tersisa malah ketakutan hingga tidak berani bertindak lagi setelah melihat keganasan Tirta.Para bawahan menciut dan tidak berani maju. Begitu Tirta maju selangkah, mereka langsung mundur lebih dari 10 langkah.Tak jauh dari sana, tampak pintu masuk aula acara Keluarga Hadiraja. Tirta mengamati bagian depan sekilas. Dia sudah bisa melihat situasi di dalam aula acara. Tirta bertanya dengan datar, "Kalian ... siapa mau menghalangiku lagi?"Tirta tidak ingin melawan para bawahan ini, tetapi mereka ingin menghabisi Tirta sejak awal. Bahkan, mereka juga mengeluarkan pistol. Para bawahan itu juga ingin membunuh Bella, Marila, dan Shinta.Itulah sebabnya Tirta tidak ragu-ragu untuk bertindak kejam lagi. Sejak m
Thiago mengangkat dagu Karla, lalu mengarahkan pandangannya ke bagian tengah halaman. Dia tersenyum bangga saat bicara.Karla menoleh dan melihat pria tua berambut putih yang berusia sekitar 70 tahun berdiri di bagian tengah halaman. Tatapannya sangat intens dan bagian atas tubuhnya telanjang. Uratnya yang menonjol pada otot kekarnya terlihat jelas.Penampilan pria tua itu sangat menakjubkan. Sulit dipercaya pria tua seusianya masih begitu perkasa. Tentu saja pria ini adalah master bernama Shamit yang disebutkan Thiago.Karla berujar dengan ekspresi terkejut setelah melihat jelas pecahan batu di depan kaki Shamit, "Astaga ... Pak Thiago, kekuatan pria tua itu mengerikan sekali! Dia bisa menghancurkan batu sebesar itu? Orang yang nggak tahu kebenarannya pasti mengira itu batu buatan di dalam film."Sebelum Thiago sempat bicara, Shamit yang mendengar ucapan Karla mengernyit. Dia berkelebat, lalu sampai di depan Karla dalam sekejap.Shamit menyipitkan matanya dan bertanya dengan aura meng
"Ternyata pemuda itu memang putra kakakku. Dia bisa menerobos kediaman Keluarga Hadiraja dan membunuh puluhan orang, pantas saja Ciptadi gagal! Sepertinya anak ini berlatih ilmu yang hebat setelah menghilang selama belasan tahun," gumam Altair."Selain itu, kalau aku biarkan anak itu membuat keributan di acara ini, aku dan Keluarga Hadiraja pasti rugi. Aku harus habisi dia secepatnya!" lanjut Altair.Altair merenung sejenak dan tatapannya makin muram. Namun, dia tidak menganggap Tirta serius. Biarpun Tirta sangat hebat, ini adalah kediaman Keluarga Hadiraja dan wilayah kekuasaan Altair.Menerobos masuk ke kediaman Keluarga Hadiraja untuk balas dendam adalah hal yang sangat sulit bagi Tirta. Itu sama saja dengan mencelakai dirinya sendiri!Ketika Altair sedang merenung, beberapa pejabat pemerintahan pusat mengernyit begitu melihat reaksinya. Salah satu pejabat bertanya, "Pak Altair, apa yang terjadi? Kenapa kamu kehilangan kendali?"Ekspresi Altair kembali menjadi tenang. Dia menuang an